My Superhero - Bab 76 Kenapa Menghindariku? (1)

Ryan Zhou kecil berkata, "Tante cantik ini adalah sekretarisnya paman ..." Mata besarnya terlihat memancarkan sinar. Dia memeluk leherku, lalu bertanya, "Tante, sekretaris artinya apa?"

Rupanya aku sekretarisnya Chris?

Hatiku terasa seperti dicubit.

Mungkin karena aku yang terlalu menyukai Chris, atau mungkin karena aku tahu bahwa Chris tidak memiliki perasaaan padaku, sehingga aku sangat gugup, dan sangat sensitif.

Tanpa bisa kutahan, aku melemparkan pandangan ke arah Chris.

Kebetulan dia sedang melihatku juga, menatapku dengan senyum yang ditahan.

Mungkin dia tahu kalau aku sedang berpikir sembarangan?

Wajahku berasa sangat panas. Aku segera menundukkan kepala, lalu memainkan daging yang ada di tangan kecil Rafael, dan menjawab, "Sekretaris itu ... yang membantu paman melakukan sesuatu."

Selanjutnya aku terus mengisengi Ryan Zhou, tidak berani melihat Chris.

Setelah mobil sampai di rumah, Chris mengendong Ryan yang ada di pelukanku, kemudian mendekat ke samping telingaku dan berkata, "Aku suka kamu yang cemburu karena aku."

Selesai dengan ucapannya, sambil menggendong Ryan Zhou, ia turun lebih dulu dari mobil.

Aku tidak tahu harus berbuat apa. Memandang punggungnya, rasanya sekujur tubuhku sudah akan terbakar sangking panasnya.

Selanjutnya sepanjang malam, aku dan dia tidak ada saling tatap ataupun bertukar kata. Karena terlalu malu, aku tidak berani menatap langsung ke matanya.

Meskipun pada akhirnya aku tetap harus tidur di kamar, dan tetap tidak bisa menghindar.

Kebetulan dia masuk sambil menggendong Ryan yang sudah mandi.

Aku bergumam, dan sambil memanggil nama Chris, mengambil Ryan yang ada dalam pelukannya. Dengan ini ingin menyembunyikan perasaan gugup yang ada.

Chris menatap aku dengan dalam, lalu duduk di atas sofa, tanpa mengatakan apapun.

Aku menghela napas lega, takut dia akan terus mempermainkanku.

Ryan memiliki wangi di sekujur tubuhnya, membuatku menciumi pipinya yang bulat. Baru saja mau menggendongnya ke atas kasur, dia mendekatkan bibirnya ke telingaku, dan berkata, "Tante, Ryan sudah besar, Ryan mau tidur di kasur Ryan sendiri."

Kasurnya ada di kamar sebelah.

Ini membuatku sedikit terkejut.

Jelas-jelas kemarin masih ribut minta tidur dengan aku dan Chris, kenapa hari ini berubah menjadi begitu penurut?

Rafael dengan tidak enak hati menambahkan, "Sebenarnya ... sebenarnya ini kata paman, katanya kalau aku tidur sendiri, nanti waktu akhir pekan mau ngajak aku ke kebun binatang."

Aku tertawa dengan suara keras.

Ternyata begitu.

Chris sengaja menggunakan kebun binatang untuk membujuknya, agar dia kembali ke kamarnya sendiri ....

Mengenai alasan ... Aku teringat akan kejadian heboh dalam kamar mandi kemarin malam ... tanpa sadar melihat ke arah Chris yang berada di atas sofa.

Tanpa mengangkat kepalanya, dengan santai ia membalik berkas yang ada di tangannya. Sepertinya dia tidak tahu tentang perbuatan Ryan yang telah membocorkan rahasia.

Aku merasa sedikit kesal dan lucu. Pada akhirnya aku membawa Rafael ke kamar sebelah, menceritakan dongeng pengantar tidur selama dua jam hingga akhirnya dia terlelap.

Setelah aku kembali ke kamar, Chris sudah selesai mandi. Ia sedang duduk di atas ranjang sambil bertelepon dengan seseorang.

Melihat keadaan ini, aku menghela napas lega. Segera aku masuk ke dalam kamar mandi.

Bukannya takut berduaan dengannya, hanya saja hari ini dia dapat membaca isi hatiku, diejek lagi oleh dia. Muncul sedikit perasaan malu untuk berbicara dengannya.

Setelah aku selesai mencuci wajah dan berencana buka baju untuk mandi, Chris tiba-tiba membuka pintu kamar mandi.

Aku terlonjak kaget.

Untung saja aku masih mengenakan pakaian. Sambil sengaja bersikap serius, aku bertanya, "Apa ada masalah, Chris?"

Chris tidak berkata apapun, hanya bergerak dengan pelan ke arahku.

Tidak tahu mengapa, aku merasa detak jantungku semakin cepat. Wajahku juga serasa kebakar.

Dia berhenti tepat di hadapanku, melingkarkan tangan ke pinggangku, lalu mengangkatku ke atas wastefel.

Aku menjerit kaget, tanpa sadar mencengkram lengannya yang berotot.

Dia memegang daguku dan menatapku dengan dalam, "Kenapa menghindariku?"

Aku melemparkan pandanganku ke segala arah, kemana saja yang penting bukan ke dia.

Dia menahan keningku, lalu bertanya dengan suara rendah, "Hm?"

Hanya satu kata, tapi suara seraknya tak bisa menutupi ketegasan yang tersembunyi didalamnya, sungguh membuat orang kehabisan oksigen.

Tanpa sadar aku mengerucutkan bibir.

Ini namanya dia sengaja ... Padahal dia tahu dengan jelas kalau aku malu.

Aku sengaja melingkari lehernya, menyembunyikan kepala ke sela-sela lehernya, dan berkata, "Aku ... aku kan malu ..."

Awalnya kukira setelah aku mengakuinya, dia akan melepaskanku.

Tapi dia tidak kunjung melepaskan tanganku, juga tidak bersuara.

Aku merasa sedikit aneh. Akhirnya kuangkat kepalaku lalu dengan perasaan takut melihat ke arahnya.

Dia melihat tepat ke mataku. Bola matanya gelap dan dalam, rasanya seperti hendak membaca isi hatiku.

Aku tanpa sadar juga ikut memandangnya.

Dengan perlahan ia mendekat. Menempelkan bibirnya ke atas bibirku, lalu dengan suara serak berkata, "Sayang, sebenarnya malam ini aku berencana melepaskanmu ..."

Sebelum aku tersadar akan apa yang dikatakannya, dia sudah menggendongku masuk ke dalam bak mandi.

Selanjutnya adalah pergulatan yang luar biasa rasanya.

Aku merasa aku sedang melayang dalam air, dan juga terbakar dalam api.

Dia sama sekali tidak memberikanku waktu untuk istirahat, terus memasukiku. Aku hanya dapat mencengkram punggungnya, membiarkannya bergerak masuk dan keluar dengan leluasa.

Akhirnya sekujur tubuhku terasa nyeri, bahkan jaripun terasa malas untuk digerakkan.

Dia membantuku mandi, membantuku keluar dari air, membungkusku dengan handuk, lalu menggendongku kembali ke atas kasur.

Sepanjang proses ini, aku seperti tidak sadar sepenuhnya.

Selama dua hari berturut-turut aku dibuatnya antara hidup dan mati. Aku bahkan tidak tahu apakah besok masih dapat berdiri atau tidak.

Dia mengangkat kepalaku, menyuapiku minum segelas air hangat, lalu bertanya, "Sayang, bagaimana?"

Aku menyender pada dadanya, memejamkan mata sambil bergumam, termasuk menyetujuinya.

Dia juga tidak bersuara lagi, hanya mengelus-ngelus punggungku, memberiku pijatan di area pinggang.

Diluar langit tampak hitam pekat. Kamar hanya ada penerangan dari lampu meja yang terletak di sebelah kasur, terasa sangatlah damai.

Pelukan Chris juga berasa hangat, membuatku ingin segera masuk ke alam mimpi.

Akan tetapi, dalam rasa ngantukku, tiba-tiba kuteringat akan sesuatu. Segera kubuka mataku.

Chris yang langsung menyadari pergerakanku, bertanya dengan lembut, "Ada apa?"

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu