My Superhero - Bab 138 Dia Mengeluarkan Sebuah Ikat Pinggang (2)

Saat itu hari pertama masuk SMA kelas 1, dia mengenakan kaos warna putih yang kelunturan, terlihat malu-malu menunggu di atas kursi, dengan berhati-hati mengawasi lingkungan sekitarnya.

Lalu aku membawanya pulang ke rumah, memberikan bajuku untuknya, sesukanya mau pakai yang mana. Setelah itu ibuku memberikannya uang untuk membeli baju…………..

Sayangnya masih tidak memuaskan nafsunya, pada akhirnya dia bermadu dengan William.

Masalah yang lampau itu seakan hanya sepintas berlalu, tiba-tiba terpintas di otakku.

Saat aku melihat Grace rasanya seperti kembali ke masa yang dulu.

Aku duduk di hadapannya: “Kita tidak usah basa-basi, langsung saja katakan apa yang kamu inginkan dariku.”

“Menurutmu?” ucap dia sambil meniup kukunya yang berwarna merah, tingkah lakunya angkuh, “Tentu saja beberapa harta warisan kakekmu, memang harusnya harta itu milikku.”

Aku menatapnya sinis.

Apa dia benar-benar datang kesini hanya demi harta?

Grace melemparkan lirikan kepadaku: “Kenapa, tidak bersedia?”

Aku diam.

Dia tertawa sinis: “Kamu sekarang hanya seorang anak yang dibuang, aku ingatkan kamu lebih baik beradaptasi dengan keadaanmu sekarang, jika kamu tidak bersedia, aku punya cara untuk mengusirmu dari Kota Imperial!”

Aku terdiam sambil menggumam didalam hati, sepertinya benar di belakang dia ada orang yang mendukungnya, kalau tidak ada orang yang mendukungnya tidak mungkin dia berani menantangku sedangkan dia tidak mengenal tempat ini.

Dia memaksa dengan berteriak keras: “Kamu cepat berikan harta warisanmu kepadaku, kalau tidak aku akan membunuhmu!”

Aku diam mendengar dia selesai bicara, lalu aku menatapnya sambil berkata: “Siapa yang menyuruhmu?”

Grace adalah orang yang cerdas, dia pasti mengerti apa maksudku, dia tertawa mengejek: “Kamu anggap aku bodoh? bagaimana mungkin aku memberitahu kamu!”

Aku berkata dengan acuh: “Barusan kata-kata ancamanmu, semuanya sudah aku rekam, jika sekarang kamu tidak segera memberitahu aku, kalau begitu kita bicarakan semuanya di kantor polisi!”

Grace sedikit ketakutan, matanya seakan memperlihatkan kepanikan hatinya: “Kamu…..kamu benar merekamnya?”

Aku sedikit tertawa.

Dia ketakutan sambil berkata: “Aku barusan bercanda,………aku mohon padamu, kamu lihat anakku, kamu lepaskan aku….”

Aku merasa permintaan maafnya terlalu cepat, ini bukan sikapnya.

Saat aku merasa tidak yakin, detik selanjutnya, raut wajahnya tiba-tiba berubah, dia berkata dengan galak: “Kamu pikir aku takut?” dia tertawa jahat seperti penderita sakit jiwa, “Benar-benar bodoh, jika ingin melapor tidak usah pergi diam-diam, tidak perlu mengatakannya di hadapanku. Kamu merekamnya pakai handphone kan? lihat aku tidak menghancurkan handphonemu berkeping-keping!”

Ternyata barusan dia berpura-pura ketakutan.

Aku dengan tenang melihatnya, tidak terkejut sama sekali dengan kelakuannya.

Grace berdiri memutariku sambil berkata: “Apakah kamu tahu, setiap kali aku melihatmu tidak takut, aku begitu ingin memukulmu………..”

Saat dia bicara, tiba-tiba dia menepuk telapak tangannya.

Dengan segera masuklah beberapa pria bertubuh kekar dan besar, lalu mengerubungiku.

Aku masih belum merespon, mereka lalu mereka menjeratku.

Grace mencibirkan mulut berhenti di depanku, lalu berkata: “Apa kamu masih ingat situasi dulu saat kamu dan Chris menyakitiku hingga aku dihukum William?”

Aku termangu, didalam hatiku muncul perasaan yang tidak enak.

Dia dengan keras menendang perutku, senyuman di bibirnya berubah menjadi menyeramkan: “Waktu sudah berubah, kamu sekarang jatuh di tanganku, aku tidak mungkin melepaskanmu……aku ingin membalas semua kesakitan yang pernah aku rasakan!”

Setelah itu dia menyuruh para pria itu mengikatku di kursi, lalu mengeluarkan sebuah ikat pinggang.

Saat itu aku membelalakkan mata.

Sulit dibayangkan……dia berencana menyakitiku seperti dulu William menghukumnya?

Aku masih ingat dulu William membuka baju Grace, punggungnya penuh dengan luka cambukan, sangat mengerikan sekali……

Dia mengeluarkan tali cambuk, mencambuk wajahku berturut-turut hingga seluruh wajahku memar luka cambukan, lalu dia berkata: “Rasa itu terlalu luar biasa, aku adalah teman baikmu, bagaimanapun juga harus membuatmu merasakannya.”

Aku gemetar ketakutan.

Ketika di saat aku menarik napas dalam-dalam, ruangan itu terbuka.

Aku melihatnya, ternyata Janice yang melangkah masuk!

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu