My Superhero - Bab 265 Ternyata dia pergi ke Jenewa untuk menemui Belinda! (2)

Sebenarnya, ada beberapa yang tidak kumengerti, mengapa Chris harus menyebarkan informasi kalau ia akan berkunjung ke Hualin.

Terakhir kali kami datang ke Hualin untuk sembayang kakek dan ibuku, kami kemari diam-diam.

Atau bisnis disini ada timbul masalah sesuatu?

Raut muka Chris dan Steven sangat kekelahan, aku segera menyuruh orang dapur untuk memasakan sup kaldu untuk memulihkan badan mereka.

Saat makan malam, kami berbincang-bincang, besok pagi-pagi akan sembayang ibuku.

Malam hari Chris memelukku sambil tidur dan aku menanyakannya mengapa harus seheboh ini pemberitaannya.

Dia bilang karena ini akhir tahun, haru bertemu dengan beberapa orang membicarakan rencana tahun depan.

Aku sama sekali tidak meragukan penjelasannya, hanya mengkhawatirkannya yang selelah ini.

Ia memejamkan matanya, dengan ringan mengerunyutkan alisnya dan tertidur.

Aku mematikan lampu di samping kasur, berpikir diam-diam didalam hati, apakah ia masih ingat kata-kata yang dilontarkan Suzy?

Mungkin juga ia berusaha melupakannya, jadi ia menyibukkan diri seperti ini?

Pada hari kedua, kami sudah bangun di pagi hari sekali.

Saat sampai di pemakaman, baru saja jam delapan lebih.

Steven berlutut di depan batu nisan ibuku, dan bersujud tiga kali, Riri telihat enggan melakukannya, tapi karena Steven mengisyaratkannya, makanya ia juga bersujud.

Aku sebenanrya tidak ada perasaan apa-apa untuk kembali ke keluarga Shen, selain Steven, sampai hari ini aku menganggap keluarga Shen adalah keluarga sendiri.

Tapi saat Steven juga ikut bersujud menyembah ibuku, aku ada sedikit tersentuh.

Ibuku harusnya terhitung sebagai menghormati leluhur.

Hanya saja, kalau ibuku hidup lagi, aku juga tidak tahu apakah ia bersedia kembail ke keluarga Shen, walaupun keluarga Shen juga sebenarnya sudah melepaskannya.........

Aku lekat-lekat memandangi foto ibuku di batu nisan itu dan berkata dalam hati: "Bu, aku datang untuk meluruskan apa yang sebenarnya terjadi waktu itu, aku bisa menjelaskannya."

Chris merangkulku, dengan tenang berdiri menemaniku di samping.

Setelah sembayang ibuku, Steven berkata: "Aku ingin sembayang kakekmu juga."

Aku terdiam.

Dia berkata: "Ingin berterimakasih padanya sudah membesarkan bibi dan kamu."

Tiba-tiba mataku berlinang air mata, sangat tersentuh dengan kata-katanya, ini ada penghormatan terbesar untuk kakekku.

Saat menunggu selesai sembayang, matahari pun mulai naik, sinar cahayanya menyebar ke permukaan tanah.

Pemakaman yang dingin awalnya, jadi cerah juga.

Aku tidak tahan untuk tersenyum kecil.

Walaupun hidupku belakangan ini seperti banyak kabut yang memenuhinya, tapi aku percaya pasti awan ini akan berlalu dan cahaya akan muncul.

Steven memutuskan untuk tinggal beberapa hari di Hualin, bilangnya ingin melihat-lihat kota dimana aku dibesarkan.

Aku sekarang tidak kepikiran apapun, hanya mengkhawatirkan Chris saja.

Pekerjaannya sibuk, aku pikir moodnya juga kurang baik, sepertinya masih memikirkan Belinda.

Aku dengan suara rendah berbicara dengannya: "Chris, apa kamu ingin balik lebih dulu? Akhir-akhir ini pasti kantor sedang banyak masalah,..... aku takut menunda pekerjaanmu.

Dia meraih tanganku, dengan lembut memandangku: "Tidak apa-apa, ada Anin."

Dulu kalau ada masalah besar yang terjadi, ada Janice yang membantu menyelesaikannya, tapi sekarang Janice tidak ada didalam negeri, hanya ada Anin seorang, tidak tahu apakah dia bisa menyelesaikannya.

Tapi karena dia ingin tetap tinggal disini, pastinya aku tidak akan memaksanya pergi.

Keluar dari pemakaman, kami memasuki ke daerah tengah kota Hualin.

Infrastruktur di kota Hualin sekarang cukup baik, walaupun terkenal dengan kota pertambangan , tapi masih makmur juga, apapun tersedia di pusat kota, sampai hotel bintang lima pun ada.

Riri melihatnya, cemberut tidak percaya: "Ternyata tidak terlalu terbelakang juga."

Aku tertawa, mendengar pujiannya.

Siang hari, kami sudah memutuskan untuk makan diluar, aku mengajak mereka untuk makan di restoran keluarga, samping sekolah SMA-ku dulu, sangat terkenal di satu kota Hualin.

Tapi karena makanan di Hualin sangat pedas, Riri tidak terbiasa memakannya, ia minum banyak teh, dan mulutnya bengkak.

Dia benar-benar tidak puas, saat sudah hampir selesai makan, mukanya marah dan berkata: "Aku ingin makan dessert setelah ini!"

Saat Riri menderita, barulah Steven mengiyakannya: "Baiklah, baiklah, kita semua ikut saja."

Aku dan Chris tidak mendebatkannya.

Saat ingin membayar bon makan, Chris tiba-tiba mengangkat telepon.

Dia mengangkat telepon itu didepanku, setelah beberapa kata, ia mematikannya.

Raut mukanya berubah serius, ia mengarah padaku dan berkata: "Sayang, aku ada urusan, harus kembali ke Imperial."

Steven disampingnya berkata: "Ada masalah apa?"

Aku juga khawatir melihatnya.

Dia berkata: "Untuk sementara ini masih belum jelas."

Melihatnya cemas begini, aku buru-buru berkata: "Kalau emang sangat mendesak, lebih baik kamu cepat-cepat pesan tiket pesawat."

Chris berkata: "Anin sudah memesankannya untukku."

Aku terperanga, tidak menyangka Anin sangat cekatan sekali.

Tapi aku pun segera meresponnya: "Lebih baik kita pulang sekarang, aku rapikan barang-barangmu."

Dia dengan lembut memelukku: "Tidak usah, sayang, kamu temani saja kakak iparmu pergi jalan-jalan, aku sekarang langsung pergi ke bandara."

Aku berpikir, lagipula perjalanan ke Hualin kali ini, kita juga tidak terlalu bawa banyak barang, sebenarnya tidak ada yang perlu dibereskan juga, sembari mengangguk aku berkata: "Kamu hati-hati dijalan ya."

Dia mengangguk, dengan mantel dipergelangan tangannya, ia berbalik badan dan pergi.

Baru jalan beberapa langkah, dia kembali untuk memelukku lagi, dengan lembut berkata ditelingaku: "Maaf, sayang, aku akan segera menjemputmu."

Aku juga tidak kepikiran, memeluknya balik, dan berkata: "Kalau memang benar-benar sibuk, tidak apa-apa kok, aku bisa pulang sendiri ke Imperial."

Dia memandangku lekat-lekat untuk sesaat, lalu pergi.

Tidak bisa dihindarkan aku sangat khawatir, sebenarnya apa yang terjadi, sampai membuatnya secemas ini.

Steven menghiburku: "Kamu tenang saja, suamimu itu hebat, pasti semua terkendali."

Aku hanya bisa menyemangati diri sendiri, harus percaya akan kemampuan Chris.

Setelah Chris pergi, sorenya aku pergi menemani Steven ke tempat pertanian.

Hualin tidak ada tempat wisata yang terkenal, hanya ada gunung-gunung hijau dan sungai-sungai.

Steven sangat suka memancing, aku dan Riri pun menemaninya, tapi Riri tidak bisa duduk diam, belum apa-apa sudah mengeluh tidak dapat ikan.

Setelah itu Steven sudah tidak mood lagi, ia langsung membereskan barang dan kembali ke kota bersama kami.

Malam hari kami kembali ke vila, kami bertiga sangat kelelahan.

Riri bergumam: "Besok aku ingin kembali ke Imperial, disini tidak seru sama sekali."

Hualin sebenarnnya tidak ada wisata yang terkenal, lalu ia dibuat kesal oleh makanan yang kepedesan, ia sangat menderita sekali.

Steven berkata: "Tidak boleh, dua hari lagi baru boleh pulang."

Riri menghentakkan kakinya, memandangnya kesal.

Diwaktu ini, Steven mendapat telepon.

Setelah mendengar itu, raut mukanya berubah.

Ketika dia menutup telepon, dia menatapku: "Cepat dan hubungi Chris."

Aku terperanga, respon pertamaku adalah masalah apalagi yang dihadapi Chris.......

Sebenarnya, sorenya aku ada mengirimkan Wechat ke Chris, tapi dia belum balas, aku jadi khawatir, jadinya aku langsung menelponnya.

Tapi teleponnya mati.

.......Apakah ini masalah besar?

Aku tiba-tiba cemas sekali.

Steven tertawa, dan mengejek: "Masalah dia adalah dia kabur ke Jenewa untuk menemui Belinda!"

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu