My Superhero - Bab 774 Membantuku Mengganti Pakaian

Chris Zhou tertawa pelan, telapak tangannya yang hangat menutupi mataku, dan berkata dengan pelan : “Manis, tidurlah.”

Aku menurutinya dan memejamkan mataku, lalu aku membuka lagi mataku dan mencium-ciumi wajahnya, berkata : “Tuan Zhou, selamat tidur.”

Dengan suara serak dia membalas : “Selamat tidur”

Sekali aku memejamkan mataku, tiba-tiba aku baru teringat kalau aku belum mengganti ke baju piyamaku…

Lupakan saja, jika aku menyinggung tentang baju piyama akan terdengar seperti mengartikan sesuatu, lebih baik aku berpura-pura tidur dulu, tunggu dia keluar, baru aku akan mengganti baju ini.

Jadi aku mendekap di dalam pelukannya dengan tenang, aku memelankan pernapasanku dan berpura-pura tidur.

Aku tidak tahu telah lewat berapa lama, kemungkinan dikarenakan Chris Zhou berada di sisiku sehingga aku merasa sangat tenang, mungkin juga karena kehangatan tubuhnya yang membuat aku merasa sangat nyaman, dan tanpa disadari, aku pun terlelap tidur, bahkan kapan Chris Zhou pergi pun aku tidak tahu.

Namun ketika aku bangun keesokannya, aku mendapati kalau bajuku sudah diganti dengan piyama.

Aku sedikit kebingungan, lalu terpikirkan apakah mungkin Chris Zhou yang membantuku menggantinya?

Jadi… Dia melepaskan bajuku dan menggantinya dengan piyama?

Aku menundukkan kepalaku dan melihat ke dalam piyamaku, aku tidak memakai apa pun di dalamnya…

Ini sangat memalukan, membayangkan adegan dia membantuku mengganti baju membuat wajahku memerah, aku merasa sekujur tubuhku seakan-akan mengeluarkan asap.

Aku menepuk-nepuk wajahku yang memanas, tidak hentinya mengingati diri sendiri kalau aku dengan Chris Zhou adalah sepasang suami istri, tidak ada bagian tubuh ini yang tidak pernah dilihat olehnya, jadi tidak usah merasa malu…

Walaupun sudah beberapa kali meyakinkan diri sendiri, tapi aku masih saja merasa tidak enak hati.

Segera aku bangun dari tempat tidur dan mengganti bajuku, juga mencuci muka dan menggosok gigiku, melihat bayanganku sendiri yang sudah rapi di dalam cermin, aku baru merasa tidak begitu malu lagi.

Setelah itu, Maxi juga bangun dan mencari ibunya, dengan segera aku pergi menemuinya dan menggendongnya, lalu mencuci wajahnya.

Setelah bolak-balik berpikir, aku tetap saja tidak bisa mengingat kalau Chris Zhou menggantikan pakaianku, sesekali terlintas di benakku, namun dengan cepat juga ingatan itu sirna dan membuat diriku untuk tidak memikirkannya.

Selanjutnya, aku membawa Maxi turun ke lantai bawah untuk bersarapan, semua anggota keluarga sudah duduk di depan meja makan.

Ryan Zhou menepuk-nepuk di kursi sebelahnya sambil berkata : “Adik, duduk di sini.”

Maxi yang mendengarnya langsung melepaskan tanganku, dia berlari-lari kecil ke sisi Ryan Zhou dan memanggil-manggil kakaknya itu.

Ryan Zhou menggendong Maxi ke atas kursi, lalu dia memberinya semangkuk bubur dan berkata : “Kamu makan pelan-pelan yah.”

Aku merasa lucu melihatnya, sebenarnya Maxi masih belum pandai menggunakan sendok, namun dia selalu ingin makan sendiri dan setiap kali dia selalu membuat meja makan berantakan, di bajunya dan di atas meja pasti ada bekas makanannya, akhirnya Ryan Zhou selalu membujuknya dan mengambilkan sedikit makanan saja untuknya lalu membiarkannya sibuk sendiri, setelah dia merasa bosan, barulah pelayan akan menyuapinya.

Ryan Zhou adalah seorang kakak yang sangat baik, Maxi juga sangat menyukainya dan selalu mendengarkan perkataannya.

Seperti saat ini, dengan lembut Maxi mengiyakannya, dan terduduk manis di depan meja makan anak-anak, dengan patuh memakan buburnya sendiri.

Sesekali Ryan Zhou akan menyeka mulutnya menggunakan tisu, kepala kedua bocah itu bersentuhan, sangat lucu.

Aku tertawa melihat kelakuan mereka, dan dengan pelan aku berjalan ke sana.

Chris Zhou mengeluarkan sebuah kursi, dia melirik ke arahku.

Aku bisa mengerti kalau dia mau membiarkanku duduk di sebelahnya.

Melihatnya, aku langsung teringat dengan persoalan dia yang menggantikan piyama untukku, aku sedikit merasa malu, namun tentunya aku tidak boleh membiarkan orang lain menyadarinya, apalagi semua anggota keluarga berada di sini.

Aku duduk terdiam di sebelahnya, tidak berani menatapnya.

Dia mengambil sebuah mangkuk dan mengisinya dengan bubur lalu memberikannya kepadaku, dia berkata dengan pelan : “Makanlah.”

Aku mengiyakan, dan menatapnya.

Sisi wajahnya terlihat sangat tampan, raut wajahnya juga tampak hangat, seperti sesosok yang aku kenal dengan baik.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, diam-diam aku menertawakan diriku sendiri.

Dia adalah suamiku sendiri, kenapa aku harus merasa malu?

Walaupun jika dia membantuku mandi ataupun melakukan hal lainnya, itu semua juga bukanlah hal yang aneh.

Aku menenangkan diriku sendiri, lalu memakan bubur itu.

Chris Zhou mengambilkan makanan kesukaanku.

Aku terheran-heran, bukankah dia telah melupakan segala hal, kenapa dia bisa mengetahui makanan kesukaanku?

Dia tersenyum sebentar dan mengatakan : “Aku bisa mengetahui makanan kesukaanmu karena aku pernah bertanya kepada pelayan di sini.”

Aku sedikit terpana, hidungku langsung terasa perih karena merasa terharu.

Hal sekecil itu pun telah dipertimbangkannya, sangat jelas kalau dia benar-benar peduli kepadaku.

Setelah selesai makan, Philip Zhou dan istrinya berangkat kerja, kakak kedua dan kekasihnya kembali ke area militer, Ryan Zhou akan berangkat ke sekolah, di rumah hanya tersisa kakek Zhou dan aku juga Maxi.

Dan Chris Zhou, dia akan segera kembali ke rumah sakit.

Aku berencana untuk menjenguk Sisilia, lalu aku berkata kepada Chris Zhou : “Chris, mari kita berangkat bersama.”

Yang terpenting adalah aku ingin lebih banyak menghabiskan waktuku sendirian bersamanya.

Chris Zhou tersenyum dan mengiyakan, dia membelai-belai rambutku sambil mengatakan : “Kamu berencana untuk menjenguk Sisilia dan anaknya?”

Aku menganggukkan kepalaku.

Dia berkata : “Aku akan pergi bersamamu, setelah menjenguk Sisilia, kita akan pergi kencan.”

Kencan?

Aku baru mengingat kalau kemarin saat dia menjemputku pulang ke rumah, di dalam mobil dia mengatakan akan mencari waktu untuk pergi kencan denganku.

Sesungguhnya, dikarenakan oleh permasalahan Sandra Qin, aku mengira kalau aku harus menunggu lebih lama lagi, apalagi Sandra Qin selalu menyusahkannya, dan dia pun harus selalu tinggal di rumah sakit, tidak mungkin kita akan bisa sering berjumpa.

Tapi tidak kusangka dia ternyata sudah mengaturnya dan bersungguh-sungguh ingin pergi kencan denganku.

Bagaimana mungkin aku tidak bahagia kalau dia begitu pengertian?

Aku menatapnya dengan sedikit terpana dan mengatakan : “Benarkah?”

Dia tersenyum dan menggenggam tanganku, lalu berkata : “Tentu saja.”

Aku dengan hati-hati menanyakan : “Bagaimana dengan rumah sakit sana… Apakah tidak apa-apa?”

Bagaimana kalau Sandra Qin berbuat onar lagi?

Chris Zhou mengiyakan, dan mengatakan : “Karena dia telah berani menuntut permintaan dengan Philip, berarti dia sudah harus mengerti sifatku, aku sekarang tidak mempedulikannya, dia juga tidak akan bermacam-macam.”

Aku termenung, aku baru menyadari kalau dengan Philip Zhou lah Sandra Qin menuntut permintaan, bukan dengan Chris Zhou.

Apakah karena dia takut Chris Zhou akan marah?

Walau bagaimana pun, sekarang Chris Zhou berdiri di pihakku, aku tertawa dan berkata : “Kalau begitu ayo kita pergi menjenguk Sisilia, habis itu kita pergi kencan.”

Chris Zhou tesenyum kecil dan mengiyakan.

Kami meninggalkan Maxi di rumah, selama kakek Zhou ada di rumah, aku tidak akan khawatir dengannya.

Lalu kami berangkat ke rumah Tito Wen.

Tito Wen dan Sisilia sudah pulang ke rumah keluarga Wen, dulu hanya berdua, mereka tinggal di villa, dan sekarang sudah menjadi bertiga.

Kami terlebih dahulu menghubungi Tito Wen, dia dan Sisilia sedang menunggu kami di rumahnya.

Saat itu jam sepuluh pagi sesampainya kami di villa mereka, Tito Wen menyambut kami di depan pintu, aku dan Chris Zhou menurunkan hadiah untuknya dari mobil.

Tito Wen sekilas melirik ke bagasi mobil, lalu mengatakan : “Kenapa begitu banyak barang?”

Aku berkata : “Barang-barang ini untuk si kecil.”

Ada mainan, ada juga beberapa produk makanan nutrisi dan pakaian bayi.

Sambil tersenyum, Tito Wen mengucapkan terima kasih.

Saat kami memasuki ruangan, si kecil barusan saja bangun dan sedang menangis, Sisilia dan pelayan sedang menenangkannya.

Melihat kami, Sisilia pun menyerahkan anaknya kepada pelayan dan menyapa kami sambil berkata : “Kakak Viona, Kakak Chris Zhou, silahkan duduk.”

Aku dan Chris Zhou pun berjalan menuju kesana, aku pergi melihat si kecil dulu.

Dihitung-hitung, si kecil baru lahir beberapa hari, namun mata, mulut dan indra-indra lainnya sudah berfungsi dengan baik, wajahnya juga sangat putih dan mulus, sedikit terlihat seperti Tito Wen, juga sedikit terlihat seperti Sisilia, sangat lucu.

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu