My Superhero - Bab 246 Kak Chris, Aku Ingin Berbicara Denganmu (1)

Sisilia mengangguk berkata: “iya, kakak ketiga melihat pandanganmu sangat lembut, terhadapmu juga sangat perhatian, aku tahu beberapa anak orang kaya yang cemburu denganmu.”

Aku curiga.

Ternyata di mata orang lain, Chris Zhou begitu baik terhadapku, sangat mencintaiku?

Tentu saja, Chris Zhou memang baik terhadapku.

Tetapi jika dibilang mencintaiku… sebenarnya, orang yang dia sukai bukan aku…

Aku melihat ke arah Chris Zhou.

tirai tertutup setengah, aku hanya bisa melihat bagian atas tubuhnya.

Saat ini Chris Zhou sedang berbicara dengan Nicholas, dia dengan santai duduk di sebelah kolam renang, handuk putihnya terbuka, memperlihatkan dadanya yang lebar dan kekar itu, tidak tahu betapa santai.

Ketiga lelaki di sebelahnya juga sangat tampan, tetapi di matanya hanya ada lelaki itu.

Tetapi dia?

Di hati lelaki itu, apakah ada aku?

Mungkin menyadari tatapanku, dia mengangkat kepalanya, dan melihat ke arahku.

Aku menatap matanya.

Matanya terlihat dalam, terlihat seperti kedalaman yang tidak ada akhirnya.

Aku segera mengalihkan pandanganku.

Sisilia mendekat ke telingaku, berbisik berkata: “kakak ipar ketiga, kakak ketiga selalu melihatmu.”

Entah kenapa, aku merasa wajahku memanas.

Sisilia tiba – tiba kaget dan berkata kecil: “kakak ketiga datang kemari!”

Aku masih belum bereaksi, Chris Zhou sudah berhenti di sebelah kolam kita.

Kebetulan Tito Wen memanggil Sisilia, memintanya ke sana.

Sisilia mengambil handuk dan berdiri, dengan suara kecil berkata: “kalau begitu kakak ipar ketiga, aku pergi dulu.”

Aku mengiyakannya.

Sebelum Sisilia pergi, masih dengan baik hati menarik semua tirainya.

Aku hanya merasa tubuhku seperti terbakar, terus menunduk, tidak berani melihat ke arah Chris Zhou.

Dia sudah duduk di sebelahku.

Air yang ada di sebelahku mengeluarkan gelembung gelembung kecil, seperti hatiku, yang sudah digoda.

Dia mendekat denganku, kakinya bahkan mengenai kakiku.

Pandanganku juga terjatuh di atas kedua kakinya.

Terpikirkan kemarin dia menggunakan kedua kaki ini menahanku,… aku merasa otakku ini seperti terbakar, sudah hampir mengeluarkan asap.

Dia mengangkat lengannya yang panjang, memasukkanku dalam pelukannya.

Selanjutnya dia mencium wajahku, mengangkat mukaku, dengan lembut berkata: “sayang, apakah kamu mencariku?”

Aku dipaksa untuk menatapnya.

Dia yang saat Ini, kemejanya terbuka setengah, dadanya terlihat setengah, tidak tahu betapa menggoda.

Meskipun aku sudah melihat seluruh tubuhnya beberapa kali, tetapi pakaiannya yang setengah terbuka ini, membuatku tidak bisa mengalihkan pandangan.

Bau mint dari tubuhnya membuatku kehilangan akal, hatiku berdegup kencang, otakku sepertinya sudah berhenti bekerja, sepertinya tidak bisa berpikir.

Dia tersenyum kecil, menunduk dan melihat keningku, mengeluarkan suara kecil: “hm?”

Aku ter bata – bata: “tidak… tidak ada….”

Dia berkata: “kalau begitu mengapa tadi kamu menatapku dengan pandangan seperti itu?”

Aku tercengang, ter bata – bata mengatakan: “apa… pandangan seperti apa? Aku… aku hanya asal melihat….”

Dia tertawa sekali lagi, mendekat ke telingaku, berkata dengan kecil: “jelas – jelas pandangan yang sangat kangen denganku.”

Aku menjadi malu, langsung memasukkan kepalaku ke dalam pelukannya, tidak mem-pedulikannya lagi.

Dia menggigit telingaku, tertawa semakin keras.

Aku benar – benar sangat malu, langsung memeluk lehernya, lalu berkata: “benar, aku memang kangen denganmu… aku kan menyukaimu… ingin menatapmu setiap saat…..”

Matanya berubah menjadi gelap, dalamnya seperti terlihat bara api, seperti ingin membakarku saja.

Aku sedikit takut, tapi juga sedikit senang, hanya saja merasa tenggorokanku kering, tidak bisa menahan untuk menjilat bibir.

Dia menciumku dengan keras.

Hingga akhirnya saat kehilangan kendali, dia menggigitku, lalu dengan nafas tidak teratur berkata: “jika bukan karena kemarin terlalu keras, aku pasti tidak akan melepaskanmu.”

Aku bersandar di pelukannya, tidak bisa mengatakan apa pun.

Tetapi hatiku masih senang, seperti suasana di sore hari ini hilang di antara kita berdua.

Kita berdua menjadi semakin mesra.

Ini membuat hatiku semakin bahagia.

Satu jam kemudian, dia memelukku keluar dari kolam renang.

Menungguku mengganti pakaian, Nicholas mereka sedang menunggu kami di depan pintu.

Tito Wen bercanda mengatakan: “kakak ketiga, aku lihat kaki kakak ipar sudah lemas, kamu terlalu tidak bisa menyayangi perempuan cantik.”

Aku tentu saja bisa mendengar maksud dari perkataannya, wajahku memerah.

Chris Zhou pelan – pelan melihatnya, berkata: “bukankah istrimu juga ada di sini? Jika kamu punya kemampuan buat kaki istrimu juga melemas.”

Aku tidak bisa mempercayai telingaku, bisa – bisanya dia mengucapkan kalimat… seperti ini…

Tito Wen tersenyum, berkata: “aku tidak sehebat kakak ketiga.”

Aku melihat telinga Sisilia yang memerah, aku juga sedikit malu.

Kedua lelaki ini, berani – beraninya bercanda seperti ini di depan orang – orang.

Aku bahkan tidak tahu bagaimana mendeskripsikan suasana hatiku.

James yang ada di sebelahnya menghela napas dingin.

Dia sepertinya tidak terbiasa menatapku, tetapi kali ini dia tidak menantangku, melainkan amarahnya berpindah ke Tito Wen, tertawa dingin mengatakan: “kurasa apa yang dikatakan Chris benar, istrimu ada di sebelahmu, bagaimana jika kamu mempraktekkan untuk kami lihat.”

Aku sedikit kehilangan akal, bagaimana bisa dia menantang Tito Wen.

Apakah karena Tito Wen bersikap baik terhadapku, tidak seperti apa yang dia inginkan untuk menjauhiku?

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu