My Superhero - Bab 19 Ku Pikir Aku Menyukai Chris

Aku memandang ke atas sambil tak menduganya, menatap kedua mata Chris yang hitam sehitam tinta.

Apakah sebelum dia membantuku, semuanya dia lakukan demi mempersiapkan hal ini?

Dengan kata lain, sebenarnya dia dari awal sudah mempertimbangkan diriku untuk menjadi tamengnya?

Awal keterkejutanku berubah menjadi rasa frustasi. Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi.

Sepertinya Chris mengkhawatirkan perasaanku, tanpa banyak bicara dia berkata: "Pertimbangkanlah dengan baik. Sampai kamu bisa berpikir jernih, kita diskusikan lagi."

Aku sedikit mengalihkan lalu menjawab: "Baik. Selamat malam, paman Chris."

Keluar dari ruang baca, aku masih merasa terkejut dan bingung.

Anggap jika dia dari awal benar-benar berencana menyuruhku berpura-pura menjadi kekasihnya, Jade juga akan biasa saja padaku, mungkin masih ada faktor pendorong yang sengaja...

Aku diam-diam tersenyum getir.

Di dunia ini benar-benar tidak ada siapapun yang membantu orang tanpa syarat.

Maka dari itu harusnya aku menyetujui Chris, kan?

Lagipula dari awal Jade sudah salah paham denganku. Anggap saja aku menjadi kekasih Chris, paling tidak Jade semakin membenciku.

Sekali aku menyetujuinya, Chris akan langsung membantuku menyingkirkan William dan Grace.

Semuanya untung untukku.

Tapi.... aku juga tidak setuju.

Karena aku tahu isi hatiku sendiri. Di dalam hatiku ada sesuatu yang sedang tumbuh.

Aku pikir, aku menyukai Chris.

Dia begitu baik. Dia seperti malaikat yang turun dari langit. Bagaimana mungkin hatiku tak tertarik padanya?

Tapi aku tidak bisa membiarkan perasaan ini berkembang. Karena aku tahu, aku dan dia tidak berada di dunia yang berbeda. Takdir yang ku harapkan akan berakhir gagal.

Terlebih lagi hidupku benar-benar kacau. Aku masih harus menghadapi ayah kandungku yang tak punya hati dan selingkuhannya yang licik bagai ular.

Aku tidak bisa memberikan diriku kesempatan untuk dekat dengannya....

Aku memikirkan perasaan hatiku sambil membolak-balikkan tubuhku di kasur sampai semalaman aku tidak tidur.

Hari kedua, aku bahkan sangat takut melihat Chris.

Terakhir aku berlama-lama mencuci wajah dan mulutku, mengambil napas yang dalam berkali-kali lalu baru berani turun ke bawah.

Hasilnya Chris sudah keluar. Katanya begitu menerima telepon, pria itu langsung pergi keluar, Anin juga mengikutinya pergi.

Bibi Elena sedang memasak, selama ini hubungannya denganku semakin dekat. Dia juga membicarakan permasalahan keluarganya denganku.

Dia tersenyum sambil berkata: "Sebelum tuan pergi, tuan menyuruhku merebus sedikit ginseng amerika. Tuan bilang kalau semalam kamu tidak bisa tidur."

Aku hanya diam.

Dia telah memprediksi kalau aku tidak bisa tidur!

Orang ini, jauh dari bayanganku, dia benar-benar menakutkan.

Wajahku terasa panas. Aku hanya diam dan lalu berkata terima kasih pada bibi Elena.

Bibi Elena mengedipkan matanya sambil berkata: "Tuan sangat memperhatikanmu. Sebelumnya saat nona Jade datang kemari, aku tidak pernah melihat tatapan kesungguhan tuan."

Aku tidak tahu harus berkata apa, aku hanya fokus meminum sup ginseng.

Bagusnya adalah bibi Elena bukanlah tipe orang yang banyak bicara. Bicara denganku beberapa kalimat lalu sibuk kembali.

Setelah sarapan aku langsung kembali ke kamar.

Tidak tahu kenapa, hatiku tidak bisa tenang.

Sesaat memikirkan kelicikan William dan Grace, sesaat mengingat proses pemakaman ibuku yang dingin, sesaat memikirkan syarat yang kemarin malam Chris bicarakan.

Pikiranku benar-benar kacau. Sampai tengah malam, Chris baru kembali.

Aku mendengar mobilnya masuk ke halaman depan. Aku berdiri lalu berlari ke arah ruang tamu, menunggunya.

Ketika Chris masuk dia tidak memperhatikan keberadaanku.

Dia sedang mendengarkan laporan dari Anin yang berada dibelakangnya.

Sekarang sudah masuk musim panas, tapi dia masih memakai kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam. Lengan kemejanya dia gulung, lalu dua kancing teratasnya dia lepas.

Gaya pakaiannya yang seperti ini tidak bisa menutupi postur tubuhnya yang bagus. Tubuhnya benar-benar membuat orang memekik takjub.

Tetapi di wajah tampannya tidak ada ekspresi apapun, ditambah lagi dia seperti tidak memiliki ketertarikan pada apapun, datar dan dingin.

Aku menyadari bahwa jantungku berdegup tidak beraturan.

Setiap kali melihatnya, degup jantungku seperti lebih cepat beberapa menit.

Agar diriku tidak berfantasi liar lagi, aku turun ke bawah menyambutnya, lalu memanggil namanya: "Paman Chris."

Pandangannya baru mengarah ke arahku, lalu dia mengangguk pelan.

"Ada yang ingin ku diskusikan denganmu..." Ucapku.

Dia mengiyakan, lalu memberikan dokumen kepada Anin. Chris menatapku sebentar dan berkata: "Ikut denganku."

Aku langsung mengikutinya.

Dia kembali menengok lalu bicara pada Anin: "Kamu juga ikut."

Aku agak bingung.

Melihat bahwa aku ingin diskusi denganmu tentang hal semalam, pastinya aku berharap tidak ada orang lain di sana.

Tapi aku berpikir lagi. Anin adalah orang kepercayaannya, mungkin Anin sudah tahu lebih awal rencananya untuk menjadikanku tamengnya.

Aku menundukkan pandanganku, tidak bicara apapun.

Pintu tertutup. Chris berdiri di belakang meja kantor seperti mengambil sebuah dokumen dan membacanya.

Dia pasti sangat sibuk.

Aku sedikit tidak enak hati, dengan pelan bicara: "Apakah aku mengganggumu?"

Dia mengalihkan pandangannya dari dokumen, tatapan matanya tenang: "Ada masalah apa? Bicaralah."

"Tentang usulanmu semalam, aku telah hati-hati memikirkannya."

Chris hanya menjawab 'oh', memberiku isyarat untuk kembali melanjutkan ucapanku.

"Aku tidak bisa menyetujuinya..." Ucapku sangat pelan.

Walaupun aku sangat memerlukan pertolongannya, tetapi aku memutuskan untuk menolak bujukannya yang seperti ini.

Aku takut jatuh terlalu dalam lalu tidak bisa meninggalkan dirinya.

Chris terdiam.

Ruang baca ini sangat sunyi, hanya terdengar suara hembusan napasku sendiri.

Aku agak gelisah, dengan perasaan takut aku mendongakkan kepalaku.

Saat itu dia sedang melihatku. Pupil matanya sangat gelap, aku tidak tahu perasaannya saat ini.

Aku takut dia marah. Takut jika dia mengira aku tidak mengerti tujuan baiknya. Dengan buru-buru aku berkata: "Anda sudah membantuku sangat banyak... aku tidak akan merepotkan anda lagi..."

Tentu saja ini hanyalah alasan. Alasan sebenarnya hanyalah diriku sendiri yang tahu.

Aku menekan diriku untuk berani, kemudian berkata: "Jika anda benar-benar membutuhkan seorang kekasih, selama anda mengatakannya pada orang lain, pasti ada banyak gadis yang bersedia membantu."

Chris tidak bersuara, tatapan matanya datar ketika menatapku.

Aku pun tidak bersuara lagi.

Chris meletakkan sebuah dokumen yang ada di tangannya, lalu bicara pada Anin: "Berikan padanya."

Aku merasa agak curiga.

Anin memberikanku amplop berwarna coklat.

Aku menerimanya. Hal yang muncul terlihat adalah beberapa lembar foto.

Menunggu sampai melihat jelas orang di foto tersebut, aku sampai membesarkan kedua mataku untuk menatap foto tersebut.

Seluruhnya adalah foto Grace dengan pria yang sama sedang berpelukan, bahkan ada beberapa foto mereka di ranjang.

Aku juga mengenal pria itu. Dia adalah teman kami semasa SMA, Lucas. Dia dan Grace berasal dari tempat yang sama. Ada yang mengatakan bahwa mereka adalah teman SMP, mereka bersama-sama datang ke kota Hualin untuk ujian.

Aku memandangi foto itu lama sekali, baru melihat data yang ada di bawah foto itu.

Itu adalah catatan sewa kamar. Di halaman kedua adalah waktunya, ditulis menggunakan tinta berwarna merah.

Aku menghitung tanggal tersebut. Tanggal itu pas dengan waktu di mana Grace hamil.

Jadi anak yang ada di perut Grace, kemungkinan besar adalah anak Lucas.

Saat itu aku merasa tenggorokanku tercekat.

Awalnya aku berpikir bahwa Grace pura-pura hamil, dengan sengaja memprovokasi ibuku, tapi nyatanya dia benar-benar hamil.

Tapi anak itu bukanlah anak William, ayahku.

Dia berencana membuat William membuang uangnya dengan percuma, membuat William membantu merawat anaknya.

William menganggap Grace adalah harta berharganya, juga menganggap anak di kandungan Grace adalah alasannya untuk hidup. Jika William tahu bahwa anak yang dikandung Grace bukan anaknya, akan seperti apa reaksinya?

Mungkin... dia akan memilih untuk memaafkannya.

Demi Grace, dia tidak ragu membunuhku.

Aku tertawa getir.

Aku terdiam untuk waktu yang lama, lalu dengan suara pelan berkata: "Hal ini, apa kmau yakin?"

Chris memandang Anin.

Anin menjawab: "Yakin."

Aku meremas foto ini, lalu larut dalam pikiranku.

Sebenarnya dari awal aku sudah berpikir ingin mencari seorang pria untuk pergi ke pesta pernikahan. Berpura-pura sebagai kekasih Grace, dan membuat Grace dan William marah.

Saat ini sepertinya tidak perlu mencari pria untuk berpura-pura lagi. Perselingkuhan antara Grace dan Lucas yang membereskan hal tersebut.

Tetapi aku tidak ingin melakukan rencana ini.

Aku ingin membiarkan William membantu Grace merawat anak itu dengan baik. Setelah merawatnya beberapa tahun, sampai saat itu aku baru membongkarnya. Ekspresi William pasti sangat bagus.

Tetapi, hatiku lagi-lagi tidak rela. Apa alasan William memperlakukanku dengan kasar tetapi merawat anak haram itu dengan baik....

Pada akhirnya, uang kakeklah yang merawat mereka.

Pikiranku bergejolak, dari awal sampai akhir tidak bisa memutuskan.

"Apakah kamu benar-benar sudah memutuskan untuk tidak menjadi kekasihku?" Tanya Chris tiba-tiba.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu