My Superhero - Bab 248 Sisilia dan Tito Wen (2)

Mungkin sudah menebak pemikiranku, dia menjelaskan: “saat jalan pulang, aku bertemu dengan Tito, dia sedang mencari Sisilia, melihatnya yang sangat panik, aku memanggil Anin untuk mencari bersama.” Dia mengelus wajahku, berkata: “maaf, sayang, aku kira kamu sudah tidur… aku harusnya mengirim pesan kepadamu.”

Ternyata seperti itu.

membuatku masih berpikir sembarangan begitu lama.

Aku tiba – tiba terpikirkan, sepertinya Tito Wen mencari Sisilia begitu lama, juga tidak tahu apakah karena tanggung jawab, atau karena khawatir dengan Sisilia….

Saat sedang berpikir, Chris Zhou melanjutkan berkata: “sebenarnya aku sudah bisa menebak dia tidak akan membicarakan masalah Belinda, dia masih tidak mengajak kakak terbesar… tapi kakak terbesar adalah kakak kandung Belinda, pasti lebih memperhatikan Belinda… jika dia benar – benar ingin membicarakan masalah Belinda, tidak mungkin tidak mengajak kakak terbesar.”

Saat itu aku sudah merasa aneh, mengapa Suzy Ye tidak memanggil Nicholas, ternyata memang ada masalah.

Tapi, Chris Zhou sudah bisa menebak Suzy Ye tidak akan membahas Belinda, mengapa dia masih pergi?

Mungkin dia sudah menebak pemikiranku, berkata: “bukankah kamu yang menyuruhku pergi?”

Aku membelalakkan mataku.

Dia menghela napas, berkata: “kamu yang berkata tidak peduli, maka aku baru pergi.”

Ternyata dia sedang kesal denganku, baru ikut Suzy Ye pergi?

Pantas saja saat dia pergi tatapan matanya sangat aneh.

Tiba – tiba aku merasa sangat lucu, aku sangat perhitungan dia pergi dengan Suzy Ye, dia malah tidak senang karena aku tidak mempertahankannya…

Ini termasuk masalah apa!

Aku memeluk lehernya, bersandar di depan dadanya, berkata: “aku sangat peduli, hatiku sudah hampir meledak… aku terlalu berbesar hati, aku takut kamu merasa aku terlalu pelit… sebenarnya aku ingin mengejarmu… maaf, Chris, aku terlalu cari muka… kelak jika ada perempuan yang mencarimu tengah malam, aku akan langsung mengusir mereka!”

Sambil berbicara, aku mencium bibirnya, memperlihatkan rasa bersalahku.

Dia tersenyum, kedua tangannya memeluk pinggangku, berkata: “sudahlah, jangan berlebihan, aku tahu… sayang, mengapa kamu seperti anjing kecil… jika kamu bergerak sembarangan di tubuhku, aku tidak jamin apa yang akan aku perbuat terhadapmu..”

Aku langsung berbaring di sebelahnya.

Dia tersenyum dan mencium bibirku.

Aku menikmati ciumannya, beberapa saat kemudian, aku tiba – tiba terpikirkan, dengan nada ringan berkata: “kamu… ingin tahu kabar Belinda?”

Chris Zhou berhenti menciumku.

Dia terhenti sejenak, berkata: “ingin.”

Hanya satu kata, cukup membuat suasana hatiku jatuh.

Tapi aku juga tidak heran, ternyata dia juga tidak membohongiku, ternyata dia masih mengingat Belinda.

Dia mengelus wajahku, berkata: “aku ingin tahu kabarnya, karena sekarang aku sangat bahagia, aku hanya berharap dia juga bahagia.” Berhenti sejenak, dia menghela napas dan berkata, “bagaimanapun, saat itu aku bersalah terhadapnya….”

Dia bersalah terhadap Belinda?

Apakah dia yang memutusi Belinda, atau saat Belinda menyatakan cinta, dia menolaknya?

Kali ini aku tidak ragu, langsung bertanya kepadanya.

Dia berhenti sejenak, berkata: “masalah ini menyangkut keluarga Ye… sampai saatnya, aku akan memberitahumu, baik tidak?”

Aku hanya bisa menganggukkan kepala.

Untung saja dia tidak ada niatan untuk membohongiku, setidaknya dia tidak membohongiku.

Aku bersandar di dadanya, mendengar detak jantungnya yang stabil, suasana hatiku juga menjadi lebih tenang.

Dengan lembut dia berkata: “sayang, yang tadi kamu lakukan sangat baik… kelak jangan menyimpan masalah di hati, langsung bertanya saja kepadaku, ingat tidak?”

Aku mengiyakannya.

Lalu aku lanjut tidur.

……

Di hari kedua saat bangun, sudah jam 10 lebih, salju sudah berhenti, matahari sudah terbit.

Tidur sampai saat ini, juga tidak ada yang memanggil.

Kemarin semua orang tidur begitu malam, pasti sedang tidur bermalasan.

Karena sudah berterus terang dengan Chris Zhou, suasana hatiku menjadi lebih tenang, aku juga menjadi lebih ceria.

Aku membuka pintu teras, suasana matahari yang cerah menyinari wajahku, angina juga mengenai wajahku.

Tapi aku merasa menjadi lebih semangat.

Chris Zhou berjalan ke arahku, memasukkanku dalam pelukannya, dengan gugup berkata: “sayang, kamu tidak takut dingin, tapi anak dalam kandungannya tidak akan tahan.”

Aku melihat wajahnya yang panik, merasa lucu.

Dia memencet hidungku: “jahil.”

Aku tertawa semakin keras.

Dia juga ikut tertawa, mencium keningku, berkata: “ayo jalan, sudah saatnya bertemu dengan mereka.”

Menunggu hingga kita sampai ke restoran, Chris Zhou mereka juga sudah berkumpul.

Sisilia juga ada.

Aku melihat matanya yang merah membengkak, di bawah matanya ada kantong mata, mungkin kemarin malam dia tidak tidur nyenyak.

Lalu melihat Tito Wen, dia terlihat baik – baik saja.

Aku ingin tahu, apakah kemarin Tito Wen dan Sisilia berbicara baik – baik, lalu apakah Tito Wen memarahi Sisilia.

Sayangnya ada banyak orang di sini, aku juga tidak enak bertanya begitu banyak.

Setelah makan, semua orang berpisah lagi, menaiki mobil pribadi mereka.

Aku selalu tidak punya kesempatan untuk bertanya kepada Sisilia.

Setelah naik mobil, hal pertama yang aku lakukan adalah mengirim pesan kepada Sisilia.

Dia membalasnya dengan cepat, katanya dia telah berbicara dengan Tito Wen, Tito Wen juga tidak mengelak skandal dengan perempuan itu, dan juga berbicara akan membatalkan pertunangan dengan Sisilia.

Melihat pesan itu, aku bahkan merasa sakit hati terhadap apa yang dialami Sisilia.

Meskipun gaya bahasanya yang biasanya, di tanda bacanya juga tidak ada tanda dia mengeluh, terlihat sangat tenang…

Tetapi Tito Wen akan membatalkan pertunangan dengannya, dia pasti merasa terkejut dan sedih bukan.

Dia diam – diam menyukai Tito Wen, sedangkan hubungan dia dan Tito Wen satu – satunya adalah, mereka saling tunangan, yang kelak akan Menikah.

Sekarang hubungan mereka satu – satunya akan diputuskan oleh Tito Wen, bagaimana mungkin dia tidak sedih.

Aku ingin menelepon Sisilia, meskipun tidak ada cara, tapi setidaknya bisa menghiburnya.

Tetapi aku melihat Chris Zhou yang ada di sebelah, tiba – tiba teringat Sisilia dan Tito Wen juga ada di mobil yang sama, jadi aku menahannya, hanya mengirim pesan kepada Sisilia.

Dia dengan cepat membalas kata baik.

Aku melihat ponselku yang menggelap, perasaanku tetap tidak bisa tenang.

Untuk menuruni gunung ini masih memerlukan waktu satu jam, juga tidak tahu saat ini Sisilia, dengan perasaan apa dia menghadapi Tito Wen.

Aku melihat Chris Zhou, bertanya: “Chris, kamu tahu masalah kak… Tito dan perempuan itu?”

Dia melihatku sekilas, berkata: “panggil dia adik keempat juga bisa.”

Tapi umurku lebih muda disbanding Tito Wen…

Chris Zhou mengetuk jidatku dengan ringan: “kamu adalah istriku, tentu saja sebanding denganku.”

Aku hanya oh saja, juga tidak mempermasalahkan lagi, dengan segera berkata: “aku ingin tahu masalah dia dan perempuan itu saja.”

Dia dengan pelan melihat mataku, dengan ringan berkata: “kita tidak pernah mencampuri masalah percintaan pribadi mereka.”

Aku menjadi terdiam.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu