My Superhero - Bab 99 Segera Meminta Maaf Dengan Bibi (2)

Aku berkomat-kamit, berkata: “Maaf…”

Dia hanya datar menjawab: “Aku juga ada salah, aku lupa kasih tahu kamu, Bibi ada penyakit jantung.”

Aku menggigit bibir, dengan pelan berkata: “Aku tidak ada.. tidak ada bertengkar dengan Bibi…”

Walau sekarang aku tidak bisa menghapus kesalahan aku, tapi aku masih ingin menjelaskan lagi, setidaknya beritahu dia, aku bukannya orang yang tidak patut dengan orang tua.

Chris masih berdiam ditempat.

Kalau biasanya, dia pasti sudah memelukku dan menghiburi, bilang dia percaya dengan aku.

Tapi sekarang hanya memakai tatapan yang datar melihat aku, gak tahu memikir apa.

Mata aku merasa asam, takut dia lihat, segera menunduk kepala.

Chris tidak bersuara.

Yang awalnya ruangan ini sangat sunyi sekarang tertambah dengan keheningan.

Akhirnya aku tidak tahan, menelankan ludah: “kalau enggak… aku pindah keluar saja…kamu menemani Bibi dulu.”

Kalau gak ada muncul di depan mata Bibi Zhou, serasa bakalan tidak cari lagi masalah dengannya, penyakit jantungnya tidak bakalan kambuh lagi.

Chris tetap tidak berbicara.

Dalam keheningan ini, aku mengangkat kepala melihat dia.

Tatapan dia sangat tertekan, kedua mata hitamnya sungguh gelap, terus dilanjut berkata: “Tidak boleh.”

Aku terkejut.

Dia menghela napas, berkata: “Di villa sana tidak aman, lagian kamu tinggal sendiri, aku bisa khawatir.”

Ternyata dia sedang berpikir untuk mungkin aku berpindah keluar, aku tidak tahan berpikir, untungnya dia masih khawatir dengan keamanan aku.

Tapi aku tinggal disini, Bibi Zhou pasti tidak akan berhenti, emang mau terus demikian saling menyakiti kah?

Kalau gitu seluruh Rumah Zhou bakalan tidak akan damai.

Aku berdiri di tempat, tidak tahu mau berbicara apa selanjutnya, gak tahu juga apa yang akan dilakukan selanjutnya.

Sepertinya Chris juga tidak kepikiran ada cara yang baik, alisnya mengerut terus.

Aku pertama kali melihatnya dia begitu sulit, hatiku sekejap sangat sakit.

Ruangan sunyi kembali, sunyi sampai membikinku cemas, aku bercoba mengalih pembicaraan, berkata: “Kamu…lari pulang demikian, tidak masalahkah?”

Dia menatap aku sekilas: “Tidak masalah, ada kakek disana.”

Tapi tetap kurang baik si, apalagi adalah tamu yang penting, aku rasa kakek Zhou juga ada bermaksud membawanya pergi…tapi, kalau dia tidak begitu pedulu, aku juga gak enak berbicara apa-apalagi.

Ngomong-ngomong, juga semua karena aku tidak bisa mengatasi hubungan Bibi Zhou dengan baik.

Awalnya dia ingin mencari aku sebagai kartu blokir panah untuk mengatasi Bibi Zhou, tapi aku gak kepintaran untuk menghiburi Bibi Zhou, malahan bikin dia semakin khawatir.

Mungkin aku benaran tidak cocok berada disampingnya, menjadi calom tunagannya.

Aku terdiam berpikir terus, Weny datang kemari.

Dia tidak melihat aku, langsung bertatapan dengan Chris: “Kak Chris, Bibi memanggil kalian naik.”

Aku terkejut, tidak sadar bertanya lagi: “Aku juga ikut pergi kah?”

Weny baru menoleh ke aku, acuh tak acuh berkata: “Iya.”

Sepertinya dari Bibi Zhou pingsan kemudian, dia dengan aku bersikap agak sedikit pudar.

Dia kayak gini, aku malahan merasa dia orang yang baik, lagian Bibi Zhou adalah ibu angkat, dia kasihan dengan ibu angkatnya hal yang wajar. Kalau dia masih bisa ketawa dengan aku, aku rasa dia gak punya hati.

Walaupun masalah Bibi Zhou aku merasa tidak bersalah, tapi lagian dia pingsan didepan aku, bahkan sampai sekarang aku belum sempat menjelaskan, semua orang menyalahkan diatas kepalaku, aku juga mengerti.

Wajah Chris tetap datar, berkata: “Ayuk jalan.”

Habis bicara langsung dia pergi.

Kalau biasanya, dia bakalan bisa memegang tanganku, bersamaku menghadapinya, tapi kali ini dia gak ada memesanku sama sekali.

Weny sudah berjalan mengikutinya, setara dengannya dia berjalan didepan.

Aku melihat punggung mereka, hati tiba-tiba muncul rasa pahit.

Masuk ke kamar, tangan Bibi Zhou sedang di infus, wajahnya sudah membaik, tapi lihat aku, dia langsung berubah ekspresi.

Chris memanggil Bibi.

Dia mengiyakan, berkata: “Kapan kamu mengantar dia pergi.”

Chris terdiam beberapa detik, baru berkata:”Masalah hari ini, dia yang salah, aku mewakilinya meminta maaf.”

Satu kalimat, sudah menentukan masalah ini.

Semua salah aku, dia mewakili aku untuk meminta maaf.

Aku hanya diam menunduk kepala, tidak bersuara.

Walau aku sekarang ingin berdebat menjelaskan aku tidak bersalah, rasanya tidak ada gunanya, malah bisa mengira aku bertingkah, jadi aku hanya memilih diam saja.

Chris terus berlanjut: “Tapi Bibi, aku juga pernah beritahumu, Viona adalah orang yang kusukai, aku tidak mungkin pisah dengannya.”

Aku selalu berharap kalau dia suka denganku, tidak nyangka pada situasi gini, dia bisa mengatakan suka.

Tapi aku tahu, dia hanya untuk membingungkan Bibi Zhou baru bicara demikian, jadi aku tidak merasa senang sama sekali.

Kata dia baru keluar, Bibi Zhou langsung pegang dadanya, marah dan berteriak: “Kamu… ini mau bikin aku marah mati baru puas, yakan?!”

Chris mengerut kepala, pelan-pelan menghela napas: “Bibi, kamu tahu, aku menghormatimu….”

Tante Zhou memotong pembicaraannya: “Aku tidak peduli, aku tidak suka dengannya, lihat dia bikin emosi aku naik! Aiya, Dadaku sakit lagi! Aku apa sudah mau mati…”

Dia bertinju-tinju jantung sendiri, bentar-bentar terengah-engah, serasa detik selanjutnya dia bisa pingsan.

Chris sekilas merasa lelah, berkata: “Bibi, kamu jangan beremosi lagi..”

Bibi Zhou tersenyum dingin: “Kalau gitu kamu dengar perkataan aku, mundurin pernikahanan ini.”

Bolak-balik ngomong, juga ingin mengusir aku keluar.

Aku menggigit bibir, mana berani berkata satu pun.

Chris tiba-tiba dengan dingin melirik aku, berkata: “Masih tegak kenapa, segera meminta maaf dengan Bibi!”

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu