My Superhero - Bab 20 Menghadiri Pesta Pernikahan

Aku aneh mendengarnya.

Hanya berpura-pura menjadi kekasihnya. Tapi begitu mendengar helaan napasnya, orang lain mungkin akan salah paham, mengira bahwa dia benar-benar memintaku untuk menjadi kekasihnya

Aku menjawab pelan: "Paman Chris, maaf. Kamu begitu banyak membantuku, tapi...."

Chris menggoyangkan tangannya menginterupsiku: "Aku mengerti. Pergilah. Masih ada hal yang ingin ku diskusikan dengan Anin."

Aku menatapnya, mataku dipenuhi penyesalan.

Bagusnya dia seperti tidak marah. Dia mengambil dokumen lainnya di meja lalu mulai mendiskusikannya dengan Anin.

Sepertinya dia benar-benar sibuk.

Aku diam-diam berjalan keluar

Ketika keluar, aku mendengar Chris sedang memberi pengarahan ke Anin: "Kasus hukum perusahaan William aku telah menyetujuinya. Carilah orang untuk menandatangani kontrak dengan mereka."

Aku linglung seketika.

Apakah dia ingin bekerja sama dengan William?

Tapi semalam dia masih bicara, selama aku berpura-pura menjadi kekasihnya, dia akan membantuku memusnahkan William....

Sebuah pikiran terlintas di otakku, aku diam-diam menertawakan diriku.

Chris adalah pebisnis, sudah pasti dia mencari untung yang besar.

Aku dianggap apa olehnya. Bagaimana mungkin demi aku dia memutuskan hubungan dengan perusahaan William?

Terlebih lagi aku baru saja menolak usulannya...

Berpikir sampai sini, tiba-tiba aku merasa takut. Takut dia merasa tidak senang karena penolakanku.

Untuk saat ini aku masih harus tinggal di sini. Jika aku membuatnya marah, pada akhirnya aku hanya membuat diriku malu dan harus pindah dari rumah ini.

Aku kembali ke kamar dengan perasaan gelisah, perasaanku mengembara kemana-mana.

Sekitar 30 menit berlalu, bibi Elena mengetuk pintu memanggilku untuk makan.

Tidak diduga Chris kali ini juga ada di ruang makan.

Dia sudah duduk di depan meja makan. Melihatku turun ke bawah, dia mengangguk kepadaku.

Aku memperhatikan raut wajahnya dengan seksama. Masihkah ada ekspresi tidak suka? di dahinya juga tidak terlihat ekspresi tidak senang.

Dia pasti tidak marah.

Ah benar juga, jika dia ingin mencari kekasih palsu, pasti ada segerombolan wanita yang mengejarnya. Bagaimana mungkin dia memikirkan terlalu dalam tentang penolakanku.

Aku menghela napas lega.

Ini adalah pertama kalinya di meja yang sama aku makan bersama dengannya dan juga karena lebih sering menghabiskan waktu masing-masing, aku grogi dan merasa tidak bebas.

Dengan dagunya dia menyuruhku untuk duduk di sebrangnya: "Duduklah."

Aku langsung duduk.

Dia tidak banyak bicara, mengambil sumpitnya lalu mulai makan.

Setelah itu dia benar-benar diam.

Aku juga tidak berani bicara, mulai makan dalam diam.

Sepiring makanan datang, aku baru tahu porsi makannya.

Dia makan semangkuk penuh mie. Beberapa sayur di atas meja dimakannya sedikit.

Walaupun porsi makannya besar, cara makannya sungguh elegan.

Sewaktu kecil aku pernah diajari kakek tentang tata krama, tetapi gerakan makan Chris lebih baik dariku.

Mungkin ini adalah hal-hal kecil dari keluarga berlatar belakang tinggi.

Setelah selesai makan aku tidak langsung meninggalkan meja makan.

Chris menatapku lalu bicara pada bibi Elena: "Setelah itu berikan dia seporsi nasi."

Aku terperangah.

Kota Hualin bukanlah termasuk daerah Selatan, aku sudah terbiasa makan nasi, tetapi hari ini mie menjadi makanan utamaku, maka dari itu aku merasa makan sangat sedikit.

Tidak diduga dia memperhatikannya.

Di satu sisi dia sangat cerdik tanpa bicara satu katapun, di sisi lain dia begitu memberikan perhatian.

Pria seperti ini, siapa yang tidak akan menyukainya?

Aku mengucapkan terima kasih dengan bergumam.

Chris meletakkan sumpitnya lalu berkata: "Istirahatlah."

Aku melihat jemarinya yang panjang mengambil tisu untuk mengelap bibirnya.

Hanya dengan gerakan sederhana, ketampanannya sungguh mengejutkan.

Aku buru-buru mengalihkan pandanganku, dengan rendah bersuara: "Bukankah lebih baik aku pindah..."

Selalu bersandar padanya bukanlah jalan keluar.

Chris lama tidak bersuara.

Aku terpaksa diam-diam menatapnya.

Tapi malah menemukan bahwa dia juga sedang menatapku.

Di bawah lampu, matanya sangat dalam seperti kolam yang dalam, matanya memantulkan bayangan diriku.

Sulit dijelaskan betapa panasnya wajahku.

Dia berkata dengan pelan: "Tidak perlu, kamu tinggal lah di sini dengan tenang. Ada rencana apapun, tunggu sampai tanganmu sembuh baru bicarakan lagi."

Setelah aku menolak permintaannya, dia masih bisa menampungku, menggantikanku berpikir.

Bohong jika aku tidak tersentuh.

Dia sudah bangkit dari duduknya, berencana meninggalkan meja makan.

Aku buru-buru berdiri.

Setelah itu kami kembali ke kamar masing-masing. Kamarnya juga ada di lantai 2, tetapi dia berada di koridor paling kanan, kamarku berada di paling kiri.

Ketika berpisah, tiba-tiba dia berkata: "Tidurlah lebih awal, jangan begadang."

Aku termenung.

Dia seperti pernah mengamatiku, lalu berkata lagi: "Jangan berpikir macam-macam"

Wajahku langsung memerah.

Dia sedang mengingatkanku, karena berpikir terlalu banyak semalam membuatku tidak bisa tidur.

Aku kembali ke kamar, lalu menampar pelan pipiku sendiri. Benar-benar tidak mudah menurunkan rasa panas di pipiku.

Sebenarnya bukan karena aku berpikir terlalu banyak, tetapi syarat yang dia ajukan sangat mengejutkan....

Menyuruhku berpura-pura menjadi kekasihnya, dan juga dia bersedia membantuku membereskan musuhku. Jika saja aku tidak berpikir cukup dalam, mungkin aku sudah menyetujuinya.

Hari kedua di pagi hari, Chris memanggilku. Dia memanggil seorang penjahit untuk mengukur tubuhku.

Secara khusus dia memanggil penjahit untuk membuatkanku gaun malam untuk pergi menghadiri pesta pernikahan William dan Grace.

Muncul perasaan perih di hatiku.

Dia memperlakukanku dengan penuh perhatian. Tidak peduli apakah bertujuan mendekatiku, dia sudah sangat baik kepadaku.

Aku juga bersyukur diriku menolak usulannya yang penuh rayuan. Jika tidak aku tidak bisa berhenti mendapatkan kemewahan darinya, dan pastinya akan semakin jatuh dan semakin dalam.

Setelah 6 bulan, Chris sepertinya sangat sibuk. Dia sangat jarang menghabiskan malamnya di villa, bahkan jika kembali, dia akan mengunci diri di dalam ruang baca dengan Anin.

Kami jarang bertemu, terkadang seharian tidak bertemu sama sekali.

Hatiku berkata, aku sangat ingin bertemu dengannya, tapi aku juga takut berpapasan dengannya.

Dia sangat sibuk sampai tidak pernah terlihat, membuatku menjadi lega.

Hal ini berlanjut terus seperti itu sampai awal bulan Agustus.

Malam sebelumnya aku tidak tidur semalaman. Alasan utamanya adalah ragu apakah aku mau membongkar perselingkuhan Grace dan Lucas.

Terus berpikir tapi tidak mendapatkan hasil akhir.

Di hari kedua ketika bangun dari tidur, ada lingkaran hitam besar di mataku.

Agar Chris tidak mengiranya, sebelum turun aku berusaha keras merias wajahku dengan riasan tebal.

Siapa yang akan tahu begitu bertemu dengan Chris, kalimat pertama yang dia ucapkan adalah: "Apakah semalam kamu tidak tidur dengan nyenyak?"

Aku terdiam.

Riasan tebalku sia-sia.

Pandangan Chris beralih ke wajahku, mengamatinya lalu berkata: "Kamu lebih cantik kalau tidak memakai riasan."

Aku diam lagi.

Ku tebak sekarang seluruh wajahku sudah memerah.

Lalu dengan sikap dinginnya melepaskan pandangannya dari wajahku: "Makanlah."

Tidak hanya lingkaran hitam dan riasan tebal, wajahku juga memerah ditambah lagi makan berhadapan dengannya.

Akhirnya selesai makan. Belum sempat menghembuskan napas, tiba-tiba Chris menatapku. "Sebentar lagi datang orang yang akan meriasmu. Tunggu selesai meriasmu, kita langsung berangkat.

Kapan dia memanggil seorang penata gaya?

Untuk menghindari kalau riasanku buruk ya?

Aku merasa diriku benar-benar marah, tapi aku tetap berusaha terlihat tenang.

Baru saja berterima kasih padanya, seorang pembantu memberitahu bahwa tim penata gaya sudah datang.

Setelah itu aku pergi ke ruang istirahat, membiarkan penata gaya itu menghabiskan waktuku.

Penjahit memberikanku sebuah rok putih bergaya ekor ikan. Begitu melihat bahannya, sudah dapat ditebak bahan ini sangat bagus. Garis jahitannya dipotong sangat rapi dan pas.

Tapi malah menemukan bahwa dia juga sedang menatapku.

Di bawah lampu, matanya sangat dalam seperti kolam yang dalam, matanya memantulkan bayangan diriku.

Sulit dijelaskan betapa panasnya wajahku.

Dia sudah bangkit dari duduknya, berencana meninggalkan meja makan.

Aku buru-buru berdiri.

Setelah itu kami kembali ke kamar masing-masing. Kamarnya juga ada di lantai 2, tetapi dia berada di koridor paling kanan, kamarku berada di paling kiri.

Ketika berpisah, tiba-tiba dia berkata: "Tidurlah lebih awal, jangan begadang."

Aku termenung.

Dia seperti pernah mengamatiku, lalu berkata lagi: "Jangan berpikir macam-macam"

Wajahku langsung memerah.

Dia sedang mengingatkanku, karena berpikir terlalu banyak semalam membuatku tidak bisa tidur.

Aku kembali ke kamar, lalu menampar pelan pipiku sendiri. Benar-benar tidak mudah menurunkan rasa panas di pipiku.

Sebenarnya bukan karena aku berpikir terlalu banyak, tetapi syarat yang dia ajukan sangat mengejutkan....

Menyuruhku berpura-pura menjadi kekasihnya, dan juga dia bersedia membantuku membereskan musuhku. Jika saja aku tidak berpikir cukup dalam, mungkin aku sudah menyetujuinya.

Hari kedua di pagi hari, Chris memanggilku. Dia memanggil seorang penjahit untuk mengukur tubuhku.

Secara khusus dia memanggil penjahit untuk membuatkanku gaun malam untuk pergi menghadiri pesta pernikahan William dan Grace.

Muncul perasaan perih di hatiku.

Dia memperlakukanku dengan penuh perhatian. Tidak peduli apakah bertujuan mendekatiku, dia sudah sangat baik kepadaku.

Aku juga bersyukur diriku menolak usulannya yang penuh rayuan. Jika tidak aku tidak bisa berhenti mendapatkan kemewahan darinya, dan pastinya akan semakin jatuh dan semakin dalam.

Setelah 6 bulan, Chris sepertinya sangat sibuk. Dia sangat jarang menghabiskan malamnya di villa, bahkan jika kembali, dia akan mengunci diri di dalam ruang baca dengan Anin

Kami jarang bertemu, terkadang seharian tidak bertemu sama sekali.

Hatiku berkata, aku sangat ingin bertemu dengannya, tapi aku juga takut berpapasan dengannya.

Dia sangat sibuk sampai tidak pernah terlihat, membuatku menjadi lega.

Hal ini berlanjut terus seperti itu sampai awal bulan Agustus.

Malam sebelumnya aku tidak tidur semalaman. Alasan utamanya adalah ragu apakah aku mau membongkar perselingkuhan Grace dan Lucas.

Terus berpikir tapi tidak mendapatkan hasil akhir.

Di hari kedua ketika bangun dari tidur, ada lingkaran hitam besar di mataku.

Agar Chris tidak mengiranya, sebelum turun aku berusaha keras merias wajahku dengan riasan tebal.

Siapa yang akan tahu begitu bertemu dengan Chris, kalimat pertama yang dia ucapkan adalah: "Apakah semalam kamu tidak tidur dengan nyenyak?"

Aku terdiam.

Riasan tebalku sia-sia.

Pandangan Chris beralih ke wajahku, mengamatinya lalu berkata: "Kamu lebih cantik kalau tidak memakai riasan."

Aku diam lagi.

Ku tebak sekarang seluruh wajahku sudah memerah.

Lalu dengan sikap dinginnya melepaskan pandangannya dari wajahku: "Makanlah."

Tidak hanya lingkaran hitam dan riasan tebal, wajahku juga memerah ditambah lagi makan berhadapan dengannya.

Akhirnya selesai makan. Belum sempat menghembuskan napas, tiba-tiba Chris menatapku. "Sebentar lagi datang orang yang akan meriasmu. Tunggu selesai meriasmu, kita langsung berangkat.

Kapan dia memanggil seorang penata gaya?

Untuk menghindari kalau riasanku buruk ya?

Aku merasa diriku benar-benar marah, tapi aku tetap berusaha terlihat tenang.

Baru saja berterima kasih padanya, seorang pembantu memberitahu bahwa tim penata gaya sudah datang.

Setelah itu aku pergi ke ruang istirahat, membiarkan penata gaya itu menghabiskan waktuku.

Penjahit memberikanku sebuah rok putih bergaya ekor ikan. Begitu melihat bahannya, sudah dapat ditebak bahan ini sangat bagus. Garis jahitannya dipotong sangat rapi dan pas.

Penata gaya itu menyerasikan dengan roknya, mengerjakan rambutku lalu meriasku dengan riasan yang tipis.

Setelah 2 jam kemudian, di cermin muncul seorang gadis yang asing.

Terlihat sangat cantik dan segar. Karena riasan, mataku terlihat menjadi agak menawan.

Rok putih bergaya ekor ikan sangat pas ditubuhku, pas dengan postur tubuhku.

Aku terperangah.

Di hari biasa aku tidak memakai riasan apapun, juga jarang memakai rok yang memperlihatkan postur tubuhku. Setelah dirias sedemikian cantiknya, ternyata aku masih bisa terlihat begitu cantik.

Cantik dan menarik.

Banyak yang berkata semua pria akan suka.

Tapi aku sedikit curiga. Aku pergi untuk menghadiri pesta pernikahan ayahku, bukan pernikahan mantan kekasihku. Sebenarnya tidak perlu secantik ini. Mengapa mereka meriasku begitu berlebihan?

Hanya saja hal ini sudah mengeluarkan tenaga yang banyak, aku juga tidak berani menunjukkan keberatan.

Terakhir, penata gayaku menyuruhku memakai sepatu hak tinggi.

Tetapi aku pernah diinjak oleh Grace dengan sepatu hak tinggi. Ada bayang-bayang tentang sepatu itu, bagaimanapun juga aku tidak bersedia memakainya.

Ketua dari penata gaya itu berjalan mengelilingku, tidak ada pilihan, lalu dia berkata: "Lupakan, seperti ini saja sudah cukup. Lagipula sudah terlihat cantik."

Aku menghembuskan napas lega.

Setelah memakai flatshoes, penata gaya itu mengantarku turun ke bawah. Dia kukuh ingin semua orang melihat hasil karyanya.

Begitu melihatku, bibi Elena langsung memuji, "Nona Viona sungguh cantik."

Aku tersenyum sambil berucap terima kasih padanya.

Chris yang sedang duduk di sofa sambil membaca sebuah dokumen, mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang barusan ia dengar.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu