My Superhero - Bab 863 Hilang Ingatan Lagi

Menunggu sampai mengatur semuanya dengan baik, aku kembali ke tempat tidur, memegang tangan Chris Zhou, menunggu dia siuman.

Berkat bibi Elena dan pembantu lainnya yang merawat Maxi, saat ini Maxi sudah selesai sarapan pagi.

Dia berlari perlahan menuju kamar, mendekap pahaku, mengangkat wajah melihatku, berkata: “Ibu, pergi, pergi, naik ke kapal~”

Sebelumnya aku dan Chris Zhou sudah mengatakan padanya bahwa kami akan mengajak dia naik ke kapal dan pergi selama beberapa waktu, utamanya adalah takut dia tidak bisa meninggalkan kakek Zhou dan Ryan Zhou, sehingga kami memberitahu dia terlebih dahulu.

Meskipun tidak tega berpisah dengan kakek dan kakak laki-laki, tetapi saat mendengar dia akan naik kapal, dia pun merasa sangat senang, dia menarik tangan Ryan Zhou, mengungkapkan bahwa dia akan membawakan hadiah untuk kakaknya ini.

Dia juga tahu jika hari ini akan berangkat ke pelabuhan bagian selatan.

Hanya saja kondisi sekarang, rencana naik kapal pesiar untuk keliling dunia ini pasti akan diundur.

Lalu aku memeluk dia, berkata dengan pelan: “Kondisi ayah sedang tidak sehat, kita sementara ini tidak bisa pergi naik kapal, Maxi harus patuh bersama ibu menunggu ayah bangun, ok?”

Mata Maxi yang bulat ini memandang Chris Zhou yang berbaring di atas kasur: “Apakah ayah sakit?”

Aku mencium keningnya: “Iya.........tetapi ayah akan segera bangun, kamu panggil ayah ke telinganya, katakan bahwa kamu menyayanginya, pasti dia akan segera bangun.”

Maxi segera turun dari pangkuanku, dia merangkak ke bagian atas tempat tidur, berkata di telinga Chris Zhou dengan suara pelan: “Ayah, kamu harus segera bangun, Maxi menyayangimu.”

Suaranya yang manja ini memantul didalam ruangan, hatiku bergetar mendengarnya, didalam hatiku berdoa, berharap Chris Zhou bisa segera siuman.

Sepertinya karena mendengar suara aku dan Maxi memanggilnya, tidak selang berapa lama kemudian, Chris Zhou ternyata benar-benar bangun!

Aku sangat senang hingga hampir mengisakkan tangis, aku pun segera memanggil dokter untuk datang memeriksa kondisinya.

Chris Zhou menatapku, lalu menatap Maxi yang sedang merangkak di sampingnya, tanpa mengatakan apapun.

Dokter sudah memeriksa secara keseluruhan, berkata: “Kondisinya tidak bermasalah, tetapi efek obatnya masih belum hilang.”

Aku termangu, langsung melihat ke arah Chris Zhou.

Dia juga memandang aku, tatapan matanya terhenti, berkata: “Maaf, aku melupakan semua hal yang telah berlalu..............”

Hatiku terasa sangat berat.

Jadi, dia...............benar-benar hilang ingatan?

Barusan saat dia siuman, dia tidak mengatakan apapun itu karena dia tidak mengenal aku dan Maxi?

Kelopak mataku terasa sangat pedih, aku berusaha untuk menahan air mataku, berkata: “Aku adalah istrimu.” setelah selesai bicara, aku memeluk Maxi lagi, berkata: “Dia bernama Maxi, dia adalah anakmu.”

Jika bukan karena sudah pernah memiliki pengalaman dengan kondisi seperti ini, aku mungkin benar-benar akan menangis.

Untungnya aku kemarin malam sudah mempersiapkan bathin, ditambah lagi kondisi ini bukanlah hal pertama kali yang aku temui, sehingga saat ini aku masih bisa tenang.

Chris Zhou diam-diam menatapku beberapa saat, berkata dengan pelan: “Maaf.”

Aku menggelengkan kepala, menyuruh semua orang keluar, didalam ruangan pun hanya ada kami bertiga sekeluarga.

Kemudian aku meletakkan Maxi kedalam pelukan Chris Zhou, aku tidak peduli dia sebenarnya setuju atau tidak setuju.

Chris Zhou terdiam sambil menerima Maxi dengan tangannya, lalu dia menatap aku dengan kedua bola matanya yang hitam.

Aku duduk di tepi tempat tidur, saling berpandangan mata dengannya, berkata: “Sekarang apa yang kamu rasakan saat melihat aku dan anakmu?”

Dia terdiam sambil menatapku, berkata: “Aku tahu kamu tidak berbohong.”

Aku pun menatap dia.

Dia berkata: “Meskipun aku tidak ingat kalian, tetapi aku tidak menelantarkan kalian, saat kamu meletakkan anak kita kedalam pelukanku, aku malah merasa hangat..............kalian pasti adalah orang terdekatku.”

Aku tidak merasa heran, karena waktu itu dia juga seperti ini, biarpun dia melupakan aku, tetapi dia masih tetap terpicu olehku.

Tetapi aku merasa sedikit penasaran, dia baru saja siuman, dia juga hilang ingatan, apa mungkin dia tidak merasa ketakutan?

Aku berkata dengan suara pelan: “Bagaimana perasaanmu saat ini? Apakah kamu takut?”

Dia menggelengkan kepala, tersenyum sambil berkata: “Tidak takut, aku tahu jika kamu tidak membohongiku.”

Senyumannya menyiratkan rasa tenang.

Aku pun sontak tersenyum, rasa khawatir didalam hatiku pun sudah menghilang separuhnya.

Tidak heran karena dia adalah Tuan Muda ketiga keluarga Zhou, juga orang yang aku cintai, biarpun hilang ingatan, dia masih tetap terlihat tenang.

Didasari oleh pengalaman sebelumnya, aku tahu cepat atau lambat dia akan ingat kembali, tentu saja aku pun tidak merasa begitu khawatir.

Asalkan kondisi tubuhnya tidak bermasalah, aku pun akan merasa sangat lebih baik.

Kemudian aku mengatakan padanya mengenai kondisi dia yang sebelumnya pernah mengalami hilang ingatan juga, juga mengatakan beberapa pengalaman dan riwayat hidupnya, serta rencana kami untuk pergi piknik.

Dia tidak memiliki gejala psikolog apapun, dia pun menerima semua ucapanku.

Saat mendengar bahwa kami tidak pergi naik kapal pesiar karena dia pingsan, dia mengungkapkan permohonan maafnya sambil mencium wajah Maxi, berkata: “Maaf ya anakku, ayah ini jahat, sudah melupakan kamu dan ibumu.”

Maxi mengedipkan mata.

Dia masih sangat kecil, sepertinya dia tidak mengerti apa yang dimaksud dengan hilang ingatan.

Tetapi dia seharusnya masih ingat jika dulu Chris Zhou pernah mengalami hilang ingatan, sehingga dia terlihat tidak takut sedikitpun, justru malah menggunakan tangannya yang gemuk itu menepuk punggung tangan Chris Zhou, berkata sambil menenangkannya: “Ayah, tidak apa-apa.” terdiam sejenak, lalu dia berkata dengan manja, “Kamu harus segera sembuh, aku dan ibu sangat mengkhawatirkanmu.”

Anak yang begitu penurut dan pengertian, hatiku terasa luluh mendengarnya.

Chris Zhou mengangkat mata melihat ke arahku, berkata: “Kamu mengajari anak kita dengan sangat baik.”

Aku tidak tahan ingin tersenyum: “Saat dulu kamu hilang ingatan, kamu juga mengatakan hal ini saat melihat Maxi.”

Chris Zhou pun tersenyum.

Aku berkata dengan suara rendah: “Sebenarnya waktu yang aku habiskan untuk menemani Maxi juga tidak banyak, ini karena kakek mengajari dia dengan baik.”

Chris Zhou mengelus kepala Maxi, menatapku, berkata: “Kamu mengatakan bahwa kondisi kesehatan kakek dan ibu sedang tidak baik, kita sementara ini jangan memberitahu mereka.”

Aku menyetujuinya, berkata: “Iya, aku juga berencana seperti itu.”

Barusan aku dan dia membahas kondisi keluarga Zhou, dia pasti juga takut jika kakek Zhou dan ibu Zhou merasa khawatir.

Aku berpikir, berkata: “Tetapi aku berencana untuk berdiskusi dengan kakak pertama dan kakak kedua, kamu harus pulang untuk menjalani pengobatan, kita tidak bisa merahasiakan ini dari mereka.................lagipula keluarga disana, kita harus meminta bantuan mereka untuk merahasiakannya.”

Saat mendengar ini, Chris Zhou menganggukkan kepala, berkata dengan lembut: “Aku setuju dengan semua rencanamu.”

Aku pun menyuruh dia memeluk Maxi bermain, aku pergi ke sisi jendela untuk menelepon kakak Zhou pertama dan lainnya.

Hari ini adalah hari ke delapan dalam kalender lunar China, kakak Zhou pertama sudah mulai masuk kerja, kakak Zhou kedua juga sudah kembali ke kelompok militer.

Tetapi saat mendengar Chris Zhou pingsan dan hilang ingatan, mereka berdua segera meminta ijin untuk datang kemari.

Aku tidak ingin mempengaruhi pekerjaan mereka, tetapi aku memiliki rencanaku sendiri, aku pun berkata pada kakak Zhou pertama: “Maaf merepotkanmu.”

Mengenai kakak Zhou kedua, aku malah tidak mengijinkan dia datang kemari.

Dia berada didalam kelompok militer, dia tidak seperti kakak Zhou pertama yang bertanggungjawab untuk mengelola sebuah kota, lagipula waktunya juga tidak begitu bebas.

Selain kakak Zhou pertama dan kakak Zhou kedua, aku juga menghubungi Steven Shen dan Angel.

Dulu aku dan Chris Zhou mengundang mereka bertiga sekeluarga untuk pergi keliling dunia, karena Steven Shen disana juga tidak bisa pergi, sehingga mereka pun tidak ikut pergi.

Mereka awalnya beberapa hari ini bersiap untuk pulang ke Perancis, saat mendengar masalah Chris Zhou, pada akhirnya mereka pun langsung mengganti rencana penerbangan.

Steven Shen malah berkata: “Kalian tunggu aku di kota Hualin, aku akan jemput kalian.”

Aku ragu sejenak, berkata padanya: “Kak, aku membutuhkan bantuanmu untuk mengurus suatu hal.”

Chris Zhou pingsan untuk kedua kalinya, hal ini membuatku sadar bahwa efek obat yang ada didalam tubuhnya ini harus dibersihkan hingga pangkalnya, jika tidak, entah apakah kejadian seperti ini akan terjadi untuk ketiga kali atau keempat kalinya.

Sehingga aku memutuskan untuk pergi ke perbatasan Xinan, pergi kesana untuk mencari obat penawarnya.

Aku takut jika kakak Zhou pertama tidak setuju, sehingga aku meminta Steven Shen untuk membujuknya.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu