My Superhero - Bab 75 Pelaku Sudah Mati?

Dia langsung berdiri tegak, serius mendengarkan.

Erick tertawa : "Nona Viona, makalah terlebih dahulu, nanti aku akan menjelaskan detailnya kepadamu".

Setelah dipikir-pikir, aku dan Steven juga perlu makan, jadi akupun menyetujuinya.

Selanjutnya aku teringat akan sesuatu, lalu memanggil Erick dan berkata : "Ketua Tim Erick, panggil aku Viona saja".

Memanggil nona Viona terus membuat aku merasa canggung.

Erick menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Setelah mendengarnya, Steven yang melototiku.

Aku merasa aneh.

Steven tertawa dingin : "kamu sudah bertunangan."

Setelah mengatakannya, dia menarik Erick.

Setelah beberapa saat kemudian aku baru mengerti apa yang Steven maksud, apakah dia berpikir bahwa aku sedang menggoda ErIck?

Tapi aku hanya menyuruh Erick untuk mengganti sebutan saja...

Aku merasa sedikit bingung, jika bukan karena aku mengetahui sifatnya, aku akan segera putus hubungan dengannya.

Suasana hati yang tadinya dipengaruhi oleh kelakuan Erick tadi langsung menghilang setelah melihat masakan dalam termos makanan.

Makanan yang ada di dalam, semuanya adalah makanan kesukaanku, dengan melihatnya juga tahu bahwa itu adalah masakan Bibi Elena.

Aku sangat senang, lalu teringat sikecil Ryan, jadi aku segera memotret makanannya dan mengirimkan foto itu kepada Chris : [sedang makan, bagaimana dengan kalian? [Foto]]

Chris membalas dengan cepat : [Iya. [Foto]]

Hanya membalas satu kata, sungguh style Chris.

Aku hanya bisa tertawa, lalu membuka foto yang dia kirim, foto itu adalah gambar Ryan yang sedang makan sayur hijau.

Mulutnya dipenuhi dengan sayuran, hingga kedua pipinya menggembung, terlihat sangat lucu.

Aku tertawa dengan suara kecil.

Ryan benar-benar membuat suasana hatiku membaik, tiba-tiba merasa agak merindukannya.

Tentu saja, juga merindukan orang yang sudah memotret Ryan tadi.

Setelah makan, aku mengetuk pintu kantor Erick.

Erick sedang membahas sesuatu dengan Steven, melihat aku masuk ke dalam, dengan kompak keduanya memberhentikan pembicaraan mereka.

Aku berkata : "Ketua Tim Erick, aku ingin menanyakan kasus Melisa."

Erick berkata : "duduklah."

Steven melihatku sejenak, tapi tidak berencana untuk keluar.

Erick juga tidak menyuruh Steven untuk keluar.

Mungkin karena ketika itu Steven juga terlibat dengan kasus ini, jadi aku tidak terlalu memperdulikannya, menunggu Erick untuk lanjut berbicara.

Erick mengoper sebuah map kepadaku, lalu berkata : "semuanya ada didalam."

Aku mengambilnya, aku tertegun ketika melihat tulisan 'laporan penutup' yang tertulis diatas map.

Apakah pelakunya sudah ditangkap?

Aku tidak membukanya, tapi mengangkat kepala lalu melihat Erick dengan seksama.

Jari tangan Erick mengetuk meja, lalu berkata : " pelakunya memang sudah ditemukan, atau yang lebih tepatnya, pelakunya sudah mati."

Aku mengerutkan kening.

Sebelumnya, kasus ini sangatlah membingungkan, tim khusus yang melakukan investigasi juga tidak mendapatkan petunjuk apapun, kenapa tiba-tiba pelakunya sudah ditemukan, dan pelakunya juga sudah mati?

Erick juga tidak berbelit-belit, lanjut mengatakan : "Melisa dibunuh oleh tentara bayaran, yang dikhawatirkan adalah ada kemungkinan target tentara bayaran yang sebenarnya bukanlah Melisa, dia hanya kebetulan melihat tentara bayaran sedang membunuh orang, jadi dibunuh agar tidak ada saksi. ketika kita pergi menangkap tentara bayaran, kebetulan mereka sedang melakukan perdagangan narkoba, polisi setempat juga sedang memperhatikan mereka, ketika penangkapan, sebagian besar orang sudah mati, dan orang yang sudah membunuh Melisa juga mati di tempat kejadian."

Setelah mendengarnya, aku terdiam selama beberapa saat.

Jadi sebenarnya, Melisa mati karena secara tidak sengaja terlibat dengan kasus ini?

Entah kenapa, aku merasa bahwa masalah ini tidaklah semudah itu.

Melisa hanya orang biasa, bagaimana mungkin bisa kebetulan bertemu dengan tentara bayaran yang sedang melakukan transaksi narkoba?

Lagi pula aku ingat bahwa setelah kakekku memecat Melisa, selama belasan tahun ini Melisa tidak pernah datang lagi ke kota Hualin, kenapa pas dia kembali, malah dibunuh?

Hal ini sungguh sulit untuk dipercaya.

Tiba-tiba aku teringat apa yang Chris katakan kepadaku tadi malam, dia mengejar anak dari ketua tentara bayaran, baru pergi ke toko.

Kalau begitu, mungkinkah.... target dari tentara bayaran yang sebenarnya adalah Chris, dan secara tidka sengaja Melisa mengetahui semua ini?

Tidak, jika seperti itu maka ada yang tidak masuk akal.

Karena Melisa bukan dibunuh di toko, tempat kejadian yang pertama adalah pinggiran kota yang jaraknya lumayan jauh dari kota Hualin.

Semakin dipikirkan, aku merasa kasus ini semakin aneh.

Tapi aku tidak bisa memberitahukannya kepada Erick, karena bagaimanapun juga Chris dan pembunuhan Ayah chris 10 tahun yang lalu terlibat dalam kasus ini.

Hanya saja... kasus ini ditutup dengan buru-buru...

Aku rasa, arwah Melisa juga tidak akan rela.

Setelah bimbang beberapa saat, aku mencoba bertanya : "Ketua tim Erick, apakah kamu juga menyetujui penutupan kasus ini?"

"Tidak penting aku menyetujuinya atau tidak, yang penting adalah bukti." kata Erick sambil mentapku, "apakah kamu punya pemikiran yang lain?"

Setelah dipikir-pikir, aku menceritakan kecurigaanku akan Melisa yang pertama kali datang ke Kota Hualin setelah belasan tahun ini, lalu berkata : "aku tidak percaya akan adanya kebetulan seperti ini."

Erick dan Steven saling menatap satu sama lain.

Steven mengatakan : "maksud kamu, kita masih harus menginvestigasi kasus ini? kalau begitu coba kamu kasih tau bagaimana cara kita menginverstigasinya, kita harus memulai dari mana."

Tentu saja aku tidak dapat menjawabnya, setelah diam beberapa saat, aku berkata : "ini hanyalah feelingku..."

Steven menertawaiku, berkata : "jika semua orang yang menginvestigasi kasus mengikuti feelingnya, maka aku berani bertaruh, maka akan ada banyak kasus yang tidak bisa terpecahkan dunia ini.

Aku terdiam.

Walaupun kata-katanya sangat menusuk, tapi apa yang dikatakan Steven itu memang masuk akal.

Meninvestigasi kasus mana bisa hanya bergantung pada feeling, tentu saja perlu mempercayai bukti.

Mungkin karena Erick melihat ekspresiku yang canggung, untuk mencairkan suasana dia tersenyum lalu berkata : "sudahlah, Viona juga hanya memberitahukan pendapat dia, Steven kamu juga jangan terlalu perhitungan dengannya, bukankah kita juga sesang mendiskusikan hal ini."

Aku tersenyum kepada Erick, berterima kasih karena dia telah membantuku.

Steven tersenyum dingin, tapi tidak lagi melawan Viona,

Aku berdiri, lalu pamit.

Ketika berjalan sampai di pintu, aku teringat lagi akan satu hal, membalikkan kepala berkata : "Ketua Tim Erick, kasus Melisa ini tidak ada hubungannya dengan kakek dan ibuku kan?"

Erick menganggukkan kepala, berkata : "dari semua bukti menunjukkan bahwa Melisa hanya dibunuh tanpa perencanaan, tidak ada hubungannya dengan orang lain."

Setelah bertetimakasih, akupun keluar.

Tapi dalam hati muncul sebuah perasaan yang aneh.

Tim investigasi ke rumahku dua kali, mencari barang ibuku, tapi akhirnya kasus ini tidak ada hubungan dengannya.

Sebenarnya ini juga bukan apa-apa, bagaimanapun ketika menginvestigasi pasti akan ada yang berbeda.

Tapi aku terus-terusan merasa bahwa kematian Melisa ada hubungannya dengan ibuku.

Dan karena Melisalah aku baru mengetahui bahwa ibuku adalah anak yang dipungut.

Sore itu, aku terus memikirkan hal ini.

Untung saja Steven hanya menyuruhku untuk melihat file, tidak menyuruhku untuk ikut campur dalam identifikasi forensik, jadi aku tidak melakukan kesalahan apapun.

Sampai pulang dari kantor, aku masih memikirkan kasus Melisa.

Keluar dari biro kota dengan tidak bersemangat, awalnya aku mengira bahwa Andy sedang menungguku, akhirnya aku malah melihat sikecil Ryan sedang melambaikan tangannya dari jendela mobil.

Setelah melihatnya, aku langsung menjadi bersemangat, melupakan semua masalah, lalu berlari ke arah mobil, dengan senang memanggil : "Ryan!"

Ryan juga sangat senang, dengan manisnya memanggilku : "Bibi"

Dengan tersenyum aku membuka pintu mobil, lalu mendapati Chris yang sedang menatapku.

Aku memeluk Ryan, dan Chris terus melihatku.

Sebenarnya aku telah menebak bahwa dia akan ada didalm mobil, karena sikecil Ryan ikut Chris pergi ke kantor.

Tapi sangat senang karena Chris datang menjemputku, Hanya saja tatapan dia terlalu fokus, hingga membuatku canggung.

Aku menggigit bibir, dengan suara kecil memanggil : "Paman Chris."

Setelah menjawab, Chris tidak lagi menatap Viona.

Viona merasa lega.

Sikecil Ryan memanfaatkan kesempatan ini untuk memelukku.

Aku memeluknya dengan erat, mengusap wajahnya dengan tersenyum, lalu berkata : "hari ini pergi ke kantor bersama dengan paman kecil, seru gak?"

Ryan duduk dengan baik dikakiku, menggerakkan kepalanya, dengan suara manis berkata : "iya.. sangat seru... ada tante yang cantik yang memberi aku kue yang enak."

Tante yang cantik?

Diam-diam aku melihat ke arah Chris.

Dia duduk dengan tenang, seakan tidak mendengarkan apa yang dikatakan Ryan.

Aku : "......."

Semakin seperti ini, semakin mencurigakan.

Tapi, aku tidak memiliki hak untuk menanyakan apapun kepadanya, sebenarnya tante cantik yang dikatakan oleh Ryan.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu