My Superhero - Bab 392 Belinda Ye Telah Datang (1)

Aku menutup mata dengan kecewa.

Penjelasan seperti ini sama saja seperti tidak ada penjelasan, bagaimana aku bisa percaya?

Sampai aku berpikir apakah untuk sekarang dia tidak terpikirkan alasan, maka itu dia berkata nanti dia akan memberitahuku.

Memikirkan hal ini, aku merasa aku sudah tidak perlu membicarakan hal ini lagi dengannya. Aku pun memberikan Maxi kepadanya, berkata: “Maaf merepotkanmu.”

Aku berniat untuk tidak menghalanginya untuk tetap dekat dengan Maxi, bagaimanapun juga dia adalah Ayah Maxi. Dalam pertumbuhan anak tidak boleh kurang peran seorang Ayah. Walaupun akhirnya aku dan dia akan berpisah, aku juga tidak akan membicarakan keburukannya di depan Maxi yang mungkin akan membuat Maxi membencinya.

Chris Zhou menggendong Maxi di tekukan lengannya. Dia menunduk dengan lembut mengelus wajah Maxi, berkata dengan nada rendah: “Istirahatlah.”

Dia pun berjalan keluar.

Aku menatap punggungnya, rasa sakit di hatiku sangat sulit diterima. Pedih sekali. Di saat sedang masa pemulihan pasca melahirkan, mungkin bisa mempengaruhi kesehatanku, mungkin aku harus menangis meluapkan rasa sakit ini sekali.

Saat malam tiba, aku sangat takut Chris Zhou datang kembali ke kamar. Aku pun memanggil Bibi asisten kehamilan datang membawa Maxi ke kamar.

Beruntung semalaman Chris Zhou juga tidak muncul.

Lagipula itu diriku lah yang berpikir sembarangan cukup lama. Sampai tengah malam aku baru bisa tertidur. Keesokan harinya kesegaran tubuhku agak tidak bagus.

Berbaring-baring sampai jam sepuluh barulah aku bangun. Sambil menguap aku menuruni tangga. Ruang tamu sangat sunyi, tidak terlihat sosok tubuh Chris Zhou.

Mendadak aku pun langsung mengumpulkan kesadaranku, teringat apakah dia telah pergi……

Saat sedang memikirkan hal ini, Bibi Elena keluar dari dapur, berkata: “Viona, tuan sudah pergi. Dia menyuruhku untuk menyiapkan bubur teratai, aku sudah menyiapkannya dari pagi, masih hangat.”

Saat aku datang ke Switzerland, Bibi Elena juga datang kemari. Dia pernah melahirkan anak, jadi di saat masa kehamilan dia menjagaku dengan baik.

Setelah Maxi lahir, dia juga bisa mengingatkanku hal-hal penting yang harus diperhatikan. Begitu juga dengan Dena dan Xenna, mereka selalu berada di sisiku. Sekarang mereka telah mandiri, maka aku pun meminta mereka menjadi pengurus rumah.

Aku menunduk, aku berharap Chris Zhou tidak pernah pergi.

Teringat saat barusan aku menebak dia telah pergi, hatiku langsung merasa kecewa. Aku merasa tidak nyaman, karena ini menjelaskan aku masih sangat mempedulikannya.

Tentu saja, dia telah membuat bekas di dalam kehidupanku. Bagaimana mungkin aku bisa tidak mempedulikannya lagi.

Aku masih sangat mencintainya.

Terlebih lagi dia masih mengingat bubur apa yang aku suka, bahkan dia meminta Bibi Elena untuk menyiapkannya untukku……dia selalu perhatian seperti ini, aku semakin tidak bisa melupakannya.

Saat siang hari jam dua belas, Chris Zhou pun kembali.

Kita sedang berada di desa kecil di Kota Lausanne, membelakangi gunung yang sangat indah. Sebenarnya cuaca sangat bagus, musim panas yang tidak terlalu panas, tapi karena pertengahan musim panas, dan saat ini sedang pertengahan hari, cahaya matahari juga sangat menyilaukan.

Dia berjalan masuk, tubuhnya seakan bersinar, menarik perhatianku sampai aku tidak bisa mengalihkan pandanganku.

Aku memeluk Maxi, dengan pelan aku menunduk. Aku takut melihat ke arahnya lagi, jantungku bisa melompat keluar karena terlalu cepat.

Dari saat dia masuk ke dalam kamar, tatapannya tetap terjatuh padaku.

Saat saling berpandangan, dia menggerakkan mulutnya. Dengan perlahan berjalan ke depanku, dengan lembut berkata: “Apakah sudah makan?”

Nada bicaranya terdengar sangat alami.

Aku juga mendinginkan wajahku. Walaupun sudah tidak menjadi suami istri, tapi kita masih bisa berteman.

Dengan begitu aku pun mengangguk, berkata: “Hm……bagaimana denganmu?”

Tatapannya yang dalam itu terus menatapku, dengan suara berat: “Masih belum.”

Aku pun menjawab: “Bibi Elena sudah selesai memasak, kamu cepatlah pergi makan.”

Bibirnya perlahan tertarik, menatapku beberapa detik, kemudian tiba-tiba dia berjalan kemari.

Kita hampir bersentuhan, jarak seperti ini sebenarnya terlalu dekat. Aku sampai menahan nafasku.

Dia perlahan menunduk.

Aku sangat gugup sampai jantungku seakan berhenti. Di tengah kebingungan, aku mencium aroma tubuh mint di tubuhnya yang familiar.

Dia tersenyum dengan hangat padaku, kemudian menunduk mencium kening Maxi.

Ternyata……dia ingin mencium Maxi……aku salah sangka berpikir dia ingin menciumku, wajahku pun menjadi hangat.

Awalnya Maxi ingin menutup matanya. Mungkin karena ikatan Ayah dan anak, dia tiba-tiba membuka matanya, bergumam beberapa kali ke arah Chris Zhou, seperti ingin menyapa Chris Zhou.

Chris Zhou tertawa kecil: “Dia mengenaliku.”

Nada bicaranya terdengar seperti seorang Ayah yang sangat bangga.

Hatiku yang mendengar itu terasa teriris. Berpikir, kemudian bertanya: “Apakah kamu ingin menggendongnya?”

Chris Zhou tersenyum menatapku: “Tubuhku berkeringat, tunggu setelah aku selesai mandi.”

Aku buru-buru berkata: “Lebih baik kamu makan terlebih dulu.”

Dia menatapku dengan dalam: “Viona, ternyata kamu memang masih mencemaskanku.”

Aku menatapnya, tidak bersuara.

Kesan senyum di sudut bibirnya mendalam, alis matanya pun naik, berkata: “Baiklah, aku mendengarkanmu. Aku akan makan terlebih dulu, kemudian nanti setelah mandi aku akan datang menggendong Maxi.”

Selesai berbicara, dia kembali mencium Maxi.

Maxi pun tertawa ke arahnya.

Mungkin jika sekarang orang lain melihatnya, pasti akan merasa kita adalah keluarga kecil yang bahagia.

Memikirkan hal ini, rasa sedih di hatiku kembali terasa.

……

Seperti itu, Chris Zhou seakan mempunyai niat dengan menetap di sini. Sudah melewai satu minggu, ternyata dia masih belum ada maksud untuk kembali pulang.

Saat siang hari dia kadang-kadang bisa keluar rumah, seperti sedang sibuk melakukan sesuatu, tapi sore hari dia akan kembali. Menemani Maxi bermain, juga belajar bagaimana mengganti popok Maxi.

Dia yang seperti ini, seakan ingin menebus ketidak dekatan dengan Maxi sebelumnya.

Aku senang melihat itu berhasil. Kamar ini terlalu besar, saat ia muncul, aku pun langsung bersembunyi di kamar, jika tidak aku akan berjalan santai di halaman belakang. Tapi dia sangat jarang mengusikku, hanya kadang-kadang saja aku berpapasan dengannya di ruang utama barulah memberi salam dengannya.

Dia sepertinya memutuskan untuk bercerai denganku.

Aku pun mulai menyerah.

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu