My Superhero - Bab 85 Selamat Tinggal, Paman Chris (2)

Akhirnya, pada hari ketiga setelah waktu yang dijanjikan Chris, aku menemui Janice.

Setelah bertemu dengannya, langsung kutanya tanpa basa-basi, "Bisakah kamu memberiku kontak yang dapat menghubungi Chris?"

Senyumnya masih sama, begitu menawan dan menarik hati, "Maaf, Nona Viona, aku tidak memiliki hak untuk melakukan itu."

Aku terdiam sesaat dan menatap lurus padanya, "Apakah terjadi sesuatu pada Chris? Di mana dia sekarang?"

Sejujurnya, meskipun aku kecewa dengan Chris yang tidak membalas pesanku, tapi lebih banyak adalah rasa khawatir.

Chris selalu menjadi orang yang menepati setiap perkataannya. Dia mengatakan bahwa dia akan kembali dan menunggu aku untuk membuat keputusan. Maka dia pasti akan kembali.

Jadi jika dia gagal menepati janjinya, pasti ada alasan di balik itu.

Tapi, alasan apa yang membuatnya tidak ada kabar selama tiga hari?

Inilah alasan kenapa aku menebak 'kecelakaannya' ....

Janice tampaknya tidak kepikiran bahwa aku akan mengajukan pertanyaan ini. Dia hanya menatapku dalam diam selama beberapa detik.

Lalu bibir merahnya tersenyum tipis, "Tuan baik-baik saja."

Aku menyipitkan mata dan berkata, "Nona Janice, aku tahu bahwa kamu adalah orang yang sangat penting bagi Chris, dan aku juga sangat menghormatimu ... aku hanya ingin tahu, apakah dia aman atau tidak."

Janice tersenyum, "Sudah kukatakan, dia sangat baik."

Nada bicara ini membuatku sedikit tidak senang.

Tetapi aku hanya diam dan berkata dengan baik- baik, "Tolong bantu aku menyampaikan pesan ini. Katakan padanya, aku sudah memikirkannya. Aku memutuskan untuk pergi."

Janice mendengar kata-kataku, berhenti sejenak, lalu berkata, "Tunggu sebentar, aku akan segera memberitahunya."

Sambil berkata, dia mengeluarkan ponselnya lalu berjalan keluar.

Aku mengalihkan pandangan dan langsung mengetahui kebenarannya.

Benar saja, dia bisa menghubungi Chris secara langsung.

Jelas, dia 'berbeda'.

Janice masuk tak lama kemudian. Dia menyerahkan ponselnya dan berkata, "Tuan mencarimu."

Aku menerimanya dan dengan tenang bertanya kepada lawan bicara di telepon, "Chris, apa kamu baik-baik saja?"

Tidak ada jawaban, hanya suara nafas yang terdengar, menandakan bahwa dia masih ada disana.

Aku tidak tahu mengapa dia tetap diam. Tetapi saat ini aku tidak berminat untuk mencari tahu. Aku mengulangi pertanyaanku, "Chris, apa kamu baik-baik saja?"

Setelah berlalu beberapa detik, Chris akhirnya berkata: "... iya."

Aku tertawa dan berkata dengan suara ringan, "Itu ... Chris, selamat tinggal."

Setelah itu, tanpa menunggu jawaban darinya, aku langsung mengembalikan telepon kepada Janice.

Janice masih tetap mempertahankan senyumnya. Tetapi senyumannya kali ini mengandung rasa ingin tahu.

Aku tentu saja tidak berminat untuk menjelaskan kepadanya. Aku hanya berkata, "Kak Janice, aku akan mengurus prosedur keluar rumah sakit secepat mungkin. Kedepannya, kamu tidak perlu meluangkan waktu untuk datang menjengukku. Terima kasih atas perhatianmu selama ini."

Dia mengangguk dan tidak menasehatiku mengenai keputusanku. Ia berkata, "Ada perlu apa, jangan sungkan untuk mencariku."

Aku tersenyum dan menjawab, "Baik."

Lalu dia pergi.

Di depannya, aku terus berusaha untuk tersenyum.

Tetapi begitu dia pergi, aku tidak bisa lagi menahan kesedihan hatiku. Air mata langsung merebak keluar dengan deras.

Sebenarnya, ketika aku berbicara dengan Chris lewat telepon, aku hampir tidak dapat menahan suaraku yang bergetar.

Tapi aku tidak ingin Chris mendengar kelemahanku. Terlebih lagi aku tidak ingin Janice melihatku sebagai lelucon. Oleh karena itu, aku terus menahannya hingga sekarang.

Awalnya, kukira dia sedang dalam bahaya. Kenyataannya, dia hanya tidak ingin meladeniku.

Janice dapat menemukannya kapan saja, sedangkan aku hanya bisa menghitung waktu untuk menunggunya membalas pesan. Sayangnya dari malam hingga pagi, dia tetap tidak memedulikanku.

Aku pikir, sudah saatnya aku pergi.

Mengirimkan pesan lewat WeChat, menelponnya, memberitahu dia akan perasaanku. Hanya ini yang dapat kulakukan.

Aku sudah tidak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya, untuk bisa membuatnya menyukaiku.

Dan pengalaman ibuku, juga membuatku tidak berani melakukan lebih banyak lagi.

......

Setelah menangis sebentar, aku kemudian bangkit.

Ini bukan waktu untuk terus bersedih. Aku masih harus berpikir tentang kehidupan selanjutnya. Aku harus semangat.

Untungnya, setelah dirawat selama satu bulan lebih, cederaku sudah stabil. Area bahu pulih dengan sangat cepat, hanya saja kaki kanan sedikit bermasalah, masih belum bisa berjalan.

Tentu saja, tidak sampai tidak dapat bergerak total.

Aku memanggil Andy dan bertanya langsung kepadanya, "Aku ingin kembali ke kota Hualin. Kamu ingin tinggal di sini, atau ikut denganku?"

Tanpa ragu, ia menjawab, "Pergi denganmu."

Aku sedikit terkejut.

Dia benar-benar memenuhi janjinya. Bahkan jika aku meninggalkan Chris, dia tetap bersedia mengikutiku.

Setelah dipikir-pikir, aku tidak memintanya untuk tinggal.

Karena aku masih membutuhkan bantuannya.

Aku bertanya, "Kalau begitu, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?"

Asisten Andy mengangguk, "Katakan saja."

Setelah itu, Andy membantuku dengan mengurus prosedur keluar RS, dan juga membelikanku tiket pesawat untuk kembali ke Hualin.

Setalah hampir petang, akhirnya semua beres.

Aku duduk di kursi roda dan didorong keluar dari kamar pasien oleh Andy.

Tidak tahu apakah sudah mendapat persetujuan dari Chris atau bagaimana, para pengawal tidak menghalangi kami.

Asisten Andy memanggil taksi. Kitapun berangkat ke bandara.

Sepanjang perjalanan, aku melihat pepohonan yang menjulang di sepanjang jalan, juga sinar matahari yang menyengat di atas kepala. Hati semakin sedih, dada juga seperti ditutupi oleh sesuatu sehingga menimbulkan rasa sesak yang luar biasa.

Setelah dihitung-hitung, semenjak kedatanganku ke kota Imperial, aku sudah bersama dengan Chris selama hampir dua bulan.

Pada bulan pertama, hampir setiap hari kami selalu bersama. Terutama di malam hari, Chris selalu melakukan 'itu' padaku.

Kemudian, setelah aku terluka, Chris juga merawatku dengan teliti dan sungguh-sungguh. Ia bahkan memindahkan pekerjaannya ke rumah sakit.

Dia bersikap sangat baik padaku.

Sangat baik hingga membuatku berpikir, bahwa suatu hari, dia bisa menyukaiku.

Saat ini, aku melihat pemandangan yang berjalan mundur dari kaca jendela mobil. Muncul sedikit penyesalan dalam hatiku.

Kenapa dia tidak menyukaiku?

Atau bisa dikatakan, kenapa aku tidak bisa membuatnya menyukaiku?

Mungkin karena, aku belum cukup baik.

Hanya saja ... aku sungguh tidak merelakannya pergi.

Setiap menit dan detik yang kulewati bersamanya, membuatku merasa bahwa dia peduli padaku. Atau mungkin dia hanya akting, bisa juga perasaanku yang salah, tapi aku benar-benar terobsesi akan kehangatannya.

Dan kedepannya, khayalan seperti ini, tidak akan pernah terjadi lagi.

Aku juga kangen pada Ryan. Dia begitu imut, aku belum membuatnya merasakan kasih ibu, namun sudah harus pergi meninggalkannya ....

Setelah sampai di bandara, Asisten Andy pergi mengurus check-in pesawat.

Kita hanya membawa sedikit koper. Dengan bosan aku duduk di atas kursi roda. Memandang penumpang yang berlalu-lalang dengan sibuk di lobi luas ini. Aku menebak kemana mereka akan pergi, apakah untuk jalan-jalan atau perjalanan bisnis ....

Saat sedang asyik berpikir, tiba-tiba bayangan seseorang menutupi kepalaku.

Aku tersadar dari lamunanku, dan dengan reflek mengangkat wajah.

Wajah yang begitu kurindukan, langsung muncul tanpa peringatan dalam pandanganku.

Aku terbelalak, seperti kehabisan kata-kata, "Chris, kamu ..."

Dia menundukkan wajah lalu menatapku dengan dingin, "Kamu mau pergi kemana?"

Novel Terkait

Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu