My Superhero - Bab 102 Berlutut Di Depan Kamar Selama 2 Jam, Aku Baru Memaafkanmu (1)

Chris sedikit mengerut kening.

Aku sedikit khawatir Weny, berbisik berkata: “Chris, kita juga ikutan pergi lihat.”

Chris tidak menolak.

Berjalan sampai di pintu tangga, terlihat Weny duduk di tangga, kepala nunduk dalam lutut, menahan nangis.

Dia mungkin khawatir dengan keadaan Bibi Zhou kali?

Dia pikir-pikir, terus turun, berjongkok di samping, berbisik:”Weny, jangan nangis, Bibi bakalan baik-baik saja.”

Weny mengangkat kepala, mata dan hidung memerah, kelihatan sangat kasihan sekali.

Dia melihat aku sekilas, kemudian tidak memperdulikan aku.

Aku tersenyum pahit, mungkin dia masih menyalahkanku.

Berpikir ingin menjelaskan dengannya, dia malah berdiri, pergi menuju atas.

Saat berjalan di samping Chris, dia mengulur tangan menarik lengan baju Chris: “Kak Chris, tadinya aku benaran sangat khawatir Bibi, makanya melampiaskan emosi padamu…kamu jangan menyalahkan aku ya?”

Suaranya lembut-lembut, sedikit bawa bunyi hidung, apalagi dia juga alasan yang tepat, siapa yang benaran mau menyalahkannya.

Betul, Ekspresi wajah Chris menjadi sedikit lembut, berkata: “ Jangan banyak pikir, aku tidak menyalahkanmu.”

Tangisan Weny menjadi senyuman, berkomat-kamit memanggilnya: “Kak Chris….kamu baik banget!”

Aku memandang punggung dia, serasa sedikit aneh, sebelumnya dia melihat Chris, selalu sangat malu menghindari jauh-jauh, tapi kali ini malahan aktif sekali mencari Chris, bahkan tidak menyembunyikan perasaan suka dan rasa terima kasih padanya.

Mungkin…karena Bibi Zhou tiba-tiba sakit merangsangnya.

Tapi hubungan dia dengan Bibi Zhou sangat baik, seharusnya tahu kalau Bibi Zhou berpura-pura sakit.

Chris berkata dengannya: “Kamu pergi merawat Bibi di kamar saja.”

Weny berbisik sambil mengiyakan, kemudian naik keatas, dari awal tidak melihat kearah aku.

Aku diam-diam menghela napas, mungkin dia sekarang masih sedang marah, tunggu sudah agak mereda, aku baru berbicara lagi dengannya.

Tatapan mata Chris diletakan pada aku: “Ayuk pergi.”

Aku mengangguk kepala, diam-diam mengikutinya balik kekamar.

Pintu kamar ditutup, aku tidak sempat memperdulikan hal lain, langsung menarik bajunya, berkata: “Chris, sini biar aku lihat luka pada bahumu itu.”

Semenjak dia terkena lemparan gelas, aku selalu mengingatkannya.

Mungkin tidak terduga kalau hal yang pertama kulakukan adalah menarik bajunya, Chris terdiam beberapa detik, kemudian dia memegang tanganku, berkata: “Tidak apa-apa, lukanya sudah membaik…”

Aku tidak percaya, mesti dilihat dengan mata baru percaya.

Dia tidak ada cara, hanya bisa berkerja sama denganku, membuka kemejanya.

Setelah menyakinkan luka tidak ada terbuka, aku baru sedikit lega.

Chris perlahan-lahan mengaitkan kancing baju.

Jari tangan dia sungguh panjang, gerak-geriknya sungguh elegan, hingga sampai akhir mengaitkan kancing itu.

Tadinya melepaskan kancing baju, aku tidak kepikiran banyak, saat ini tertutup semua sampai tiada selang sedikit pun, seperti sedang menahan nafsu. Tapi dia berbaju putih, kemeja putih tidak bisa menyembunyikan otot-ototnya….sebenarnya semakin bikin orang kepikiran hal lain. Kepala aku sekejap terpikiran adegan beberapa malam yang sebelumnya, adegan dia tidak berpakaian memeluk aku.

Wajahku sekejap langsung sangat panas, tidar tahan menelan-nelan air liur.

Chris sepertinya sudah kelihatan aku sedang terpesona olehnya, dia menunduk kepala tersenyum lebar.

Suara yang serak dan rendah dia, membuatku menjadi semakin deg-degan.

Wajah aku memerah, tapi setelah terjadi hal ini, mood aku menjadi sedikit membaik.

Terdiam sebentar, aku memberanikan diri, berkata: “Chris, ada hal yang ingin kujelaskan padamu, aku benaran tidak membantah Bibi Zhou.”

Terus aku menceritakan dari keluar pintu di panggil oleh Bibi Zhou, kemudian berbicara apa, semua kasih tahu kepadanya.

Chris mengiyakan: “Aku tahu kok.”

Wajah senyuman dia memudar, menggantikan wajah yang sungguh serius.

Walaupun demikian, aku juga tetap sangat lega, setidaknya dia tidak meragukan arti aku.

Tiba-tiba dia memegang wajahku, berkata: “Hari ini membiarkan kamu merasa dirugikan.”

Mendengar suara lembutnya, aku kepikiran adegan Bibi Zhou mempersulitnya, terus hari ini seharian punya kejadian, hidung aku langsung sedikit asam.

Hati aku benar merasa dirugikan, tapi aku juga tidak ingin menyembunyikan.

Chris memelukku, meminta maaf berkata: “Sikap Bibi sangat keras, kita hanya bisa pakai cara lembut…”

Aku menyium aroma mints tubuhnya, hati agak sedikit tenang, dengan erat memeluk pinggangnya, berkata: “Aku semua mengerti.”

Chris memelukku sebentar, terus berkata: “Waktu-waktu ini kamu hanya bisa tinggal dirumah bantu merawat Bibi, Bibi gak tahu kapan bisa membaik.”

Aku mengerti maksud dia, tapi kalau Bibi Zhou terus berpura-pura sakit, kita harus selamanya menjaga dia.

Apalagi lihat Bibi Zhou, serasanya dia tidak bakalan bisa mengalah, walau hari ini kakek Zhou ada membantu dahulu, tapi lihat dia ada sakit jantung sebagai pelindung, dia mana mungkin bisa mengalah begitu saja.

Kemungkinan Rumah Zhou bakalan tidak tenang.

Dan aku malahan menjadi musuh salah satu dari Bibi Zhou, salah satu faktor yang membuatnya tidak tenang.

Aku tidak sadar menghela napas panjang, sedikit menggalau lihat hari-hari seterusnya.

Chris melihat aku, berkata: “Bagian sekolah, mungkin hanya bisa minta izin.”

Aku juga mempertimbangkan hal ini.

Satu minggu lagi sudah masuk sekolah, aku emang tidak ingin melepaskan kesempatan balik sekolah ini, tapi masalah Bibi Zhou, tidak bisa melepas diri. Untungnya Chris tidak menyarankan aku untuk berhenti sekolah, hanya menyuruhku izin. Aku berpikir nantinya pergi dulu registrasi, kemudian baru pergi cari Guru Tang.

Berkali-kali mengecewakan Guru Tang, hatiku sangat tidak enak dengannya.

Yang paling penting adalah, ilmu kedokteran berbeda dengan jurusan lainnya, izin bolos bisa mengejar materi. Ilmu kedokteran sangat teliti, perlu menghabiskan banyak waktu, jangankan izin, semua orang bahkan merelakan liburnya, apalagi saat praktek klinis, harus butuh banyak tenaga untuk menelitinya.

Jadi walau Guru Tang sudah memberi izin, aku sendirinya juga rela, cuman saat itu belum tentu bisa kekejar materinya.

Kecuali berhenti sekolah.

Tapi…kalau hanya demi menyenangkan Bibi Zhou, malah melepaskan mimpi sendiri, layak kah?

Hati ku sangat bingung, terdiam lama, masih tidak tahan berkata: “Chris, dulunya aku jadi pacar palsumu, apakah hanya demi untuk mengatasi Bibimu?”

Chris memeluk lenganku semakin erat, tapi tidak membantahnya.

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu