My Superhero - Bab 104 Kak Viona... Cepat Kamu Tinggalkan Kakak Sepupuku(2)

Ketika saya memikirkan wajah pria itu yang tanpa ekspresi tersebut, terasa seperti seluruh hatiku terasa hampa.

Yang membuatku semakin tersinggung karena sikapnya terhadapku, dia tidak berencana untuk melepaskan diriku, juga tidak ingin ada pertikaian dengan Bibi Linda, dan masih ingin terus menuruti kemauan Bibi Linda.

Dengan kata lain, saya harus terus menahan dan menerima semua perlakuan yang tidak masuk akal tersebut.

Secara diam-diam saya menangis untuk waktu yang lama, pada akhirnya saya baru menyadari saya tidak nyaman dengan tubuh ini, dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi.

Saya yang berada di dalam cermin, dari kepala sampai bagian wajah semua air dan minyak, rambut saya masih tersisa ampas dari sup tersebut, kedua mata bengkak karena di tampar oleh Bibi, bengkaknya sungguh besar...

Sungguh-sungguh hancur.

Kelihatannya saja saya masih bisa menerima semua kekacauan ini, tetapi dari dalam hati saya sungguh merasa sangat lelah, sepasang tanganku menutup mata ini, dan menangis sepuasnya.

Kemudian dengan sedikit linglung saya pergi mandi dan membersikan diri, dan sampai semua selesai Chris juga belum kembali ke kamar ini.

Saya tidak ingin menghadapi Bibi Linda dan seluruh keluarganya Chris, alangkah baiknya jika saya tidur.

Mungkin ketika saya terbangun, Bibi Linda beruba menjadi baik hati...

Tentu saja imajinasi seperti ini hanya bisa menjadi imajinasi, tetapi pada saat ini, saya benar-benar tidak ingin pergi bertemu dengan orang lain.

Hanya saja baru saja berbaring di atas kasur, dari luar terdengar suara orang mengetuk pintu.

Chris biasanya langsung membuka pintu masuk ke dalam, jadi jelas ini bukan dia, kalau begitu.... siapa itu?

Saya membuka pintu, dan terlihat Weny dengan air mata yang berlinang berdiri di depan pintu.

Dia dengan lembut mengatakan:“Kak Viona, dapatkah saya berbicara denganmu?”

Saya hanya terdiam melihat ke arah dia.

Dia menangis dengan sangat sedih, matanya sampai bengkak, dan wajahnya terlihat memelas.

Saya secara diam-diam menghela nafas dan mengeser badanku dan berkata:“Masuklah.”

Dia menundukan kepala dan masuk ke dalam ruangan, melihat saya menutup pintu, dia mengunakan belakang telapak tangannya untuk mengelap matanya, dan berkata:“Kak Viona, apakah kamu bertengkar dengan kakak sepupuku?”

Saya berkata:“Tidak.”

Tentus saja saya tidak akan bisa bertengkar dengan orang seperti Chris, tetapi memang benar saya memiliki banyak perselisihan dengannya. Tetapi hal seperti ini saya tidak perlu memberitahunya.

Dia menyedot ingus, sepertinya sedang memikirkan bagaimana untuk menyambung pertanyaannya.

Saya menyerahkan satu buah kotak tisu kepadanya:“gunakan ini untuk mengelap.”

Dengan berbisik dia mengatakan terima kasih.

Bertemu dengannya membuat saya tidak mengatakan apapun, karena itu saya berinisiatif untuk bertanya:“Apa yang ingin kamu bicarakan?”

Dia meremas-remas selembar tisu, mengelengkan kepala dan tidak mengatakan apapun.

Pada dasarnya suasana hati saya memang lagi tidak terlalu baik, dan lagi dia terus menangis dihadapanku, saya merasa sedikit tidak sabaran, dengan suara dingin saya berkata:“Cepat katakan, saya merasa tidak enak badan, saya ingin istirahat.”

Perlahan dia menghentikan tangisnya, dan berkata:“Baiklah akan saya katakan, tetapi kamu jangan marah padaku, oke?”

Saya berkata:“Silakan katakan.”

Dengan sedikit ragu-ragu, dia berkata:“Terlebih dahulu saya ingin meminta maaf kepadamu, karena sebelumnya saya itu cemas, tidak tahan melihat Kak Chris berlutut, karena itu saya marah kepadamu.”

Saya dapat memahami kegelisahan hatinya, dikarenakan Chris adalah orang yang disukainya. Saya juga dapat mengerti waktu itu dia mendorong semua tanggung jawab kepadaku, karena dia ingin melindungi Chris.

Tetapi memahami dan menerima permintaan maafnya adalah masalah yang berbeda.

Dengan nada yang datar saya berkata:“Tidak perlu.”

Dia mungkin terkejut mendengar suaraku yang terkesan dingin, dan terbungkam diam lagi.

Saya menunggunya selama setengah menit melihat dia tidak bersuara. Tidak dapat bersabar lalu menjelitkan mata dan bermaksud mengusirnya.

Akibatnya tiba-tiba dia mendongakkan kepalanya, lalu menatap mataku dan berkata:“Kak Viona, cepat kamu tinggalkan kakak Chris.”

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu