My Superhero - Bab 314 Kena pukul kamu! Ini aku! Aku Riri!

Kalau dipikir-pikir lagi aku dan Steven tidak ada hubungan darah, apakah nantinya dia bisa merasa bahwa selama ini kebaikannya padaku itu sia-sia?

Saat memikirkan ini, aku tidak menahan perasaan sedih ini.

Aku merasa seharusnya tidak menyembunyikan hal-hal ini kepadanya.

Tapi sekarang aku benar-benar tidak berani mengatakannya, karena aku masih harus mencari tahu kebenaran yang terjadi tahun itu, dan aku mencurigai Senjaya mungkin saja terlibat di penculikan ibuku......

Chris sepertinya tahu aku sedang kebingungan, ia menggarukan jarinya di hidungku: "Tidak usah banyak mikir, diluar dingin, kamu cepetan masuk, aku ada urusan di telepon sebentar."

Aku mengangguk.

Dia ragu-ragu bertanya: "Aku panggil Andy datang, kamu........ setuju?"

Aku tanpa sadar ingin segera menolaknya, tapi saat melihat tatapannya yang cemas, aku mengiyakannya.

Dia menatapku lekat-lekat sebentar, baru ia berbalik dan naik ke mobil.

Setelah menunggunya pergi, Steven bertanya padaku: "Aku besok akan mengunjungi Guru Tang, kamu mau ikut?"

Guru Tang memperlakukan kami dengan sangat baik, aku dari awal memang ingin mencari waktu untuk mengunjunginya.

Setelah mendengar Steven menyebutkan hal itu, aku langsung menjawab: "Pergi."

Steven berkata: "Baiklah, besok kupanggil kamu."

Kami mengobrol sambil masuk ke ruang tamu, tidak menyangka Ayah Shen masih duduk di sofa.

Melihat kami masuk kedalam, dia berdiri, ia berkata padaku: "Viona, ada hal yang ingin aku bicarakan dneganmu."

Aku terpaku, hatiku sedikit was-was.

Tapi aku kepikiran, Chris baru saja pergi, seharusnya dia secepat ini mencari masalah denganku.

Jadinya aku memasang senyumku padanya.

Senjaya berkata: "Mari kita ke ruang baca untuk ngobrol."

Aku mengiyakan.

Steven tiba-tiba bersuara: "Ayah, kamu dan Viona ingin bicara tentang apa?"

Senjaya memandangnya kesal, berkata: "Kamu coba pergi ke atas lihat adik perempuanmu, dia tadi sedang menangis terus-menerus."

Ini dengan jelas menunjukkan bahwa ia tidak ingin Steven tahu.

Steven mengeruyutkan keningnya, dia mennatapku ragu beberapa kali, akhirnya tidak membantah.

Aku mengikuti Senjaya pergi ke ruang baca.

Dia membuka pintu dan berkata: "Coba kamu cari kesempatan untuk membujuk Chris, keluarga Zhou ada banyak sekali proyek di Afrika, berikan sedikit atau satu dua proyek untuk keluarga Shen bolehlah."

Ternyata tentang hal ini!

Sebelum masuk ke ruang baca, aku sudah ada perasaan, tapi aku berpikir mungkin mukanya belum sampai setebal ini.

Sekilas, aku meremehkan muka tebalnya.

Dia tanpa diduga langsung memintaku membujuk Chris untuk minta proyek!

Aku berusaha mempertahankan ekspresi tenang dan hangat, berusaha: "Aku teringat waktu itu Chris sepertinya sudah memberi paman sebuah proyek, sampai sekarang belum selesai kan?"

Senjaya segera berkata: "Keluarga Shen punya banyak karyawan, tambahan sedikit proyek masih sanggup."

Aku terkejut dengan ketidaktahu maluannya.

Setahu aku, waktu lalu Chris sudah memberinya proyek, dan dia sudah mendapatkan banyak uang, saat proyeknya selesai dia akan mendapat uang lebih banyak lagi.

Keserakahannya tidak terbendung lagi, hanya ingin mengambil keuntungan dari keluarga Zhou.

Aku meluruskan: "Paman, maaf, sekarang ini aku sedang canggung dengan Chris, sepertinya tidak bisa membantu membicarakannya."

Raut muka Senjaya berubah, ia membuka mulut dan menceramahiku: "Kamu terlalu emosi-an, aku lihat Chris selalu mengomelimu, kamu tidak usah mencari perhatian, seharusnya kamu menghargai itu."

Aku berkata: "Maaf ya, paman, tempramenku memang begini."

Senjaya tidak berkata apa-apa, hanya memandangiku, seperti ingin menceramahiku lagi.

Aku mendahului dan berkata: "Aku dengar-dengar keponakanmu itu mirip sepertimu, mungkin karena tempramennya mirip denganmu, keras kepala."

Raut mukanya berubah tanpa ekspresi, tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan, matanya bersinar.

Lalu dia melambaii-lambaikan tangannya: "Sepertinya aku tidak bisa mengandalkanmu, silahkan kamu keluar."

Aku mengiyakan dengan keras, dengan menurut aku balik badan dan pergi ke arah luar.

Tetapi sebenarnya didalam hatiku sudah panas sekali.

Saat mendengar bahwa aku berkata tempramenku dan dirinya mirip, matanya tak lagi santai, segera dia mengusirku keluar.

Bukankah ini menunjukkan bahwa ia bukan pamanku yang sebenarnya?

Aku mengingat kembali barusan dia tanpa malu menyuruhku untuk minta proyek pada Chris, benar-benar membuatku tidak bisa berkata-kata.

Tidak heran Riri Shen juga tidak ada malunya, langsung saja ingin Chris menjadi milknya.

Sikapnya ini, benar-benar sama dengan Senjaya.

Keluar dari ruang baca, aku berencana ingin ke kamar untuk istirahat.

Tidak menyangka Steven sudah menunggu di mulut tangga.

Dia berkata dengan rendah: "Ayahku menyuruhmu untuk membujuk Chris?"

Kelihatannya dia sangat mengerti ayahnya.

Aku juga tidak ingin menutupinya, lalu mengangguk: "Benar, tapi sudah kutolak."

Dia berkata: "Sudah betul kamu menolaknya."

Aku melihatnnya sekilas: "Tidakkah kamu merasa hubungan kita ini dekat?"

Dia terdiam beberapa detik, lalu berkata: "Ayahku memang kelewat batas."

Aku terdiam, tak bisa menahan aku pun menghela nafas, dia benar-benar orang yang jujur.

Terutama dengan adanya Senjaya dan Riri, kelihatan dengan jelas sekali ketulusannya.

Steven menatapku: "Kamu istirahatlah, aku kebawah untuk bicara dengan ayahku."

Aku berpikir, tidak menahannya.

Itu adalah masalah hubungan ayah dan anak, bukan urusanku untuk ikut campur.

Hanya saja perkiraanku Senjaya sepertinya pasti tidak akan mendengarkan.

Aku tidak tahan dan menghela nafas, hanya berharap Stven tidak terlalu sedih nantinya.

Sembari berpikir, aku berjalan keluar kamar.

Saat melewati kamar Riri, aku mendengarnya didalam berteriak-teriak, sepertinya ia sedang mengomelinya karena menguncinya dikamar.

Aku mempercepat langkahku.

Kebetulan Riri akan keluarga negeri segera, sampai saat itu, tidak perlu bertemunya lagi yang suka mencari masalah, pasti akan lebih santai sedikit.

Sayangnya, saat in aku tidak menyadari aku terlalu cepat lega.

Tengah malam, saat aku sedang tidur nyenyak, tiba-tiba aku merasa dikamar ada satu orang lagi.

Perasaan aneh ini membuatku terbangun seketika.

Aku melihat ke samping kasur, dan terlihatlah seorang wanita yang mengenakan gaun putih berdiri tidak jauh.

Ini lebih menyeramkan dari mimpi burukku.

Aku terkejut bukan kepalang, tanpa berpikir aku pun langsung bangkit berdiri.

Detik berikutnya, ia bergegas ke arahku dan menamparku: "Pelacur dekil, diam kau!"

Suara ini adalah suara Riri.

Aku sangat terkejut.

Ini sudah larut malam, ingin apa dia dikamarku?

Lalu dengan seperti ini, apakah ia sengaja ingin menakutiku?

Yang membuatku tidak mengerti adalah, aku ingat sudah mengunci pintu sebelum tidur tadi, lalu...... bagaimana ia bisa masuk?

Tenaganya sangat kuat, mukaku sedang berdenyut kesakitan, tidak yakin apakah bengkak.

Ini benar-benar membuatku kesal.

Jelas-jelas ia yang seperti orang gila menerobos ke kamarku, dengan dasar apa ia memukulku?

Jadi aku tidak berpikir lagi, langsung menendang perutnya dengan keras, aku menendangnya turun dari ranjang.

Ia menjerit kesakitan.

Aku tidak berenca untuk melepaskannya, mengejarnya kebawah ranjang, tidak hanya menamparnya dengan keras, tapi juga menendang dan memukulnya, dan aku berteriak: "Ada pencuri masuk ke dalam! Aku takut sekali, cepat tolong siapapun!"

Mungkin karena telah aku pukuli dan juga tendang Riri melindungi kepalanya sambil berkata: "Jangan pukul lagi! Ini aku! Aku Riri!"

Aku berpura-pura tidak mendengarnya, dan terus menendang perutnya, dengan suara yang lebih keras aku berteriak: "Tolong! Ada pencuri...."

Belum selesai bicara, aku merasakan sebuah pistol menempel dikepalaku.

Riri berteriak: "Jalang, ayo coba pukul aku lagi!"

Aku tidak terpikir bahwa ia membawa pistol bersamanya, benar-benar menakutkan.

Orang seperti dia, mungkin saja bisa menembakku, aku jadi ragu-ragu, dan berpura-pura seperti ketakutan, berkata: "Mengapa kamu ke rumah keluarga Shen untuk mencuri! Aku beri tahu, keluarga Shen bukanlah tempat yang seperti kamu bayangkan, aku sarankan kamu lebih baik pergi!"

Riri sepertinya tidak mendengar kebingunganku, menamparku lagi, dan dengan marah berkata: "Aku ini Riri!"

Aku menutup wajuhku, berpura-pura terkejut: "Riri, kamu sedang apa?! Apa yang sedang kamu lakukan tengah malam dikamarku?"

Dia mendekatkan diri padaku, mengarahkan pistol ke mataku, dengan dingin tersenyum: "Aku kemari untuk memberikan ultimatum, kamu harus bercerai dengan kakak ipar besok, kalau tidak akan aku habisi nyawamu sekarang!"

Cahaya remang-remang dari halaman masuk melalui jendela, mengenai wajahnya yang bengkok, wajahnya sangat ganas dan jahat, seperti iblis.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu