My Superhero - Bab 87 Ini Hanya Luka Luar, Percayalah

Mungkin karena kepedihan yang terlalu besar ini,Chris dengan senyumannya berkata "Sayang....."

Kugigit bahunya, memotong omongannya, "Aku bukan kesayanganmu, kesayanganmu sudah hilang."

Chris memelukku dengan erat, sembil terkekeh,"Kesayanganku, sudah aku temukan lagi."

Aku tidak bisa tidak menatapnya.

Dengan tawa rendahnya, dikecupnya keningku, "Baiklah, tayakan saja apapun, aku akan menjawabnya."

Aku memegang erat bajunya, tidak tahu harus mulai dari mana.

Dia tidak memaksaku untuk cepat, tetap tenang dan mengelus punggungku.

Setelah berpikir lama, aku baru bertanya, "Janice, dia...... kenapa?"

Chris menatapku, bilang "Apa kamu tahu kenapa hari ini Janice tidak datang ke sini?"

Aku menggelengkan kepala.

Dengan perlahan dia berkata, "Karena tempat ini sekarang sedang diawasi orang, jadi aku memintanya untuk membersihkan tempat ini lebih cepat."

Pantas saja waktu itu, aku mendengar Janice berkata, disini sudah dibersihkan, pada saat itu aku bahkan berpikir bahwa dia juga membersihkan tempat orang lain juga.

Aku tiba-tiba teringat sesuatu, dengan kagetkulihat Chris, jadi sebenarnya waktu dia tinggal disana bukan karena kakeknya, tapi karena disini sudah tidak aman?

Dan sekarang dia sudah pindah kembali, apakah artinya sudah tidak bahaya lagi?

Dia seperti bias membaca pikiranku, mengelus pipiku, "Lewat beberapa hari, kita akan kembali ke rumah lama."

Aku mengerti, dan aku juga tidak keberatan.

Karena disini juga sudah tidak aman, walauoun sudah di bersihkan oleh Janice, tapi siapa yang tahu apa orang orang itu akan tetap terus mengawasi?

Chris berkata,"Kalau kenapa Janice dihukum, itu karena dia sudah menyampaikan berita yang tidak benar kepadamu."

Aku terkaget, tidak mengerti apa yang sedang dibicarakannya.

Dikecupnya mukaku, sambal berkata "Kalau yang ini dibicarakan, akan Panjang, semua urusan pribadiku akan ditangani oleh Anin, dia hanya mengurus urusan bisnis diluar. Kali ini aku akan membawa Anin untuk keluar negeri,Aku hanya menyerahkannya beberapa urusanku. Tapi aku tidak membuatnya menggantikan posisi Anin, dia hanya mengurus beberapa hal, misalnya kakek atau urusan Ryan Zhou..........."

Aku akhirnya mengerti maksudnya, jadi sebenarnya dia tidak membuat Ryan diurus oleh Janice.

Apa ini bias diartikan bahwa Janice masih bukan orang kerpercayaannya?

Tapi Janice yang membohongiku, memberikan informasi palsu.....

Chris menundukan kepalanya melihatku dan berkata, "Sebenarnya Janice telah berbuat apa, itu tidaklah penting. Yang penting adalah kenapa kamu pergi?"

Aku dan dia saling bertatap-tatapan, kugigit ujung bibirku, "Bukankah kamu memang ingin membuatku pergi?"

Dikerutkannya alisnya, "Kapan aku mengusirmu?"

Aku menundukan kepala, dan berkata "Lalu kenapa kamu tidak memberikan kabar........."

Chris menghela nafas,"Karena hal ini?"

Aku juga tidak bisa tidak menatapnya.

Apa dia pikir ini bukan hal yang besar?

Aku sudah menunggunya tiga hari, dia tidak mebalasnya, bahkan Janice hanya dengan meneleponnya bisa mencarinya, bagaimana aku bisa tetap tenang berpikir bahwa tidak ada apa-apa......

Chris memelukku dengan kencang dan berkata, "Ada sedikit masalah, tidak bisa menggunakan hp, Janice menggunakan telepon kantor untuk mengabariku hal yang terjadi."

Aku yang tidak percaya hanya bisa membelakkan mataku.

Ini sama saja dengan aku sendiri yang terlalu banyak berpikir,Janice yang dapat menghubunginya, karena dia memiliki nomor yang lain.

Ada rasa tidak percaya, aku mengerucutkan bibir, "Lalu kenapa Anin juga tidak bisa dihubungi?"

Chris terdiam sebentar, "Apa telepon Anin juga tidak bisa dihubungi? Akan aku tanya dia nanti." Dengan lembut dicubitnya hidungku, "Aku bisa jamin, lain kali tidak akan ada masalah seperti ini, tidak peduli kapanpun itu, aku akan tetap bisa kamu hubungi."

Aku baru teringat, semua rasa resah gelisah dan tidak nyaman ini, sangat susah untuk dihilangkan, dengan nada bicara rendah, "Sudahlah, lupakan saja. Nantinya aku juga harus tetap pergi."

Dia panik, dan memegang rahangku, dengan suara beratnya, "Kamu jangan berpikir untuk pergi kemanapun."

Menghadapi keseriusannya, aku mulai memiliki rasa ingin bandel.

Alasan apa yang membuatku untuk tetap tinggal, kenapa harus tinggal?

Aku juga punya emosiku sendiri, walau aku biasanya hanya menyimpannya di dalam hatiku sendiri, berusaha untuk tidak peduli, karena saying itu harus tetap rendah hati, tidak berani aku memuatnya tidak senang.

Tapi aku sudah tidak ingin tidak adil pada diriku sendiri, aku keluardari selimut, "Aku ingin kembati ke Kota Hualin, aku tidak akan memperdulikanmu lagi."

Walau kakiku tidak bisa bergerak luwes, tapi aku masih menggeretakan gigiku, pelan pelan bergerak ke bagian ranjang yang satunya.

Chris dari belakang memeluk pinggangku,dengan lebut berkata, "Sayang, iya aku salah, jangan marah."

Dengan suara lembut dan hangat itu dia membuat air mata ini ingin keluar, aku menangis, pada akhirnya aku tidak bisa mengeluarkan suara, menangis dalam diam, seperti mengeluarkan semua ketidak adilan yang terjadi selama ini.

Chris memelukku dengan sangat erat, tidak berhenti dia mencium pipi dan bibirku, "Semua ini karena aku yang tidak baik, membuatmu sakit hati."

Aku tersedak, ku gigit bahunya.

Dia mengerang, tapi tidak mendorongku menjauh.

Aku merasa ada yang tidak beres.

Dia merasakan sakit, tubuhnya sampai bergetar, tapi tadi aku tidak menggitnya dengan keras. Aku tiba-tiba teringat bahwa pada saat dibandara, aku menabrak dadanya, dia juga merasa sangat sakit.........

Aku bertanya kepadanya, "Apa kamu terluka?"

Tanpa menunggunya menjawab, aku langsung membuka bajunya.

Dibahu kirinya ada perban, atau mungkin karena sesuatu masalah, ada kain kasa yang ada darahnya.

Aku sangat terkejut, "Apa ini...apa yang terjadi?"

Chris menarik kepalaku ke pelukannya, tidak membiarkanku untuk melihat lukanya, dengan lembut didekapnya aku, "Tidak apa-apa, jangan terkena tembakan pistol saja."

Aku bisa mencium bau darah itu, bagaimana mungkin ini bukan apa-apa....

Diciumnya kepalaku, sabil berkata "Hanya luka luar, percayalah."

Aku juga sudah tidak bisa memikirkannya lagi, aku tahu dia terluka, aku juda tidak bisa menahan rasa sakitku, mana bisa aku terus berdrebat dengannya.

Aku bangkit dari pelukannya, dengan hati-hati kupegang kain kasa itu, "Bukankah kamu pergi untuk melakukan bisnis? kenapa kamu malah bisa terluka seperti ini..."

Dengan tawanya,"Terjadi sedikit hal yang tidak terduga."

Aku menyipitkan mataku.

Kalau memang benar-benar urusan bisnis, bagaimana bisa ada luka tembak.

Chris tetap menatapku, memeluk kakiku, berkata "Aku tahu aku tidak akan bisa membohongimu.... Kali ini karena aku pergi ke Vancouver, tapi aku pergi ke Africa, disana tidak aman......."

Aku terpelanga.

Kenapa Africa.... Apa karena ayah Chris sudah berkembang........

Aku menatapnya, menunggunya menyelesaikan kaliatnya.

Setelah berhenti sebentar, dia baru berkata "Aku dan kakak ingin mendirikan beberapa biro, berencana untuk dengannya untuk berdiskusi, tapi ketahuan."

Aku membeku.

Dia berbicara seperti tidak ada apa-apanya, tapi aku tahu seberapa bahayanya itu.

Aku tahu dengan jelas, dia ingin mencari kebenaran tentang kematian ayahnya, ingin membalaskan dendamnya, dia harus melewati bahaya itu, aku juga tidak puny hak untuk membujuknya.

Atau aku yang terlalu memikirkan kelemahanku, Chris menatapku dan berkata "Sayang, au ingin berbicara dengan serius, ponselku sudah disadap, tapi aku ingin tetap bisa menghubungimu setiap waktu. Tapi aku harus menahannya, aku hanya ingin kamu tahu, nanti akan ada banyak kejadian seperti ini... Apa kamu bisa menerimanya?"

Aku mengerutkan dahiku,"Apa kamu sedang mengujiku?"

Dia menggelengkan kepala, "Tidak, aku hanya ingin memberitahukannya apa yang sebenarnya sedang terjadi."

Degan dinginnya aku berkata "Kau lihat saja aku."

Dengan senyumnya,"Sayang, apa kamu masih tidak mengerti, ini semua karena aku takut kamu yang menyesal.....'

Aku duduk dengan tegap, aku lihat dia dengan dalam dan berkat "Tapi kau dari awal sudah memberiku peringatan, aku dari awal juga sudah bilang, aku tidak akan takut."

Dia dengn perlahan menatapku, setelah menghela napas, dia bicara "Tapu aku yang takut..."

Seketika aku cemas, "Apa yang kamu takutkan?"

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu