My Superhero - Bab 199 Mengunjungi Makam Kakek dan Ibu Viona (2)

Aku tidak terlalu mengerti.

Dia juga tidak memberiku kesempatan untuk mencari tahu, langsung menahanku di bawah badannya, dengan suara serak berkata, "Hari ini adalah hari pernikahan kita, istriku, kamu tidak kuperbolehkan untuk memikirkan hal yang lain, hanya boleh memikirkanku."

Belum sempat aku berkata, dia sudah menciumku.

Selanjutnya adalah dia yang memasukiku, kemudian aku tidak bisa mengatakan apapun lagi.

Semalaman kita saling menempel.

Hari kedua, pinggangku sakit, kaki dan tanganku lemah.

Untung saja janinku sudah tiga bulan, sudah stabil. Kemarin malam dibolak-balikkan oleh Chris, juga tidak apa-apa.

Hanya saja hari ini, aku bangun sedikit telat, sudah hampir jam 10. Matahari di luar sana telah menggantung tinggi, masuk melalui jendela, memenuhi kamar.

Seketika aku duduk berdiri.

Chris memelukku dari belakang, menarikku kepadanya, tersenyum kecil berkata, "Tidak apa-apa, kakek dan yang lain pasti belum bangun."

Kita berdua belum ada yang memakai baju, kulit saling bersentuhan, membuatku tanpa bisa ditahan bergetar kedinginan.

Berpikir lagi kemarin dia selalu memelukku, aku semakin malu, sekujur tubuhku berubah panas.

Dia menggesek leherku dengan wajahnya, dengan suaranya yang berat dan serak berkata pelan di samping telingaku, "Kemarin semua orang lelah, kakek sengaja membuat kita bangun lebih telat, mungkin saat ini semuanya masih tidur."

Aku tidak ingat kakek pernah mengatakan ini, tapi Chris tidak mungkin membohongiku, apalagi di pernikahan hari kedua. Jika telat bangun akan memberikan kesan yang buruk, dia seharusnya tidak akan bercanda mengenai ini.

Chris menahan telingaku dalam mulutnya, berkata dengan tawa ringan, "Sebenarnya jika kita telat datang juga tidak apa-apa, karena kita adalah mempelai baru, siapapun bisa menebak apa yang kita lakukan kemarin."

Kata-kata ini terlalu vulgar.

Awalnya panas di wajahku sudah turun, kali ini dengan kata-katanya kembali berubah menjadi panas lagi.

Aku membelalakan mataku padanya.

Membuatnya tertawa ringan.

Selanjutnya dia menggendongku untuk mandi, bahkan baju pun dia yang bantu pakaikan.

Mataku selalu menatapnya, dia mencucikan wajahku, menggosokan gigiku, memakaikanku baju, mengancingkan bajuku ... Begitu serius, begitu tampan.

Baik itu matanya yang lembut, hidungnya yang mancung, ataupun tangannya yang panjang dan bagus, semuanya membuatku suka.

Setelah dia memakaikanku sepatu, aku berdiri, berjinjit dan mengecup wajahnya, lalu berkata dengan manis, "Chris, terima kasih~"

Dia menatapku dalam, menempelkan dahinya pada dahiku, dan berkata, "Istriku, saat ini kamu jangan menggodaku lagi, atau tidak kamu seharian ini tidak bisa turun lagi dari ranjang."

Aku bingung, dimana aku menggodanya, aku hanya berterima kasih padanya.

Kemarin saat aku berterima kasih padanya, dia juga seperti ini, tiba-tiba menggendongku, juga mengatakan ingini memakanku ....

Aku benar-benar tidak mengerti mengapa dia senang, tanpa sadar bergumam, "Aku tidak menggodamu!"

Siapa tahu belum selesai berkata, dia menciumku dengan dalam.

Hingga aku kehabisan napas, dia baru melepaskanku.

Aku, "..."

Dia dengan ibu jarinya, dia mengelap bibirku dan berkata, "Bodoh, sekarang kamu tidak mengatakan apapun, berdiri di hadapanku saja, aku sudah merasa kamu imut."

Aku tersentak, kemudian jantungku rasanya seperti mau meledak, sedikit asam, juga ada perasaan senang yang tidak bisa kudeskripsikan.

Hingga dia menarik tanganku berjalan keluar, aku tidak berani mengangkat kepalaku.

Setelah turun, menyadari semuanya juga baru bangun, tanpa sadar menghela napas lega.

Semuanya bersamaan masuk ke dalam ruang makan, selain keluarga Bibi Linda, semua keluarga Zhou sudah lengkap berkumpul.

Aku teringat lagi akan kehebohan yang dilakukan Bibi Linda, dia bahkan langsung mengatakan tentang kakak kedua dan kakak pertama yang berebut menjadi kepala keluarga. Aku rasa semua orang pasti canggung.

Namun ketika aku melihat ke arah kakak kedua dan kakak pertama, mereka kelihatannya tenang.

Tanpa sadar aku menganggumi.

Keluarga Zhou semuanya ahli dalam hal menutupi perasaan, benar-benar tidak tahu apa yang mereka pikirkan.

Baik itu keluarga paman kedua, keluarga paman ketiga, ataupun tiga bersaudara Chris, semuanya tenang, satu keluarga kelihatannya sangat rukun.

Aku hanya bisa menahan rasa curiga dalam hati.

Suasana di meja makan sangat tenang, hanya Ryan yang terkadang memuji susu dan telur enak.

Ryan kemarin menjadi page boy, sampai sekarang Ryan masih senang, pagi-pagi sudah menempeliku.

Aku langsung memeluknya, dia sangat patuh, dengan sendiri memegang gelas susu dan minum satu teguk demi satu teguk.

Sayangnya aku mendengar dari Chris, tak lama lagi Ryan akan ikut pergi ke kampung bersama kakak pertama.

Aku sedikit tidak rela.

Namun bagaimanapun kakak pertama adalah ayah kandungnya, dia pasti harus berada di samping kakak pertama.

Tiba-tiba aku merasa, kakak pertama mencarikan ibu baru bagi Ryan juga bagus, karena selain cinta ayah, Ryan juga membutuhkan penjagaan dari ibu.

Bukannya aku tidak bersedia menjaga Ryan, tapi hari-hari Ryan di sampingku hanya sedikit.

Berharap saja semoga istri baru kakak pertama bisa dengan tulus menjaga dan mencintai Ryan.

Selesai sarapan, kakek Zhou berkata, "Hari ini tidak ada apa-apa lagi, kalian ingin melakukan apa, pergilah. Tidak usah mengkhawatirkanku."

Kakak kedua berkata ingin bertemu teman lama, kakak pertama ingin menemani Ryan pergi ke taman bermain, mengenai keluarga paman kedua dan keluarga paman ketiga, juga masing-masing ada urusan.

Aku menoleh pada Chris, tidak tahu dia memiliki rencana apa.

Dia menggenggam tanganku kemudian berkata pada kakek Zhou, "Aku ingin membawa Viona kembali ke Kota Hualin, untuk mengunjungi makam kakek dan ibunya."

Tanpa sadar aku tersentak.

Dia belum mendiskusikannya denganku, tapi yang jelas ini membuatku terharu.

Kemarin memang aku sudah rindu dengan kakekku, juga bermimpi tentang ibu, apalagi aku belum mengatakan kepada mereka tentang pernikahanku.

Awalnya aku memang sudah berencana untuk mengingatkannya, jika dia tidak bersedia menemaniku pergi ke Kota Hualin, aku bisa pergi sendiri.

Siapa yang tahu ternyata dia sudah merencanakan ini.

Aku menatapnya dengan terharu.

Dia tersenyum padaku.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu