My Superhero - Bab 84 Orang Yang Dia Sukai, Aapakah Sebenernya Janice? (2)

Hanya aku yang seperti orang bodoh, terjepit diantara mereka, yang mereka gunakan sebagai senjata.

Tentu saja, aku tidak sebegitu mengenal Steven dan Erick, aku pastinya lebih percaya Chris.

Tidak perlu membahas sudah berapa kali Chris menolongku, dan juga bahwa aku dan Chris sudah ada hubungan suami istri, ini pendapat pribadiku, aku menyukai Chris, pastinya dengan segenap hati dan keinginanku untuk percaya dan mencintainya.

Orang-orang disekeliling Chris memang adalah orang-orang yang cerdik, seperti Anin dan Andy, lalu Janice, ia sangat berkompeten.

Sedangkan aku hanya bisa berlindung di bawah naungannya.....

Aku tidak tahan, selain merasa depresi saat memikirkan hal ini.

Steven memasukkan kedua tangannya dalam saku dan berkata: Baiklah, aku sudah menyampaikan banyak hal padamu, tapi belum bertanya sesuatu, bagimana dengan lukamu."

Chris menyatakan bahwa saya tidak sengaja mematahkan pahaku, tapi saat itu Steven berada di galeri, aku tidak yakin apakah dia tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Aku berhenti sejenak, dan berkata: "Sudah sangat membaik, terima kasi sudah menanyakan."

Steven berkata: "Jangan berterima kasih padaku, aku mewakili orang lain untuk menanyakannya padamu."

Aku memandang kosong.

Seketika mukannya tampak tak nyaman.

Tiba-tiba muncul di pikiranku, buru-buru kutanyakan: "Maksudmu Angel?"

Steven menghindari tatapanku.

Kelihatannya aku tidak salah menebaknya.

Aku tidak habis berpikir, mengikuti pernyataan Angel, mereka dulunya tidak pernah bertemu, tapi mengapa kali ini Angel menanyaiku?

Pandanganku tertuju padanya, Steven marah: "Sedang lihat apa!"

Aku sebenarnya tidak tahan dan bertanya: "Apakah kamu kenal dekat dengan Angel?"

Steven: "........."

Dia menutup rapat mulutnya, tidak berbicara lagi.

Aku penasaran: "Angel bicara apa denganmu?"

Dia menatapku sebentar, dengan tidak niat berkata: "Dia khawatir tentangmu, kamu tidak mengizinkannya menemui orang, dia beberapa hari ini hanya berjalan bolak-balik di rumah sakit, hari itu setelah aku menyelesaikan sesuatu aku bertemu dengannya, dia memintaku untuk mengunjungimu."

Jadi begitu.

Awalnya aku mengira setelah menjelaskan semuanya pada Angel, dia sudah bisa lega, aku tidak menyangka dia masih memikirkanku.

Hatiku sangat terharu, ada juga rasa bersalah: "Kalau tidak repot, tolong sampaikan kembali padanya, aku sekarang baik-baik saja, tunggu aku keluar dari rumah sakit, aku pergi melihatnya."

Nanti akan aku telpon dia, supaya bisa menenangkannya.

Steven memandangku dan berkata: "Kamu benar-benar tidak apa-apa kan?"

Aku mengiyakan: "Hanya terjatuh....."

Dia memotongku: "Baiklah, kamu bisa membohongi Angel, tapi kamu tidak bisa membohongiku, sampai hari ini Jade masih dikurung Chris, jangan pikir aku tidak tahu."

Masalah hari itu, dia pasti tahu.

Aku juga tidak menutup-nutupinya: "Karena kamu sudah tahu semuanya, jadi tolonglah bantu aku menyembunyikannya dari Angel, aku tidak ingin dia khawatir."

Steven tidak bersuara.

Aku menganggap itu sebagai iya, kita terdiam, lalu aku memulai pembicaraan: "Betul, aku mendengar Angel berkata, saat ...... buka hari itu, kamu juga tidak ada rencana untuk datang, tapi kenapa kemudian berubah pikiran?"

Jujur, meskipun dia datang mengunjungiku untuk Angel hari ini, aku tidak berpikir hanya untuk Angel saja.

Jadi aku juga tidak merasa dia datang untuk menyelamati Angel hari itu.

Aku curiga dia tahu keberadaan Chris dan tentara bayaran itu, makanya dia baru bergegas untuk menyelidiki situasi.

Sudut bibirnya terkait: "Sedang menyelidiku ?"

Aku menatapnya terus menerus: "Coba kamu tebak, aku sedang menyelidik apa."

Steven mengikuti pandanganku, dengan ringan bergumam: "Tidak peduli apa yang kamu selidiki, aku tidak akan menjawabmu."

Aku: "............."

Sikapnya, malah membuatku lebih yakin, bahwa aku telah benar menebaknya.

Saat aku berencana ingin menanyankan beberapa pertanyaan lagi, Steven mendahuluiku: "Yasudah kalau begitu, aku pergi dulu."

Dia sudah jelas tidak ingin aku menanyakannya lebih lanjut, lalu dia pamit padaku.

Baru jalan beberapa langkah, ia menoleh: "Tunggu kamu pulih, lalu ingatlah untuk lapor pada tim investigasi."

Sebelum dia pergi masih mengingatkanku untuk pergi kerja, kelihatannya sebelumnya dia sangat ingin mengarahkanku untuk pergi ke tim investigasi.

Aku tidak tahu sebenarnya apa yang dia inginkan.

Aku tidak bersuara menanggapinya, dan melihatnya pergi.

Aku menungu pintu tertutup, aku segera melihat pria kecil di genggamanku.

Ryan mengerutkan mulutnya, dengan erat memeluk pinggangku: "Paman tadi sangat menyebalkan, selalu mengajak tante bicara terus, aku juga tidak boleh dengar, aku harus terus menerus menutup telingaku."

Aku tersenyum geli oleh kata-kata anak-anaknya, tidak tahan dan menciumnya.

Minggu ini berlalu, aku dan Chris masih belum berkomunikasi.

Sebaliknya Janice sering sekali ke rumah sakit, dia tiap pagi hari mengantar Ryan kemari, dan pada malam hari menjemputnya kembali.

Aku merasa bahwa dia menganggapku musuh dan dia tidak ingin dekat denganku, tapi tetap mempertahankan sopan santun seminim mungkin.

Janice sangat berpengetahuan, dia lebih bisa menyembunyikan emosi daripadaku, setiap bertemu denganku, mukanya selalu tersenyum dengan sopan, tidak ada yang bisa melihat aura permusuhan di antara kami, dan bahkan aku hampir merasa dekat dengannya.

Cepat sekali seminggu berlalu.

Disaat ini, sudah beberapa kali aku ingin mengontaknya, menanyakan kabarnya, tapi setiap kali aku mengangkat handphone dan sudah menulisa panjang lebar, masih juga tidak berani untuk mengirimkannya.

Tapi dia juga tidak memperhatikanku.

Aku tidak tahu apakah dia tidak ingin menggangguku dalam mengambil keputusan atau......... dia sudah menyerah tentang diriku.

Aku pikir dia mungkin menungguku pergi, tidak mau bertemu denganku lagi, aku akan merasa hatiku seperti tertusuk pisau.

Jika keputusannya adalah untuk berpisah, kenapa dia menyeretku kedalam sini dari awal.

Awalnya itu hanya cintaku yang tak terbalas, tetapi dia mengatakan beberapa kali bahwa kami tunangan tidak dibuat-buat, dan aku berharap dia juga sedikit peduli padaku.

Karena kesalahpahaman inilah, aku semakin terperangkap.

Dalam sekejap mata, dia memaksaku untuk menjauh darinya.

Aku benar-benar tidak bisa menerima niatnya yang kejam itu.

Tapi aku bisa apa lagi, dia dengan sengaja bersembunyi dariku, dan sekarang aku tidak tahu ke mana dia pergi.

Aku ingin bertanya pada Andy, sebenarnya ada masalah apa dengan Chris, tapi aku rasa Chris tidak akan mengungkapkannya padanya.

Meskipun Andy sudah pasrah padaku, dan hanya akan mendengar perintahku selanjutnya, mungkin Chris masih akan mengawasinya.

Sampai di hari terkahir, Chris masih saja belum menghubungiku.

Aku menunggu sampai putus asa.

Tapi aku masih memegang selembar harapan, mungkin saja dia sedang sibuk.......

Pagi berikutnya, Janice muncul dihadapanku, dan itu menghancurkan satu-satunya harapanku yang tersisa.

Dia tersenyum: "Tuan menyuruhku memberitahumu, dia masih di Vancouver, masih dua hari lagi sampai dia kembali."

Aku menatapnya lekat-lekat.

Sebenarnya kalau Chris mengirim pesan padaku saja sudah cukup, atau jika dia malas mengetik, kirim rekaman juga boleh, tapi kenapa harus lewat Janice yang menyampaikannya padaku?

Seluruh hatiku langsung menjadi dingin.

Senyuman di muka Janice semakin dalam: "Kalau ada hal yang ingin kamu sampaikan pada Tuan, aku bisa memberitahukannya."

Bahasanya hangat, tapi aku bisa mendengar sedikit kesombongan dalam kata-katanya.

Jika hanya yang ini, yasudahlah, masalahnya, Chris mempercayakan Ryan padanya..... Ini membuatku harus berpikir lebih jauh.

Sangat jelas bagiku, Ryan sangat penting bagi Chris.

Dia tidak menyerahkan Ryan padaku, tapi pada Janice.

Tiba-tiba aku terlintas sesuatu di benakku.

Steven bilang dia ada seorang kekasih, saat itu James bertanya apakah dia suka pada adiknya Nicholas, dan disangkal olehnya.

Jadi........ apakah mungkin orang yang benar-benar disukainnya, sebenarnya adalah Janice?

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu