My Superhero - Bab 37 Mata Penuh Dengan Pemandangan Genangan Darah

Erick sama seperti Steven, ia juga seseorang yang memiliki pesona di Universitas Imperial, setelah lulus beberapa tahun, ia masih saja merupakan cowok yang paling tampan dan menjadi pembicaraan gadis-gadis kampus

Dia adalah tuan muda dari keluarganya, dengan latar belakang keluarga yang berkelas tinggi dan kaya raya, apalagi dengan fisik yang sangat bagus dan tampan, ia juga seseorang yang senang belajar, selalu menjadi pembicaraan para gadis kampus, dan hal ini berlangsung sangat lama.

Kabarnya dia ahli dalam bidang mesin komputer, setelah itu entah bagaimana ia pun lebih memilih untuk bergabung dengan pasukan tentara.

Aku pernah mendengar bahwa Angel sangat menyesali keputusan Erick, Erick terlalu misterius, sejak ia bergabung dengan pasukan tentara, tak pernah lagi terdengar kabar darinya.

Dan tak disangka ternyata Erick menjadi ketua pasukan investigasi, dan menjadi rekan kerja Steven.

Aku kaget sekaligus kagum dengannya, dan juga harus berhati-hati

Dua orang ini adalah orang yang hebat, dari keturunan keluarga berkelas tinggi, dan tak disangka datang ke kota Hualin.

Benar-benar sangat beruntung.

Aku semakin ragu bahwa mereka datang dari Chris.

Tetapi sebenarnya perlawanan apa yang dilakukan Chris, dan dua orang ini apakah pantas untuk dilibatkan?

Dalam pandangan saya, Chris tidak memiliki kekurangan apapun selain karakternya yang pendiam.

Saya percaya bahwa dia tidak akan melakukan sesuatu yang melanggar hukum.

Aku membayangkan mobil itu sudah sampai di Mall Jiafu.

Bagian luar Mall sudah mulai ditutup, Erick telah mendapatkan sertifikat tersebut, dan membawa semua orang mausk ke dalam aula Mall.

Mata penuh dengan pemandangan genangan darah..

Aku pun pergi melihat, wajah mayat tersebut menghadap kebawah, tak terlihat dengan jelas penampakan wajahnya, dari baju yang dikenakannya dapat diputuskan, harusnya adalah seorang wanita yang paruh baya.

Para polisi sudah datang sejak awal, bahkan pimpinan polisi berpostur gemuk berada di lokasi

Dia melihat Erick, matanya berbinar, bahkan dia pun buru-buru menyapa: Pak ketua Erick, cepat kamu lihat, sebenarnya apa yang terjadi!

Dia dan Erick bersikap dingin, dan Steven sudah memasang sarung tangan, dan pergi memeriksa lokasi kejadian.

Aku tentu berada di sisi Steven.

Dia malah berkata: Kamu pergi lihat sendiri, saatnya menguji kamu.

Aku buru-buru menjawabnya dengan baik.

Jujur, aku benar-benar belum melihat lokasi yang tidak biasa.

Sekilas, mayat tersebut jatuh dari gedung lantai lima, mungkin bunuh diri, mungkin juga di dorong oleh orang dari belakang.

Dan CCTV di Mall ini pun rusak, tidak ada cara lain untuk melihat kejadian saat itu,

Erick pun mengerutkan keningnya dan menyuruh pimpinan polisi tersebut untuk ke samping. Sambil berbisik kepada Steven mengenai perkiraan penelitian tentang kasus ini.

Setelah beberapa saat, William pun datang.

Sekarang yang bertanggung jawab atas Mall Jiafu adalah dia, dengan munculnya kasus ini, otomatis dia harus muncul menampkakkan wajahnya.

Wajahnya terlihat berseri, sangat bangga atas dirinya, memperkirakan bahwa hubungannya dengan Susan sudah membaik.

Aku takut dia mengenaliku, pelan-pelan menyembunyikan diri di belakang rekan-rekan tim investigasi.

Untungnya Susan tak melihatku, dia langsung berjalan menuju pimpinan polisi gemuk itu, berkata: Maaf, Pimpinan, Aku datang terlambat.

Pimpinan polisi gemuk itu pun berkata: Kasus ini ditangani oleh Pak ketua Erick, silahkan kamu berbicara denngannya.

Dia menunjuk ke arah Erick.

Susan mungkin tak mengenal Erick, ekspresinya pun tak ada sama sekali menunjukkan rasa hormat, bahkan masih membawa sikap sombongnya.

Tetapi ketika melihat Steven dari kejauhan, pandangan matanya berbinar, seketika ekspresinya menunjukkan rasa hormat

Mereka ternyata adalah teman lama.

Aku diam memperhatikannya, dengan cepat pindah ke belakang rekan kerja.

Saat ini para tamu Mall semuanya sudah di evakuasi, tetapi di lantai dua dan lima masih banyak orang yang menonton.

Aku pun tak sengaja melihat ke arah atas, tak disangka aku melihat Chris.

Dia berdiri di antara kerumunan di lantai tiga, dua tangannya memegangi pagar, sedang memandang kami dari atas.

Semua orang kaget dengan kejadian ini.

Bukannya dia sudah pergi ke perusahaan, bagaimana bisa ada di sini?

Jika aku tak sengaja mengarahkan pandanganku ke atas, pasti aku tidak melihatnya.

Karena jarak yang jauh, aku tidak melihat dengan jelas ekspresinya, tetapi aku tahu dia memperhatikan mayat yang berada di bawah.

Hatiku tak dapat menahan perasaan yang begitu aneh.

Mengapa dia terus memperhatikan mayat tersebut?

Apakah dia mengenalnya?

Atau... wanita paruh baya ini ada hubungannya dengan dia....

Aku tak berani terus memikirkannya.

Begitu bodohnya, aku melihat Susan dengan penuh hormat mempersilahkan Erick masuk ke dalam ruangan kantor, dua orang pria yang merupakan rekan kerjanya mengikuti Erick dari belakang, berjalan bersama-sama.

Rekan kerja lainnya masih melakukan penyelidikan di lokasi kejadian.

Steven pun datang dan berkata: Silahkan katakan pendapatmu.

aku pun mengendalikan pikiranku, berkata: Mayat tersebut seharusnya berusia sekitar 50 tahun, dan yang lainnya aku masih belum tahu.

Dis sepertinya tak menduga bahwa aku masih bisa berkata satu dua kata, dan bertanya: Kamu tidak takut?

Aku menjawab: Takut.

Dia pun mencibir: Wajar, wanita semuanya penakut.

Aku:.......

Dia melihat-lihatku, berkata: Ok, hari ini semua orang sangat sibuk, kamu silahkan pulang dulu, besok datang kembali untuk membantu mengurusi prosedur kasus ini.

Aku tertegun.

Sekarang masih jam 10 pagi dan menyuruhku untuk pulang?

Steven malah menunjukkan sikap yang tak perlu dipertanyakan lagi.

Saya sebaiknya mendengarkannya dan pergi meninggalkan lokasi tersebut.

Dan ketika aku membalikkan badan, Steven tiba-tiba berbicara lagi: Apakah Tuan muda ketiga Chris baik dengan mu?

Aku tercengang.

Bagaimana bisa ia menanyakan hal pribadi seperti ini?

Sikap Chris baik atau tidak baik kepadaku, apa ada hubungannya dengan dia?

Sebagai seorang rekan kerja, dia terlalu ikut campur.

Walaupun dia juga adalah adik dari Guru Tang, yang merupakan saudara saya, tapi pada dasarnya kami sebelumnya tidak mengenal satu sama lain....

Aku pun mengkritik dalam hati, tapi aku masih menjawabnya: Cukup bagus.

Steven pun sepertinya senang dengan sikapku, dia tak mengatakan apapun lagi, hanya melambaikan tangan dan menyuruhku pulang.

Aku berjalan beberapa langkah, melihat ke arah gedung lantai tiga.

Chris sudah tak berada di sana lagi, serta tidak tahu sudah pergi kemana.

Aku berpikir ingin mengirimkan dia sebuah pesan lewat WeChat: [Paman Chris, apakah kamu sudah tiba di perusahaan?]

Chris tidak membalas pesanku.

Aku pun naik taksi untuk kembali ke villa, ketika di jalan aku mengirimkannya pesan lagi: [Hari ini tim investigasi ada urusan, aku pulang duluan.]

Chris masih belum membalas pesanku.

Aku sedikit berkecil hati, tetapi lebih banyak menaruh kecurigaan.

Dia kebetulan ada di Mall, atau.... ada tujuan lain?

Aku teringat Grace pernah mengingatkanku bahwa kematian ibuku mungkin ada hubungannya dengan Chris, juga teringat bahwa asistennya juga terlibat dalam pembunuhan.

Hingga saat ini, aku baru menyadari bahwa aku tak terlalu memahaminya.

Aku percaya kepadanya karena dia telah beberapa kali membantuku, karena setiap kali memerlukan bantuan, dia selalu berada di sampingku.

Tetapi aku tak tahu dia orang yang seperti apa dan sehari-hari melakukan apa.

Aku kembali ke villa, perasaan hatiku tak tergambarkan.

Chris masih saja belum membalas pesanku.

Bahkan makan siang pun aku tak berselera, pikiranku sangat tak karuan, apapun tak bisa membuatku tenang.

Tanpa kusadari, langit di luar pun semakin gelap.

Aku mendengar suara mobil yang di halaman, aku pun segera turun.

Chris berjalan masuk.

Ekspresi wajahnya terlihat datar, tak bisa ditebak apa apa dengan dirinya.

Aku tiba-tiba tak berani melanjutkan langkahku, aku berdiri dan terdiam di depan tangga.

Chris pun menatapku dan datang menghampiriku.

Aku juga menatapnya.

Dia memanggilku: Viona...

Aku menurunkan pandanganku dan berjalan menghampirinya.

Suaranya sangat lembut, dan berkata: Hari ini sangat sibuk, saat perjalanan ulang aku baru melihat WeChat, ingin segera sampai di rumah, makanya aku tak membalas pesanmu.

Aku tercengang, tak kusangka dia memberikanku penjelasan, hatiku ada perasaan yang tak bisa terucap.

Dia melirik dengan tersenyum, dan memberikanku sebuah kotak, berkata: ini untukmu.

Aku sangat terkejut.

Kotak itu diikat oleh sebuah pita beludru cantik berwarna merah, tampaknya seperti sebuah hadiah.

Aku melihatnya dengar ragu.

Tetapi mengapa dia memberiku hadiah?

Dia tersenyum kepadaku: Kamu tidak ingat hari ini hari apa?

Aku tercengang, dan akhirnya teringat, hari ini adalah hari ulang tahunku.

Hari ini terlalu banyak hal yang terjadi, aku bahkan melupakan hari ulang tahunku sendiri....

Dia meletakkan hadiah tersebut di tangan saya dan berkata: Pagi tadi aku pergi ke Mall untuk membeli hadiah, aku tidak tahu kamu suka atau tidak.

Aku menangkap kata-kata kunci darinya.

Jadi dia pergi ke Mall demi membelikanku sebuah hadiah?

Aku termenung dan diam-diam memikirkannya.

Dia terlihat cemberut, aku tak bisa melihat apakah dia sedang berkata bohong.

Di dalam kesunyianku, lampu-lampu di aula tiba-tiba gelap, dan di belakang terdengar lagu "Selamat ulang tahun untukmu"

Dua gadis itu memegang kue yang penuh dengan lilin, semua orang datang dan mengelilingiku.

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu