My Superhero - Bab 2 Paman Chris

Pada saat ini, penjelasan hanya akan membuat mereka lebih canggung.

Dengan tenang aku memanggilnya: "Paman Chris."

Sebenarnya, tahun ini aku berusia dua puluh dua tahun, itu artinya Chris hanya berusia enam tahun lebih tua dariku.

Namun ayahku selalu menganggapnya seperti kakaknya sendiri, dan aku juga terbiasa memanggilnya paman.

Chris sedikit mengangguk.

Dia menoleh ke Grace dan berkata: "Ada yang mau kubicarakan dengan Viona."

Grace tidak terlalu rela untuk pergi, dia berkata: "Viona tidak tahu apa-apa, gimana kalau aku memanggil ayahnya kesini..."

Chris sedikit mengernyit.

Lalu ada seorang pengawal yang melangkah maju untuk memblokir Grace.

Wajah Grace seperti tidak rela, tetapi dia hanya bisa pergi.

Chris membakar tiga dupa untuk ibuku, lalu menatapku dan berkata: "Ikuti aku."

Setelah itu dia berjalan keluar.

Aku bangkit, menahan rasa sakit di kakiku dan rasa sakit di wajahku, dan mengikutinya.

Dia menungguku di dalam mobil.

Itu adalah mobil hitam yang bisa melintasi negara-negara, itu adalah lisensi dari kota Imperial.

Ketika aku masuk, aku mendapati bahwa tidak ada orang lain selain dia di dalam mobil.

Hanya ada sentuhan aroma melati yang tertinggal di dalamnya.

Aku duduk dengan patuh, menunggunya berbicara.

Pandangannya jatuh di pipiku dan bertanya, "Bagaimana bisa terjadi?"

Aku tidak mengatakan apa-apa.

Bukan aku tidak bisa memberitahunya, tetapi aku tidak ingin dia menganggapku bahwa aku tidak berguna, juga tidak ingin dia bersimpati padaku.

Chris seolah-olah telah menebak: "Teman sekelasmu yang melakukannya?"

Teman sekelas ini, tentu saja, merujuk pada Grace.

Masalah ayahku dan Grace, seluruh distrik Hualin telah mengetahuinya, semua orang tahu bahwa akulah yang memancing serigala untuk masuk ke dalam rumah, yang menyebabkan ibuku menderita sampai akhir.

Aku mengepalkan tangan dan mengaitkan bibirku, "Aku pasti akan membalas dendam."

Chris menaikkan bola matanya dan menatapku diam-diam, tanpa berbicara.

Aku menundukkan kepalaku dan tidak berani melihatnya.

Tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah dokumen dan menyerahkannya padaku, "Ini adalah surat wasiat, ibumu memintaku untuk menyerahkannya padamu."

Aku menatapnya dengan bingung.

Ibuku dan dia tidak terlalu akrab, bagaimana dia bisa menyerahkan hal-hal penting seperti surat wasiat padanya.

Aku teringat kembali bahwa dia mengetahui ibuku menyukai kacang merah dan bunga Gypsophila, aku tidak dapat menahan diri untuk tidak menebak-nebak tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Aku ragu-ragu dan tidak menerimanya.

Pandangannya semakin dingin.

Aku dengan cepat menerimanya dan mendapati bahwa ibuku menyerahkan semua hartanya padaku.

Tetapi harta miliknya tidak banyak, sebelumnya, saham perusahaannya telah ditipu oleh ayahku, dia biasanya juga jarang menyembunyikan uang pribadinya, sekarang uang hasil menjual real estate juga tidak lebih dari 200 juta, hanya cukup untuk membeli satu rumah di kota Imperial.

Aku merasa sangat sedih, bukan karena uangnya sedikit, tetapi aku merasa aku tidak berguna untuk ibuku.

Pada saat itu, ayahku hanyalah seorang anak laki-laki miskin di pedesaan, kakek dari pihak ibuku yang adalah orang kaya di kota Hualin, lalu ayahku berinisiatif untuk mengejar ibuku dan membuat ibuku jatuh cinta padanya, bahkan jika keluarga keberatan pun, ibu juga akan bersikeras untuk tetap bersamanya.

Lalu kakek sakit parah, tetapi karena dia hanya memiliki satu anak perempuan, maka perusahaan pun diserahkan pada ibuku sebelum kematiannya.

Kemudian ayahku menipu ibuku untuk menyerahkan perusahaan kepadanya. Awalnya, dia hanya mengganti perwakilan hukumnya, secara bertahap, saham juga diambil olehnya, namun ibuku masih terbelenggu olehnya.

Pada waktu itu, aku masih muda dan tidak tahu tentang itu, kalau tidak, aku pasti akan mencoba untuk menghentikannya.

Sayangnya, semuanya sudah terlambat.

Industri kakek yang bernilai miliaran dollar, semuanya diganti menjadi nama ayahku, pada akhirnya ibuku hanya tersisa 200 juta ini.

Jika kakekku masih hidup, dia pasti akan sangat marah dengan ibuku.

Ibuku sangat mencintai ayahku.

Tetapi cinta ini menyedihkan sekaligus bodoh.

Ketika aku masuk di universitas Imperial, yaitu aku ingin membawanya pergi dari kota Hualin dan meninggalkan rumah yang membuatnya terluka ini.

Dia tidak mau, dia hanya ingin menjaga orang yang dia cintai...

Ibuku menyedihkan sekali bukan?

Tentu saja, ini menyedihkan, ditipu dan dihina oleh orang yang dia cintai, bahkan sepertinya raja di neraka pun akan mengasihaninya.

Dia patut dibenci kan?

Berada di posisiku, dengan sikapnya yang hanya menginginkan suaminya dan tidak menginginkan anaknya, tentu saja aku membencinya.

Hanya saja, atas dasar apa aku harus membencinya?

Sumber dari semua ini, bukankah karena aku membawa pulang teman sekelas yang hatinya bagaikan ular...

Air mataku tidak bisa lagi ditahan untuk tidak bergulir.

Chris berkata: "Belum lama ini, aku bertemu ibumu, selain barang ini, dia masih ada yang mau dikatakan, memintaku untuk memberitahumu."

Aku menatapnya.

Karena pandanganku tertutup oleh air mata, wajahnya tidak benar-benar terlihat jelas.

Dia perlahan berkata: "Ibumu berkata, dia menyuruhmu untuk pergi ke kota Imperial dan memulai hidup baru, jangan menyimpan kebencian, apalagi balas dendam untuknya."

Aku hanya tercengang.

Kenapa dia begitu kejam, bahkan kata-kata terakhir saja pun, dia menyuruh orang untuk memberitahuku, kenapa dia tidak langsung saja memberitahuku secara pribadi, kenapa dia meninggalkanku...

Aku memegang surat wasiat itu, mataku kabur.

Chris terdiam untuk sementara waktu, dan meletakkan satu tangannya di pundakku dengan lembut, sambil berkata, "Dengarkan kata-kata ibumu, pergilah ke kota Imperial, jangan kembali lagi."

Aku menangis terseduh.

Jika aku bisa melepaskannya, aku tidak akan menderita seperti ini...

Tangannya ditarik dari pundakku, dia tidak membujukku lagi.

Setelah sekian lama, akhirnya aku berhenti menangis dan perlahan kembali sadar.

Chris bersandar di kursi, memegang rokok di antara jari-jarinya yang ramping, tetapi tidak membakarnya.

Aku sedikit tidak nyaman, bagaimanapun, aku telah kasar di depannya.

Matanya gelap dan dalam, dia melihatku, dan membuang rokok ke kotak di depan mobil, "Turunlah, setelah pemakaman ibumu, kembalilah ke kota Imperial."

Aku tidak menanggapinya, hanya berbisik: "... terima kasih."

Dia berhenti, dan bersuara 'ya'.

Ketika aku hendak turun dari mobil, dia menyerahkan sebuah kartu padaku dan berkata, "Disini ada nomor teleponku."

Pada kartu berlapis emas hitam, hanya ada nama dan nomor.

Dia berkata dengan lemah, "Aku berutang budi pada ibumu, kamu bisa memintanya kembali kapanpun."

Ternyata begitu, tidak heran kalau dia membantu ibuku untuk memberikan surat wasiat dan kata-kata terakhir padaku.

Aku berterimakasih sekali lagi.

Tetapi dalam hati aku berpikir, dengan identitasnya sekarang, pasti akan sulit untuk bertemu dengannya lagi di kemudian hari.

Setelah aku turun, supir dan pengawalnya kembali ke mobil tanpa berbicara.

Kemudian pintu pun ditutup dan mobil melaju pergi.

Aku melihat ke arah kartu di tanganku, memasukkannya ke dalam saku celana, dan kembali ke aula.

Para tamu pun pulang setelah memberi penghormatan terakhir, tidak banyak saudara yang tersisa pada keluarga kakekku, ibuku juga tidak mempunyai banyak teman sebelumnya, dan aula pun menjadi kosong.

Grace datang dan menatap dokumen-dokumen di tanganku, dengan lembut bertanya: "Apakah ini pemberian dari tuan Chris?"

Ayahku mendengar beberapa kata 'tuan Chris' dan berjalan mendekat, lalu berkata, "Tunjukkan padaku!"

Tidak menunggu reaksiku, dia sudah merampas surat wasiatnya.

Grace meregangkan lehernya dan membacanya, lalu berkata: "Grace kaya sekali, 200 juta, aku bahkan tidak berani memikirkannya."

Faktanya, dalam beberapa tahun terakhir, dia telah mendapatkan beberapa properti dari tangan ayahku, dan itu bernilai lebih dari 200 juta.

Aku menatap ayahku, aku ingin melihatnya, setelah dihasut oleh Grace, apakah uang ini pun akan dirampasnya?

Matanya terlihat bersinar, nadanya menjadi sangat lembut, "Viona, kamu masih kecil, biarkan ayah membantumu untuk menyimpannya dulu..."

Benar saja, bahkan hal ini pun harus dihitung.

Hatiku dipenuhi dengan ejekan yang tak ada habisnya, aku pun mencibir: "Grace sama besarnya denganku, dia telah menjadi orang ketiga selama empat tahun, bahkan sudah mempunyai anak... apakah kamu masih mengira aku adalah anak kecil?"

Wajah ayahku berubah, dia marah: "Apa maksudmu dengan ini, kamu si anak perempuan yang tidak berbakti, kamu hanya tahu menentangku! Coba lihatlah hasil didikan ibumu! Aku benar-benar menyesal membiarkanmu lahir pada saat itu!"

Grace dengan cepat menenangkannya: "Kakak William, jangan marah."

Ayahku bernama William, ibuku bernama Juni.

Dan aku adalah Viona.

Viona, Viona, nama yang kaya dan bermakna.

Ibuku telah tersentuh selama bertahun-tahun.

Sangat disayangkan bahwa semuanya hanya permainan.

Dan ibuku tidak melihat wajah sesungguhnya William sampai dia meninggal.

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu