My Superhero - Bab 743 Menghilangkan Bekas Luka Itu

Aku menggelengkan kepalaku dan langsung berkata : “Bagaimana mungkin!”

Jika bukan karena kondisi yang tidak memungkinkan, aku tentu ingin lebih sering berjumpa dengannya, apalagi jika itu bisa membuat ingatannya lebih cepat pulih.

Ternyata, saat aku mengangkat kepalaku, tampak Chris Zhou yang sedang melihatku dengan wajah yang tersirat maksud lain.

Aku terheran-heran, lalu tersadar, apakah dia… sedang menggodaku?

Lalu aku mendapati bibirnya pelan-pelan tersenyum, mengatakan :”Jadi, kamu sangat ingin berjumpa denganku?”

Aku : “...”

Tidak tahu kenapa, menghadapi pandangan matanya yang tajam, dan juga senyuman bibirnya, aku tiba-tiba merasa malu.

Walaupun aku dengan dia adalah pasangan yang sudah lama menikah, tapi… Di kondisinya yang sedang kehilangan ingatan, aku selalu merasa digoda oleh dia.

Pipi aku pun memerah, lalu aku meluruskan leherku dan berkata : “Itu… Itu tentu saja, kamu adalah suamiku…”

Dia tertawa kecil, dan sesekali mengiyakan sambil berkata : “Baiklah kalau kamu masih ingat akan hal itu.”

Aku pun menjawab dengan nada suara yang mengecil : “Tentu aku ingat.”

Dengan lembut ia menatapku, di dalam mata nya terlihat penuh kasih sayang yang membuatku hampir mengira bahwa ingatannya benar-benar sudah pulih.

Aku membasahi bibirku, menatapnya dengan gugup, tanpa disadari aku membuka mulutku dan bertanya : “Kamu… Apakah kamu sudah bisa mengingat persoalan masa lalu?”

Dengan pandangan kosong dia menggelengkan kepalanya, mengatakan : “Tidak.” Dia bisa melihat apa yang sedang aku pikirkan, lalu dia menambahkan, “Hanya saja di alam bawah sadarku, aku mengetahui kalau aku sangat mencintaimu… tadi di saat mendengarmu akan pindah keluar bersama Maxi, hati aku terasa sakit.”

Rupanya begitu.

Sambil menggigit bibir sendiri, aku merasa terharu.

Walaupun kehilangan ingatannya, namun dia masih bisa mengingatku, itu artinya dulu dia sangat mencintaiku.

Di dalam lubuk hatiku ada perasaan bahagia, dengan tersenyum aku berkata : Kamu tenang saja, aku… Aku akan selalu menunggumu untuk mendapatkan kembali ingatanmu… Aku dan Maxi juga akan selalu berada di sampingmu.”

Pandangan matanya semakin hangat, sambil membelai kepala Maxi, dan sesekali dia mengiyakan dengan pelan.

Maxi yang meringkuk di dalam pelukannya tidak mengerti dengan apa yang kami bicarakan, tapi kelihatannya Maxi sangat senang berada di sampingnya, dan terus bermain dengan tangannya.

Aku sekali lagi tersentuh oleh sifat bawaan sepasang ayah dan anak, setelah berpikir sejenak, aku berkata : “Kalau begitu… Apakah kita kedepannya akan sering berjumpa?”

Dia menjawab sambil menganggukkan kepalanya : “Jika kamu ingin berjumpa denganku, langsung saja telepon aku.”

Melihat kondisi kami sekarang, aku tidak bisa menahan tawa, mengatakan : “Menurutmu apakah kita kelihatan sedang berselingkuh? Kamu harus menghindari Sandra untuk keluar dan berjumpa denganku dan Maxi…”

Walaupun hanya sekedar lelucon, namun raut wajah Chris Zhou menjadi serius, sambil menggelengkan kepalanya dia berkata : “Tidak, di dalam hatiku, hanya kamu dan Maxi yang adalah istri dan anakku.”

Tidak terpikirkan olehku kalau dia akan menjawabku dengan begitu serius, dan jawabannya itu benar-benar membuat hati aku tergerak.

Segera aku menyingkirkan suasana canda itu dengan berkata kepadanya : “Iya, aku sudah mengerti, aku tidak akan membuat lelucon seperti itu lagi.”

Dia terdiam sejenak, menundukkan kepalanya dan menatap Maxi, lalu ia mencubit pipi Maxi yang tembem itu, dengan pelan mengatakan : “Viona, apakah kamu tahu, beberapa hari ini Kakek dan Philip Zhou mengatakan bahwa kamu banyak masalah…

Semakin banyak mereka berbicara, semakin pula aku merasa sayang kepadamu, juga merasa bersalah kepadamu… Ternyata sebelumnya kamu telah merasakan banyak penderitaan, juga dikarena oleh aku yang telah dianiaya… Dulu, wanita-wanita itu, aku yakin bukan aku yang berinisiatif untuk memancing mereka, namun itu telah menyebabkan penderitaan untukmu… Jadi aku tidak ingin lagi membiarkanmu menerima penderitaan sedikit pun, mungkin aku sudah tidak bisa mengingat apa-apa lagi, namun jikalau ingatanku masih ada, aku percaya aku juga pasti akan berpikiran seperti itu juga.”

Mataku terbuka lebar.

Ternyata setelah dia mendengar perkataan Kakek Zhou dan Philip Zhou itu, dia menjadi merasa bersalah terhadapku, apakah itu alasan kenapa reaksinya begitu besar saat mendengar kalau aku akan pergi membawa Maxi?

Sesaat suasana hatiku terasa asam dan kecut, kemudian terasa manis dan terharu.

Bahkan dia sudah kehilangan ingatannya, namun dia masih menempatkanku di dalam hatinya bagaikan harta karun, bagaimana mungkin aku tidak merasa bahagia.

Mataku pun terasa perih, tanpa disadari air mata pun bercucuran, dengan pandangan kosong aku menatapnya, sepatah kata pun tidak terucap.

Dia tersenyum hangat, sejenak menatapku, dan tiba-tiba jarinya menyentuh ke bekas luka di pipiku sambil berkata : “Di sini, apakah kamu tidak pernah berpikir untuk memperbaikinya?”

Aku sedikit terpana, lalu seketika menjelaskan kepadanya : “Bukan tidak pernah terpikir, sebenarnya di saat musim semi tahun ini aku berencana untuk memperbaikinya… namun kemudian muncul beberapa masalah.” Dia seharusnya bisa menebak masalah apa yang muncul, jadi aku tidak menjelaskannya secara terperinci, lanjut aku, “Sebenarnya aku sudah beberapa kali membuat janji dengan dokter, tapi setiap kali ada masalah dan tidak jadi pergi…”

Selama setengah tahun Chris Zhou menghilang, sebenarnya aku punya waktu, aku tidak melakukan penelitian, juga tidak melakukan hal-hal lainnya, hanya menemani Maxi bermain di rumah, masuk akal jika mengatakan aku hanya butuh menyisihkan sedikit waktu untuk kesana, tapi tidak tahu kenapa aku tidak bisa mengumpulkan niat untuk melakukan itu.

Kemungkinan di saat itu aku yang mengira bahwa Chris Zhou sudah pergi selamanya, dan cantik atau buruknya wajah ini sudah tidak penting lagi, lagi pula aku juga berpikir untuk mempertahankan bekas luka ini sebagai kenangan, mungkin ini adalah kenangan buruk, namun ini ada hubungannya dengan Chris Zhou, jadi tidak ada pikiran untuk memperbaiki bekas luka ini, selalu menunda-nunda sampai sekarang.

Sesaat aku merasa ragu, dengan suara pelan aku menanyakan : “Kamu… Apakah kamu merasa aku sangat jelek?”

Dengan tatapan mata yang dalam, Chris Zhou melihat ke arahku dan berkata : “Bukan, hanya saja aku telah mendengar asal usul bekas luka ini, aku merasa bersalah.” Tiba-tiba dia melambaikan tanganya, dan mengatakan : “Ke sini.”

Jantung aku sesekali berdetak kencang, dan aku pun berjalan menuju ke arahnya.

Dia mengulurkan tangannya, dengan erat ia menggenggam jari-jemariku di telapak tangannya, lalu menuntunku untuk duduk di sebelahnya.

Jantung aku terasa seperti akan meloncat keluar, bahkan lebih gugup dari jatuh cinta.

Dengan tangannya yang lain dia menyentuh lembut pipiku, lalu menyentuh bekas luka di wajahku dan berkata : “Walaupun ada bekas luka ini, kamu juga kelihatan cantik, tahukah di waktu aku mengetuk pintu dua malam yang lalu, saat itu kamu membukakan pintu untukku, hal apakah yang aku rasakan saat pertama kali melihatmu? Hatiku langsung berdebar kencang melihat wajah kamu… Di dalam hatiku, kamulah yang paling cantik. Tapi melihat bekas luka di wajahmu selalu mengingatkanku dengan apa yang telah dikatakan oleh Kakek dan Philip tentang hal-hal itu… Dan sekarang aku sudah pulang kembali, kita bisa memulai dari awal lagi, maukah kamu juga menghilangkan bekas luka itu?

Aku bisa mengerti maksudnya.

Dia yang sudah pulang kembali, kita memulai dari awal lagi, dan bekas luka ini bagaikan jejak yang tertinggal, yang akan selalu membuat kita teringat akan masa lalu.

Tapi kita seharusnya melihat ke depan, melangkah ke depan.

Air mataku sekali lagi berjatuhan, sambil terisak aku mengiyakan : “Baik, aku akan melakukannya…”

Dengan jari-jemarinya yang lembut dia menyeka air mata di sudut mataku dengan pelan dan berkata : “Jangan menangis lagi.”

Tidak tahu apakah suaranya yang terlalu lembut, ataukah pandangan matanya yang membuat aku terbuai, aku juga tidak peduli lagi apakah dia memberikan suatu isyarat, aku langsung menjatuhkan tubuhku ke dalam pelukannya dan memeluk pinggangnya dengan erat.

Dia tidak menolak, malahan dia mengeratkan lengannya, dan membelai-belai rambutku.

Maxi yang sepertinya mendapati aku sedang menangis, langsung ia beranjak dari pelukan Chris Zhou, dengan cemas ia berseru : “Mama, kamu kenapa? Mama kamu kenapa menangis?”

Suara kecilnya yang terdengar seperti tidak tahu banyak.

Khawatir kalau telah membuatnya kaget, seketika aku mengangkat kepalaku, menyeka air mataku dengan punggung tanganku, lalu memeluknya dan mengatakan : “Mama tidak apa-apa, Maxi jangan takut.”

Lengan Chris Zhou sekali merangkul, dan kami ibu anak pun masuk ke dalam dekapannya, lalu sambil mengecup keningku, dia berkata dengan lembut : “Sudah, jangan menangis lagi, jangan bikin Maxi kaget.”

Aku menganggukkan kepalaku di dalam pelukannya, ada rasa damai yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya di dalam hati ini.

Novel Terkait

Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu