My Superhero - Bab 161 Temani Saya Pergi Belanja (2)

Tetapi memang benar dia telah menolongku, waktu pertama dia mengatakan saya berhutang kepadanya, saya sama sekali tidak keberatan.

Pada awalnya memang saya mencari kesempatan untuk berterima kasih kepadanya.

Setelah saya ukur-ukur, pada akhirnya saya setuju untuk menemaninya, dan berkata:“Baiklah, saya pergi menemanimu.”

Steven mengangkat sudut bibirnya menunjukan sebuah senyuman:“Nah begitu dong.”

Saya tidak memperdulikannya, dan langsung berjalan ke arah luar.

Tidak jauh dari hotel itu memiliki jalan yang menjual barang-barang mewah, hanya dengan jalan kaki saja sudah sampai di sana.

Di pertengahan jalan saya memberikan Chris telepon, mengatakan bahwa dia pulang sedikit malam.

Tetapi demi untuk menghindari kesalahpahaman, saya tidak menjelaskan sesuatu yang mencurigakan, dikarenakan tidak mengatakan mau menemani Steven membeli sesuatu.

Jadi Chris tidak banyak bertanya.

Tetapi waktu saya mau menutup telepon, Steven sengaja berteriak di sampingku: “Viona, sudah selesai belum? Ayo kita pergi melihat ke toko yang disana!”

Dia ini sengaja mengacau, saya tidak dapat menahan untuk melototkan mataku .

Chris yang berada di dalam telepon sudah mendengar suara Steven, dengan nada yang datar bertanya: “Apa yang terjadi?”

Mana saya berani menyembunyikan kebenarannya, dengan cepat saya menjelaskan kepadanya kejadian yang sesungguhnya.

Di sana Chris terdiam selama beberapa detik, tidak mengatakan apapun, saya tidak dapat menebak apakah dia marah atau tidak.

Tetapi dia tiba-tiba dengan bersungguh-sungguh mengeluarkan suara seraknya, berkata: “Sayang, bagaimana ini? Saya rindu kepadamu. Saya ingin kamu pulang lebih cepat untuk menemaniku.”

Saya merasa telingaku terasa panas.

Saat saya mau menjawab, dia menutup teleponnya.

Saya: “……”

Apakah dia cemburu?

Saya menatap teleponku, di mata saya penuh dengan sesuatu yang tidak dapat di bayangkan, tetapi di dalam hati terasa manis dan ada kebahagian.

Dia jarang menunjukan sikap kekanak-anakan, saya sungguh tidak sabar untuk kembali ke sisinya.

Terlebih lagi baru saja dia bilang kepadaku bahwa dia rindu kepadaku...

Saya mengambil nafas dalam-dalam, menoleh ke arah Steven, dan berkata: “Kamu sungguh berharap saya berada dalam kekacauan... Bagus, sekarang paman Chris sudah tahu, saya juga tidak mungkin untuk pergi menemanimu berbelanja, kamu pergi sendiri saja.”

Siapa yang tahu Steven menarik tanganku: “Tidak bisa, baru saja kamu berjanji kepadaku, bagaimana bisa kamu menarik janjimu! Biarkan saja Chris marah itu lebih baik, bukankah sebelumnya dia masih bersama Janice? Bisakah kamu menunjukan kekerasan hatimu!” Setelah selesai berbicara, melirik ke arahku seperti menertawakan dan mengejek, “Kamu sungguh telah melupakan rasa sakit dari bekas luka telah sembuh, dia menolongmu satu kali, kamu sudah melupakan ketidak jelasan hubungan dia dan Janice?”

Saya dan Chris sudah menyelesaikan masalah Janice, saya juga sudah mempercayainya.

Tetapi saya terdiam untuk sementara, tidak dapat menahan diri untuk bertanya kepada Steven: “Apa kamu sungguh rasa Janice dan Chris memiliki suatu hubungan?”

Steven mendengarkan perkataan itu lalu menghentikan langkah kakinya, dan menatapku sejenak, berkata: “Jika kamu menanyakan hal ini, membuktikan bahwa kamu masih menaruh kecurigaan kepadanya.”

Saya membuka mulut, dan mendapati diri sendiri tidak dapat mengeluarkan satu katapun.

Yang dikatakannya memang tidak salah, pada kenyataannya di dalam hati saya masih memiliki kecurigaan kepadanya.

Namun saya tidak perlu mengatakannya kepada Steven, karena itu saya mengembalikan suasana hati saya, dan berkata: “Ayo pergi, saya akan menemanimu untuk memilih hadiah.”

Saya sudah berjanji kepadanya, dan saya tidak mau menjilat ludah saya sendiri.

Mengenai Chris... Hanya bisa menunggu saya pulang, lalu menggakui segala kesalahanku.

Kami masuk ke pusat perbelanjaan barang mewah.

Setelah berkeliling, Steven tampaknya tidak puas, pada akhirnya dia masuk ke dalam toko perhiasan, menunjuk ke sebuah kalung permata. Dia berkata: “Apakah ini terlihat indah?”

Saya menganggukan kepala.

Wanita secara alamiah tidak memiliki pertahanan terhadap benda-benda yang indah, jika sebuah kalung yang cermelang, mempesona dan memancarkan warna-warni. Terutama ada berlian di tengahnya, sungguh menyilaukan mata.

Steven berkata: “Ayo kemari coba pakailah ini.”

Saya berjalan kesana, penjaga toko itu membantu saya memakainya.

“Bagus-bagus.” Steven menghabiskan waktu yang lama untuk melihatnya, merasa puas dengan mengangguk.

Dia langsung membayar, dia menghabiskan 4.000.000.000 rupiah untuk membeli kalung tersebut.

Saya tidak sabar untuk bernafas dengan lega, akhirnya saya tidak perlu menemaninya pergi bebelanja. Saya bisa pulang lebih awal untuk menemani Chris.

Tetapi seketika saya menjadi penasaran lagi.

Meskipun Keluarga Shen memiliki banyak uang, tetapi begitu mudahkah untuk menghabiskan 4.000.000.000 untuk satu buah kalung, hal itu masih membuat saya sedikit terkejut.

Saya tidak dapat menahan diri untuk bertanya: “Kamu berencana memberikan ini kepada siapa?”

Steven menatapku, lalu menaikan sudut bibirnya: “Kenapa? Apakah kamu mau saya memberikan satu buah kepadamu?”

Saya mengerutkan alis, dia sengaja untuk mengubah topik pembicaraan, saya perkirakan dia tidak mau saya mengetahuinya.

Apakah benar dia ingin memberikannya kepada wanita?

Saya hanya terpikir Angel, saya mengantikan Angel sedikit merasa tidak pantas.

Tetapi setelah dipikir-pikir lagi, mungkin saja dia mau memberikannya kepada orang yang lebih tua di rumahnya. Lagi pula 4.000.000.000 rupiah bukanlah jumlah yang sedikit.

……

Setelah kami keluar dari toko perhiasan, dan saya sekalian mengucapkan selamat tinggal kepada Steven.

Tetapi Steven menjaring tanganku, dan berkata: “Kamu telah banyak membantu saya, tentu saja saya harus mentraktir kamu makan. Ayo pergi, dengar-dengar telur terubuk di sini sangat terkenal.”

Saya menarik tangan saya keluar, dan berkata: “Tidak perlu begitu sungkan, saya hanya ingin membayar hutang saja.”

Sudah selesai berkata, saya langsung pergi menuju ke arah pintu keluar mal.

Steven mengejar saya: “Kamu benar-benar tidak memberikan saya sedikit muka ya!”

Ketika saya mau berbicara, Chris menelepon saya, dengan terburu-buru saya segera menyambutnya.

Chris berkata: “Saya sudah sampaikan kepada Andy, sekarang dia sudah menunggumu di parkiran. Sekarang kamu pergi mencarinya ya.”

Saya rasa sepertinya dia telah memasang alat pemantau di sekitar saya, sepertinya dia tahu Steven sedang menahan saya, karena itu dia menelepon saya.

Tetapi saya tidak merasa tersinggung sama sekali, malahan merasa lega, lagi pula dia telah membantu saya lepas darinya.

Saya terburu-buru untuk menangapinya.

Sebenarnya saya juga terpaksa untuk pergi menemani Steven berbelanja.

Yang paling saya inginkan adalah menghabiskan waktu bersama Chris. Tidak perduli apakah itu merawatnya, membuatkannya sup, ataupun bermain game bersamanya. Saya merasakan kebahagian dari lubuk hatiku yang terdalam.

Pada saat ini kata-kata Chris itu seperti simbol yang menyelamatkan jiwaku.

Chris: “Saya tunggu kamu pulang.”

Jantungku berdetak duk duk, saya sungguh ingin segera terbang ke sisinya.

Setelah saya menutup telepon, saya langsung memberi tahu kepada Steven bahwa Chris sedang menungguku.

Steven menatapku, dan berkata: “Apakah dia sedang mendesakmu?”

Saya melihat dia, dan berkata: “Saya juga ingin pulang.”

Steven mendadak memasang wajah marah dan berkata: “Tidak peduli apa yang saya lakukan ataupun kukatakan. Semua itu tidak akan bisa dibandingkan dengan Chris, iya kan?”

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu