My Superhero - Bab 60 Ibumu Bukan Anak Kandung Kakekmu (2)

Aku melihat dengan mata yang dingin ketika penjaga memotong jari kedua William dan dia berguling kesakitan di lantai.

Tapi dalam hatiku tidak ada perasaan balas dendam.

Aku benci dia, tapi aku juga anak kandungnya, di dalam tubuhku mengalir darahnya.

Melihat dia dipermalukan, hatiku sungguh kecewa.

Seluruh hatiku dingin, aku bahkan sedang berpikir kenapa hubungan aku dan ayah kandungku bisa sampai ke titik ini.

Tiba-tiba Chris menutup mataku dengan telapak tangannya dan berkata, “Menurut, jangan lihat.”

Tangannya hangat seperti menghangatkan hatiku yang membeku.

Dengan perlahan-lahan aku bernafas.

Untungnya, ada dia di sisiku.

Tidak peduli seperti apa masa depanku dan dia, apakah dia menganggapku sebagai mainan atau tidak, paling tidak dia ada di sisiku sekarang dan bisa membuatku bergantung padanya.

Aku menggenggam tangan Chris yang menutupi mataku dan dengan suaran kecil berkata, “Chris, aku mau melihatnya dengan mataku sendiri.”

Chris melepaskanku.

Aku bertemu matanya dan berbisik, “Aku mungkin akan melihat kejadian yang lebih berdarah lagi nanti... Setiap kali itu terjadi aku tidak boleh menjauhkan diri...

Chris mungkin terkejut dengan alasanku, dia terpukau.

Kemudian dia melihatku dalam-dalam dan tidak mengatakan apapun.

Tapi dia semakin kencang memegang lenganku.

Aku bersandar di dadanya dan melihat ke arah William lagi.

Wajah William terlihat sangat pucat, terlihat ketakutan dan kebencian.

Ketika memotong jari ketiganya, dia berteriak kencang dan pingsan.

Tapi ini bukan berarti selesai.

Penjaga memotong lagi jari lainnya dan dia terbangun dari komanya, berteriak dan berjuang dengan liar.

Akar empat jarinya terbuka, termutilasi, tetesan darah merah bertetesan di lantai.

Awalnya aku berniat untuk melihat sendiri, tapi pemandangan ini terlalu mengejutkan, aku langsung jongkok dan muntah.

Chris mengangkatku secara horizontal dan berkata, “Ayo, kita kembali ke mobil.”

Aku tidak menolak.

William seperti sudah gila, memegang tangannya sendiri dan berteriak.

Aku menggenggam baju Chris dan berkata, “Hentikan saja...”

Pelajaran yang bersifat kasar ini bukanlah yang aku mau.

Pandangan Chris melihatku wajahku selama beberapa menit lalu beralih ke Anin.

Anin menerima perintah.

Penjaga berhenti dan sisa 6 jari William terselamatkan.

Dengan lelah aku melingkarkan tanganku di sekitar leher Chris dan baru sadar bahwa seluruh punggungku basah.

Seharusnya karena ditakuti.

Lagipula, ini pertama kalinya aku menyaksikan adegan berdarah seperti itu, meruntuhkan semua persepsi pendapatku sebelumnya, aku benar-benar tidak beradaptasi.

Setelah masuk ke dalam mobil, Chris memelukku dan sekali-sekali mengusap punggungku.

Aku seperti penyakit serius, memegang pinggangnya dengan lemah.

Dia mencium keningku dan berkata, “Aku akan menyuruh Anin untuk merawat lukanya, setelah lukasnya sehat kirim dia ke penjara, oke?”

Satu katapun tidak mampu aku ucapkan, hanya bisa mengangguk untuk menunjukkan aku mendengarkan.

Dia mencium ujung bibirku lagi, dengan lembur berkata, “Semua sudah berlalu, jangan takut.”

Aku menjawab dengan suara rendah dan menutup mataku dengan lelahnya.

Hasilnya, detik berikutnya aku mendengar William berteriak, “Viona, bukankah kamu mau tahu sebernarnya kenapa ibu mu loncat dari gedung? Kembali dan tanya aku! Lihat apa aku akan memberi tahu mu.

Dalam sekejap aku langsung duduk tegak.

Chris memelukku erat dan berkata pada penjaga, “bawa dia kesini.”

Aku ada rasa sedikit gugup dan memegang sudut pakaiannya, “Chris...”

Dia menciumku di antar alisku dan berkata, “Tidak apa-apa, ada aku.”

Mungkin suaranya terlalu lembut atau mungkin kata-katanya punya efek penenang, aku langsung tenang.

William di bawa ke samping mobil.

Aku menatapnya dekat-dekat, “cepat beritahu aku, kenapa ibu ku loncat dari gedung.”

Dia antara mau tertawa dan tidak memandangiku, seperti seekor babi mati yang tidak takut air mendidih.

Chris menendangnya, “Apa kamu mau coba rasa sepasang kaki dipotong?”

Ancaman ini jelas-jelas sangat berguna.

Warna wajah William berubah tiba-tiba, dan dengan ganas berkata, “aku tidak tahu kenapa ibumu sampai loncat gedung, tapi aku tahu jelas cerita ibu dan kakekmu.”

Aku menatapnya, tidak mengerti maksudnya.

Dia tersenyum dengan liarnya, “Kamu masih belum tahu, ibumu bukan anak kandung kakekmu, dia di adopsi, aku pernah melihat mereka berpelukan bersama, berciuman... ckck, ayah anak berbuat seperti itu, sungguh...”

Aku menampar wajahnya, “Diam! Jangan bicara tidak masuk akal!”

William dengan penuh kebencian menatapku, “binatang kecil, kamu Cuma mau membantu ibu mu menangis mengelus, tapi apa kamu pernah kepikiran, kenapa aku bisa memperlakukan dia dengan dingin?”

Kedua tanganku bergetar dan aku tidak bisa berbicara.

Dia mencibir, “itu karena aku pernah melihat hal kotor mereka, orang luar semua berpikir bahwa saya mengambil keuntungan darinya, tapi kenyataannya, ibumu yang mencari ku, hanya untuk perzihanan dengan ayah angkatnya.

Bagaimana saya bisa mempercayai alasannya? ibuku begitu mencintainya, tapi dia malah memercikkan air kotor pada ibu dan kakek ku.

Dia pasti berbohong!

Aku memeras beberapa kata dari tenggorokan ku, “Kamu sedang mengotori mereka!”

William berkata, “Terserah mu percaya atau tidak.”

Aku menutupi wajahku dan hanya merasakan sakit kepala.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu