My Superhero - Bab 657 Anak

Aku ragu sejenak, kemudian dengan lembut bertanya: “Lalu……Apakah kamu juga tahu mengenai masalah tentang kakek kedua?”

Berdasarkan hubungan darah, Franky Zhou adalah Kakek kedua Ryan Zhou dan Maxi.

Ryan Zhou mengangguk pelan: “Kakek buyut menyuruhku menjaga adik dengan baik. Jadi beberapa hari ini aku tinggal di rumah tidak pergi ke sekolah.”

Sekolah sudah di mulai jauh hari. Ryan Zhou juga sudah mulai masuk ke sekolah dasar. Tentu saja berada di rumah juga harus mempelajari hal-hal duniawi yang harus dipelajari. Jadi jadwalnya setiap hari sangat padat. Liburan musim panas dan dingin dia juga harus mengikuti Aldo Zhou pergi latihan militer.

Hanya saja aku tidak menyangka, Kakek Zhou bisa memberitahunya semuanya, bahkan memintanya untuk menjaga Maxi.

Aku jadi merenungkan apa maksud Kakek Zhou.

Kakek tidak menyembunyikan semua hal tentang Franky Zhou kepada Ryan Zhou. Bukankah ini menjelaskan bahwa Kakek tidak berniat berpihak padanya?

Perlu diketahui Ryan Zhou adalah pewaris di masa depan. Jika Kakek Zhou tidak berpihak pada Franky Zhou dan tidak membiarkan Philip Zhou dan Aldo Zhou membalas dendam, mungkin setelah Ryan Zhou dewasa, dia bisa melawan penerus Franky Zhou…… Dendam pun akan diteruskan hingga generasi selanjutnya. Tapi lebih baik berakhir di tangan Kakek Zhou sendiri……

Ribuan pikiran berputar di kepalaku, tapi aku tidak menunjukkan itu pada Ryan Zhou.

Meskipun Ryan Zhou telah turut andil dalam mengambil keputusan dalam Keluarga Zhou, tapi di mataku dia tetaplah seorang anak kecil dan aku tidak ingin dia menerima tekanan yang besar.

Aku tersenyum sambil mengusap kepalanya dan berkata: “Ryan Zhou sangat hebat!”

Ryan Zhou tertawa senang.

Tapi dengan cepat senyumnya memudar, wajahnya terlihat cemas kemudian berkata: “Paman Chris Zhou dia……dia pasti akan kembali.”

Kelihatannya dia juga mengetahui Chris Zhou yang terlibat dalam bahaya. Kakek Zhou memang tidak menyembunyikan apa pun padanya.

Aku berdehem pelan dan berkata: “Benar, Paman Chris-mu pasti akan kembali.”

Ryan Zhou mengangguk, tidak berkata apa pun lagi.

Kita pun terdiam bersama.

Bibi Elena akhirnya menyadarkan kita: “Nona Viona, kita pergi membersihkan diri dulu.”

Aku buru-buru mengiyakan. Kali ini aku baru kembali dari tempat yang berdebu dan berangin. Aku bahkan telah menggendong Maxi sebelum membersihkan diri. Aku juga takut anakku tidak merasa nyaman, maka itu aku pun memberikan Maxi kepada pengasuh.

Tapi Ryan Zhou menjulurkan tangannya dan berkata: “Bibi, biar aku saja yang menggendong adik.”

Aku tersentuh, dia ternyata memang sudah tumbuh besar.

Dulu dia pasti akan menubruk ke dalam pelukan ku dan bermanja-manja. Sekarang dia telah menjadi kakak yang bertanggung jawab, pengertian dan juga penuh kasih sayang.

Mungkin karena masalah-masalah di keluarga ini membuatnya lebih dewasa dalam waktu yang singkat.

Anak dari keluarga ternama akan selalu harus menanggung beban yang besar.

Seperti Chris Zhou. Beberapa tahun ini bukankah dia terus berjuang ke sana kemari demi Keluarga Zhou?

Tanpa sadar tumbuh rasa kasihan dalam hatiku. Kemudian dengan pelan aku berkata: “Ryan Zhou, kemari sebentar.”

Ryan Zhou pun mendekat sambil menggendong Maxi. Dia berhenti di hadapan kursi roda ku.

Aku menatap wajahnya, kemudian mencium keningnya dan berkata: “Terima kasih telah membantu menjaga adik. Ryan Zhou kamu adalah anak yang paling baik yang pernah aku lihat.”

Ryan Zhou tersipu malu, matanya mulai berbinar.

Tanpa sadar aku pun tersenyum. Aku mengelus-elus rambutnya.

Sesampainya di kamar, Bibi Elena, Dena dan Xenna mendorongku ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.

Selesai mandi, saat aku keluar aku melihat Ryan Zhou dan Maxi di atas ranjang.

Ryan Zhou sedang bertepuk tangan di samping, menyemangati Maxi untuk duduk dengan sendirinya.

Saat melihatku, Ryan Zhou duduk menegakkan diri dengan sedikit tersipu dan berkata: “Bibi, aku……aku dan adik ingin tidur bersamamu, bolehkah?”

Kedua mata bulat hitam itu menatapku tajam, terlihat sangat gugup.

Jika dipikir-pikir, untuk dia yang berusia tujuh atau delapan tahun ini tidak seharusnya menempel kepadaku bibinya ini.

Tapi situasi Ryan Zhou sangat berbeda, dia tidak mempunyai seorang ibu. Keluarga Zhou hanya mempunyai dua wanita sebagai tuan rumah yaitu Bibi Zhou kedua dan Bibi Zhou ketiga. Dan mereka berdua adalah keluarga dari istri kedua Keluarga Zhou, tentu saja tidak bisa dekat dengan Ryan Zhou. Sampai aku menikah dengan Chris Zhou tiga tahun lalu, Ryan Zhou telah menganggapku sebagai ibunya.

Saat dia kecil dia sangat manja kepadaku. Sampai dia menganggapku sebagai ibunya. Sekarang walaupun sudah tumbuh besar, tapi tetap saja perasaan itu tidak akan hilang.

Tentu saja aku tidak tega menolaknya, dengan cepat aku menjawab: “Tentu saja boleh.”

Ryan Zhou menghela nafas lega kemudian tersenyum manis.

Aku semakin merasa kasihan. Dengan cepat aku meminta Bibi Elena untuk menyediakan susu hangat untuk Ryan Zhou dan Maxi. Kemudian aku juga menceritakan cerita pengantar tidur kepada mereka.

Ryan Zhou tersenyum hingga matanya berbentuk bulan sabit. Sembari mendengarku bercerita, dia sambil menepuk lembut punggung Maxi untuk membantunya tidur.

Hatiku tersentuh sampai aku tidak bisa berkata-kata. Aku juga menjadi teringat semua kekacauan yang terjadi baru-baru ini sampai aku bercerita tanpa perasaan sedikit pun.

Setelah satu jam, mereka berdua pun akhirnya terlelap.

Kamar pun menjadi sunyi senyap.

Saat itu barulah aku bisa mengendalikan perasaanku sendiri.

Sejujurnya, saat kembali ke kamar ini, aku sangat sedih. Jika bukan karena Ryan Zhou dan Maxi menemaniku, sejak awal aku pasti sudah akan menangis.

Tempat ini adalah tempat Chris Zhou tinggal sejak dia kecil hingga dewasa. Dan setelah kita menikah pun aku juga turut pindah kemari. Tempat ini sangat penuh dengan kehadiran Chris Zhou, juga penuh dengan kehidupan kita yang manis dan liku-liku.

Rak di atas kepala ranjang ada foto pernikahan kita. Dan juga ada foto Maxi dan foto sekeluarga yang bahagia.

Tapi di foto keluarga hanya ada Kakek Zhou dan Chris Zhou tiga bersaudara. Tidak ada Franky Zhou dan Paman Zhou ketiga.

Singkatnya, kamar ini penuh dengan sosok Chris Zhou.

Tapi sekarang bahkan tidak jelas apakah dia masih hidup atau tidak. Melihat tempat yang familiar ini bagaimana aku tidak merasa sedih.

Aku menggigit bibirku erat. Aku tidak ingin air mataku mengalir.

Malam yang begitu hening. Jika aku seorang diri, aku bisa menangis sepuasku.

Tapi di sampingku ada dua anak kecil yang harus aku lindungi. Dua wajah polos yang sedang tertidur manis itu mengingatkanku bahwa aku harus kuat. Maka itu aku pun menahan air mataku sekuat tenaga.

Asalkan tidak mendapat berita kematian Chris Zhou, maka aku akan terus berjuang untuk hidup demi dia, aku akan menunggu dia kembali.

Dengan diam aku menatap bayangan pohon yang bergoyang tertiup angin malam. Aku diam-diam memberitahu diriku sendiri, pasti masih ada harapan, jangan menyerah……

……

Saat terbangun keesokan harinya, hari sudah menunjukkan pukul sepuluh. Aku menyadari semalam aku tertidur terlalu lelap. Itu adalah tidurku yang paling tenang.

Aku merenungkan penyebabnya, mungkin karena ada Ryan Zhou dan Maxi di sampingku. Menghirup aroma tubuh bayi mereka dan memeluk tubuh mungil mereka yang hangat, membuatku merasa tenang.

Saat ini Ryan Zhou dan Maxi sudah terbangun lebih awal. Mereka masih memakai piyama mereka, tapi mereka dengan tenang duduk di sampingku sambil bermain. Hanya mengeluarkan suara kecil.

Maxi belum genap satu tahun. Dia belum mengerti apa-apa. Ryan Zhou dengan sabar bermain dengannya dan membuatnya tertawa.

Dua saudara ini terlihat sedikit mirip. Senyum mereka berdua sangat manis. Senyuman mereka bisa membuat hatiku meleleh.

Tanpa terasa aku pun ikut tertawa.

Mungkin karena menyadari pergerakanku, Ryan Zhou menolah ke arahku. Melihatku yang sudah bangun, dia menyapaku sambil tersenyum manis: “Bibi~”

Maxi juga berusaha memanggilku dengan bahasa bayi, menjulurkan tangannya kepadaku.

Dengan satu gerakan aku membawa Maxi ke dalam pelukanku kemudian aku mencium Ryan Zhou dengan gemas. Tiba-tiba aku merasa hidupku masih ada harapan.

Sebelumnya mendengar Chris Zhou yang mungkin sudah mati, aku merasa langitku mendadak runtuh. Aku hanya berpikir untuk menyusul Chris Zhou, tapi dengan adanya dua anak ini menemaniku, aku pun berpikir aku pasti akan terus berjuang menunggu Chris Zhou kembali.

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu