My Superhero - Bab 21 Kamu Kira Ibumu Bunuh Diri?

Aku berdiri dengan sedikit gugup.

Chris melintasiku, mengambil alih pandanganku, dan berkata, “Ayo pergi!”

Tidak ada reaksi yang lain lagi.

Aku merasa sedikit kecewa.

Akan tetapi detik selanjutnya aku merasa terbebaskan.

Dia tumbuh dengan gagah, latar belakang keluarganya juga kelas utama, wanita cantik mana yang tidak pernah dia liat.

Misalnya saja Jade, pesonanya sangat mengalihkan dunia, dia termasuk salah satu wanita cantik.

Akan tetapi dia, tidak menyukainya sama sekali.

Dibandingkan dengan Jade, aku jelas tertinggal jauh, tetapi bagaimana bisa dia menaruhku di matanya.

Aku menghela nafas dalam hatiku, diam-diam memperingatkan diriku sendiri, semua pikiran yang tidak masuk akal dan semua ilusi yang tidak realistis harus dihilangkan.

Setelah aku berpikiran jernih, aku akan kembali normal lagi.

Melihat Chris secara teliti, dia masih saja mengenakan setelan jas berwarna hitam, sehingga membuatnya terlihat lebih gagah, penuh wibawa dan tampan.

Aku melihat ke punggungnya, tidak tau kenapa, tiba-tiba merasa dia sangat jauh dan sulit untuk dicapai.

Akan tetapi kenyataannya juga seperti itu, di antara aku dan dia ada sebuah pembatas yang memisahkan kami.

Dia adalah seorang raja dari langit, sedangkan aku adalah seorang manusia biasa, selama beberapa kali kehidupan juga tidak mungkin dapat menyusulnya.

Selanjutnya naik ke dalam mobil, aku dan dia dapat di barisan belakang, karena jarak kami sangat dekat, aku dapat mencium aroma parfum peppermint yang ia gunakan sangat tipis.

Dalam otakku aku mencari sesuatu, tidak mengingat ada tipe cowo seperti apa yang menggunakan parfum peppermint murni.

Mungkin wangi sabun mandi ya.

Sangat segar, sangat harum.

Mobil menuju ke arah rumah Viona, Chris sedang sibuk melihat data-data, sama sekali tidak mempedulikanku.

Aku malah merasa sangat bebas.

Hanya saja di pertengahan jalan tiba-tiba turun hujan yang sangat deras, padahal beberapa jam sebelumnya matahari bersinar sangat terik.

Mungkin karena memasuki musim panas, sehingga membuat kapasitas air hujan menjadi naik.

Supir melajukan mobil dengan sangat pelan, perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh selama setengah jam, mau tidak mau ditempuh selama 1 jam.

Saat mobil memasuki rumah Viona, masih dalam keadaan hujan.

Dikarenakan hujan, acara pernikahan akhirnya diselenggarakan di ruang olahraga yang letaknya di belakang villa.

Sebenarnya tempat itu adalah bertahun-tahun yang lalu kakekku membangun sebuah tempat bermain kanak-kanak untukku, setelah itu ayah Viona menjadikan tempat ini sebagai ruang olah raga, saat ini seluruh villa ini menjadi milik ayah Viona.

Sudah banyak tamu udangan yang datang di tempat itu, dekorasi ruangan sangat indah, penuh dengan kegembiraan.

Chris tiba-tiba berkata, “Gandeng aku.”

Aku termenung, kemudian aku tersadarkan diri dan mengikuti perkataannya.

Tidak lama, aku baru teringat, seperti ini sepertinya sangatlah tidak cocok.

Akan tetapi telah banyak orang melihat ke arah kami, aku juga tidak enak untuk menarik tanganku lagi.

Aku melihat William dan Grace sedang berdiri di depan pintu untuk menyambut para tamu.

Perut Grace sudah terlihat sedikit, ia tertawa dengan sangat cemerlang.

Akhirnya dia menikah dengan William, akhirnya akan menjadi nyonya di keluarga William, tidak perlu berpikir dia pasti sangat senang.

Aku teringat saat dulu kala, ibuku masih berada di rumah ini, akan tetapi sekarang telah direbut oleh Grace, hati ibuku benar-benar sangat sakit.

Kebetulan Grace menghadap ke arah kami.

Aku mengerutkan dahiku.

Senyuman yang ada di wajah Grace segera menghilang, matanya menyorotkan sinar yang penuh dengan kedengkian, dengan tajam dia melototiku.

Akan tetapi dia sama sekali tidak meneriakiku, malah dia menggunakan ekspresi yang sangat lembut, dan berbisik di telinga William.

William menganggukkan kepalanya, melihat Chris, dengan langkah lebar dia mendekat dan menyambutnya.

Seluruh wajahnya penuh dengan senyuman : “Tuan Chris, anda dapat meluangkan waktu untuk menghadiri acara kami, saya dan Grace merasa sangat terhormat.”

Jelas-jelas beberapa waktu yang lalu, Chris yang membantuku memenjarakan mereka di kantor polisi, dan Chris juga yang membantuku keluar dari rumah sakit jiwa, William malah seperti orang yang tidak kenapa-kenapa, bahkan wajahnya tersunggung sebuah senyuman yang sangat bersahabat.

Orang yang tidak tau malu seperti ini, selain memandang rendahnya, aku tidak dapat menemukan kata-kata lain yang tepat untuk menggambarkan emosiku saat ini.

Chris hanya membalas “em”.

William mungkin melihat Chris yang tidak terlalu bersahabat, tertawa canggung, kemudian menolehkan kepalanya dan menatapku, berkata, “Viona, kamu ini, ternyata datang bersama-sama dengan Tuan Chris, kenapa tidak menelpon kami terlebih dahulu?”

Dengan sikap dingin aku menjawabnya, “Aku sakit jiwa, tidak bisa menelpon.”

Ekspresi William menjadi kaku, kemudian menunjukkan senyuman yang dibuat-buat, “Kamu ini, tidak pernah mendapat pendidikan, anda jangan marah terhadap kelakuan Viona, ini semua karena saya tidak mendidiknya dengan baik, semua salah saya.”

Di sudut bibirku mengandung sebuah senyuman sinis.

Orang seperti dia, juga cocok menjadi seorang ayah?

Saat seperti ini, Chris malah membuka mulutnya, “Aku pikir Viona sangat baik.”

Katanya sambil menatapku dengan lembut.

Aku sedikit termenung.

Seketika aku mengerti, dia sengaja membuat drama di depan William, kenyataannya dia sedang melindungiku.

Hatiku seketika merasakan sebuah kehangatan, dengan senyuman yang penuh dengan rasa terima kasih aku tersenyum padanya.

Aku menolehkan kepalaku dan melihat, wajah Grace penuh dengan perasaan yang iri saat sekilas menatapku.

Kemungkinan besar karena dia tidak terima melihat Chris yang bersikap baik terhadapku, dia melenggokkan pinggangnya berjalan kemari, kemudian mendekap lengan William, dan melihat Chris dengan lembut, berbicara “Jade juga telah tiba, apakah kamu mau pergi untuk menyapanya?”

Dia baru saja selesai berbicara, terlihat Jade telah dikerumuni banyak orang, dengan gerakan yang berlenggak-lenggok dia berjalan menuju ke arah kami

Jade berhenti tepat di depan Chris, dan dengan lembut berkata, “Chris, lama tidak bertemu.”

Chris sama sekali tidak melihatnya, malah menolehkan kepalanya dan berbicara padaku, “Angin di luar sangat kencang, pakaian yang kamu kenakan sangat tipis, ayo kita masuk, jangan sampai kamu flu.”

Dia berbicara sambil mengangkat kakinya dan berjalan menuju ke dalam ruangan.

Aku dengan terang-terangan menghembuskan nafas.

Dia menjadikanku sebagai perisai, sengaja mempersulit Jade.

Saat seperti ini, Jade dalam hati pasti sedang mengutukku.

Tetapi aku di tengah-tengah tatapan para tamu, juga tidak enak menyangkalnya. Aku hanya bisa mengikuti langkah kakinya, dengan menundukkan kepala mengikutinya.

Baru berjalan beberapa langkah, Jade menyusul kami.

Dia menarik lengan Chris yang lain, dengan manja dia berkata, “Chris, aku tau kamu dengannya tidak ada hubungan apapun, kamu tidak menyukai wanita sepertinya sama sekali, kamu hanya ingin membuatku kesal, benar tidak?”

Tatapan Chris akhirnya jatuh padanya.

Dengan perlahan-lahan, dia menjawab, “Tidak benar.”

Setelah berbicara, kami melanjutkan langkah kami masuk ke dalam ruangan, Chris dengan cepat menghempaskan tangan Jade.

Karena aku menggandeng tangan Chris, jadi mau tidak mau harus mengejarnya.

Setelah berjalan beberapa jarak, aku tidak bisa menahan diri untuk menoleh ke belakang.

Terlihat Jade sedang menatap bayanganku dan Chris, wajahnya sangat suram sehingga membuatnya sangat menakutkan.

Aku bergegas menghilangkan tatapanku kepadanya.

Saat ini telah banyak orang melihat keberadaan Chris, semua orang sedang membicarakannya, tatapan mata mereka yang sangat aneh tertuju padaku.

Aku tetap menjaga senyumanku.

Akan tetapi para tamu semakin lama semakin banyak, orang yang mengamatiku juga semakin tidak malu-malu.

Aku berpikir-pikir, dengan suara yang kecil aku berbisik di telinga Chris, “Paman Chris, aku ke kamar mandi sebentar.”

Chris tidak menatapku sama sekali, akan tetapi dia menganggukkan kepalanya.

Aku bernafas dengan lega, dengan segera aku meninggalkan ruangan itu.

Kamar mandi berada di belakang ruangan olahraga ini, aku di rumah ini telah tinggal selama 20 tahun lebih, dengan mata tertutup pun aku dapat menemukannya.

Hanya saja berjalan kesana, aku menemukan semua dekorasi di rumah ini telah berubah.

Ibuku menyukai warna merah tua, aku menyukai warna ungu, meskipun sedikit kampungan, akan tetapi sangat menyenangkan dan sangat memberi kehangatan.

Sedangkan Grace menyukai warna yang soft, saat ini semua corak mengikuti kesukaannya.

Saat teringat barang-barang yang berhubungan denganku dan ibuku, aku menafsir semuanya pasti sudah dibuang sejak awal, mengingat-ingat hal ini hatiku semakin kesepian.

Aku berdiri di depan kaca yang berada di kamar mandi, dengan menggunakan air dingin aku memukul pelan wajahku untuk menutupi hatiku yang sakit.

Saat aku mulai sedikit tenang, dan berencana untuk kembali ke tempat acara, Grace tiba-tiba masuk ke dalam kamar mandi.

Dia memanggil pengawal untuk menjaga pintu, kemudian menyilangkan tangannya di depan dadanya, dengan lenggak-lenggok dia menatapku.

Aku menaikkan sudut bibirku, “Kenapa, ingin memukulku? Kamu jangan lupa, aku adalah pendamping paman Chris, apabila kamu berani menyentuhku, tunggu saja pembalasan paman Chris terhadapmu.”

Grace sepertinya juga teringat tentang hal itu, dia menunjukku dan berkata, “Pelacur!”

Aku sedikit tersenyum, “Semakin kamu memarahiku, aku semakin senang.”

Grace menatapku dalam-dalam.

Aku mengangkat kedua tanganku, dan berkata, “Coba kamu lihat, tanganku akan segera sembuh, kamu takut apabila tanganmu menjadi cacat kan?”

Mulai dari memasuki pintu, aku sudah memperhatikannya menggunakan sarung tangan, kemungkinan besar takut ketahuan oleh orang lain.

Ekspresi Grace seketika berubah menjadi tidak karuan, ia menatapku beberapa detik, kemudian memalingkan mukanya, “Suatu hari nanti, aku pasti akan membunuhmu, sama seperti aku membunuh ibumu.”

Wajahnya langsung berubah, “Kamu yang membunuh ibuku?”

Grace tertawa tanpa ragu-ragu, “Kamu kira ibumu bunuh diri, ternyata sangat polos.”

Ternyata ibuku meninggal karena dibunuh orang.

Sekujur tubuhku termenung disana, lupa untuk bereaksi.

Grace tertawa dengan gugup, “Aku hanya meminjam pisau untuk membunuh orang, orang yang benar-benar membunuh ibumu adalah orang lain..... Kamu kira kenapa Chris bersikap baik terhadapmu? Dia itu rendah hati, kamu mengerti?”

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu