My Superhero - Bab 105 Kamu Ingin Saya Mengunakan Cara Apa Menaklukan Bibi Linda?(2)

Hari ini Bibi Linda telah melakukan begitu banyak hal konyol, tetapi dia selalu melindunginya. Ini menunjukan bahwa dia menghormati Bibi, dan dia juga pernah bilang, dia ingin saya dan dia berbakti dengannya.

Jika saya tidak menghormati Bibi Linda, dia pasti akan marah.

Pada awalnya saya tidak khawatir dia salah paham, tetapi disaat dia mau menemui kakek, saya menunjukan ketidakpuasanku terhadap Bibi. Pada saat ini dia pasti akan percaya kepada perkataan Weny.

Bibir saya bergumam, ingin menjelaskannya, tetapi saya tidak dapat mengatakan apapun.

Sebenarnya, saya merasa Bibi Linda tidak layak menjadi orang yang lebih tua...

Mata Chris terlihat lebih ganas, tetapi dia berusaha mengendalikannya, jadi wajahnya terlihat sedikit lembut, lalu dia beralih melihat ke arah Weny, dan berkata:“Kamu pergi mencari Bibi, ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan dengan tunanganku.”

Weny dengan suara terisak menuruti permintaannya, memutarkan badannya, dia sengaja melihatku sebentar dan menunjukan kepadaku senyum kemenangan.

Saya hanya diam saja.

Dia mengenal Chris lebih dari yang saya duga, mengetahui dimana kelemahan Chris.

Chris hanya berdiri di tempat yang sama, dia sama sekali tidak berjalan mendekat, dan hanya diam menatapku.

Saya mengigit sudut bibir saya, melihat dirinya, sudah beberapa kali ingin membuka mulut, tetappi tidak tahu harus berkata apa.

Untuk waktu yang lama, dia perlahan berjalan mendekati saya, lalu dia berhenti di depanku, dengan suara yang berat berkata:“Bagaimana anda menjawabnya?”

Saya hanya mengeluarkan suara “e”, tidak dapat menanggapi apa yang dia maksudkan.

Dia bertanya:“Dia menyuruhmu menjadi kekasih gelapku, bagaimana kamu menjawabnya?”

Ternyata pertanyaan ini. Saya tidak terfikir lalu berkata:“Tentu saja saya tidak menyetujuinya.”

Mungkin saja ini perasaanku saja, tetapi wajahnya terlihat sedikit lebih tenang.

Saya menghela nafas lega, berhenti sebentar dan lanjut berkata:“Paman Chris, saya berubah pikiran, saya akan tetap tinggal di sini.”

Chris mengangkat alisnya.

Saya berbisik:“Saya tidak dapat merelakanmu.”

Dia menatapku dalam-dalam.

Saya tidak berbohong, memang pada awalnya saya memang seperti terjebak di dalam lumpur yang dalam, dan bagaimana aku rela meninggalkannya.

Sebenarnya dari awal suasana hatiku sudah kembali tenang, memang ada sedikit penyesalan karena saya terlalu berlebihan. Tetapi karena rangsangan yang di berikan oleh Weny, Saya semakin bertekad dan sangan yakin tidak boleh pergi.

Tentu saja, yang tidak bisa dipungkiri bahwa saya juga memiliki perasaan untuk tidak senang atas kekalahan.

Saya tahu Chris tidak mudah tertipu, dan juga tidak berencana untuk menyembunyikannya. Dan terus terang berkata:“Yang paling penting, saya tidak ingin kalah begitu saja.”

Chris masih diam melihat ke arahku, bola matanya terlihat gelap, tidak terlihat dia senang ataupun marah.

Untuk waktu yang lama, mulutnya membentu lengkungan:“Apakah kamu ingin terus berbakti kepada Bibi Linda bersamaku?”

Saya menganggukkan kepala.

Senyum di bibirnya terlihat sedikit lebih dalam:“Apakah kamu tidak menyesal?”

Saya berkata iya.

Dia tersenyum:“Ini yang kamu katakan.”

Saya mengambil inisiatif untuk memeluknya, dengan suara berbisik berkata:“Sebagai tunanganmu, seharusnya saya memahami kesulitanmu... Sebelumnya saya terlalu egois, maafkan saya.”

Chris hanya menggaruk wajahnya dan tidak mengatakan apapun.

Saya sedikit takut bahwa dia masih marah, diam-diam saya mengangkat kepala untuk mengintip, dan saya mendapati dia sedang tersenyum melihat ke arahku.

Dia memegang wajahku dengan kedua tangannya, suaranya terdengar sangat lembut:“Sayang, terima kasih.”

Saya mengusap-usap dadanya, di dalam hati ini terasa sangat nyaman.

Hening untuk sementara waktu kami saling berpelukan, tiba-tiba Chris mendorongku, wajahnya menunjukan ekspresi terlambat untuk menyadari:“Kakek baru saja mencariku, beberapa hari ini saya harus menemaninya keluar...”

Dia belum selesai bicara, tetapi saya mengerti maksud perkataannya.

Dengan kata lain, saya harus menghadapi Bibi sendirian.

Mau tidak mau, mungkin saja Kakek sengaja melakukan itu?

Tentu saja saya takut jika harus menghadapi bibi sendirian, sekarang saja tanganku ini sedang bergetar. Tetapi karena saya sudah memutuskan untuk tinggal, bagaimana mungkin saya menyesal lagi...

Saya mengepalkan tangan, berkata:“Pergilah, saya tidak akan membuatmu kecewa.”

Chris hanya diam menatapku sebentar, dengan suara yang terdengar hangat:“Maaf Merepotkanmu.”

Dan saat ini, diluar langit terlihat gelap, dan lagi sudah sampai pada jam makan malam.

Memikirkan saya harus menghadapi Bibi, saya masih belum tahu apa yang akan dia perbuat, di dalam hatiku terasa sedikit ketakutan.

Tetapi pada akhirnya, saya hanya bisa mengeraskan kulit kepala menemuinya.

Waktu saya dan Chris masuk ke kamar, Bibi Linda berbicara dan tertawa dengan Weny, memutarkan mata melihat ke arahku, dia langsung memelototi saya dan berkata:“Keluar!”

Weny dengan lembut berkata: “Ma, kamu jangan lakukan itu, di sana ada kak Chris, jangan mempersulit dia.”

Bibi Linda berkata:“Benar juga, dia tidak memiliki hati nurani, tetapi saya tidak boleh tidak ada hati nurani.” Dia menoleh ke arah Chris, dengan marah berkata,“Kamu tahu tidak apa yang dikatakan wanita itu kepada Weny, dia mengatakan asalkan kamu menyukainya itu sudah cukup, dan dia hanya menunggu kamu Menaklukan saya!”

Sepertinya Weny sudah menceritakan kejadian itu. Saya hanya secara diam-diam menghela nafas. Dihadapi dengan rasa was-was dan ragu-ragu, sebaiknya saya segera menjelaskan:“Bibi, saya bersalah, kata-kata itu terucap karena saya marah...”

Bibi mencibir lalu memotong perkataanku:“Pergi, tidak perlu berpura-pura menyenangkanku, saya tidak akan terkena jurus yang satu ini!”

Wajahku terlihat tidak berdaya, waktu menjelaskan semua ini.

Di tambah lagi mendengar nada perkataan Chris yang dingin:“Kamu ingin saya mengunakan cara apa untuk menaklukan Bibi?”

Saya terdiam, dan melirik dia.

Wajahnya terlihat sangat dingin dan matanya menunjukan ketidak senangan.

Apakah mungkin dia marah karena saya mengatakan itu?

Tetapi waktu itu saya hanya ingin menutup mulut Weny saja...

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu