You Are My Soft Spot - Bab 77 Kok Mukamu Masih Tetap Memerah Sih? (2)

Taylor Shen keluar kamar dengan puas. Setelah bereksperimen beberapa kali, ia akhirnya paham bagaimana meladeni Tiffany Song. Wanita ini, semakin kamu lemah, dia akan semakin kuat. Untuk itu, kamu harus kuat di hadapannya, dan ia pun akan menurut.

Pamer selangkangan? Asalkan bisa mendapatkannya, buat apa ia peduli malu?

Tiffany Song menopang dagunya dengan tangan yang ia taruh di atas meja kaca. Wajahnya merah dan jiwanya lelah sekali seperti orang yang habis lari belasan putaran. Pria cabul ini benar-benar membuatnya mau gila. Bisa tidak sih berhenti melakukan yang aneh-aneh?

Taylor Shen kembali ke kamar dan mengenakan pakaiannya. Suasana hatinya sangat senang. Ia bercermin, menata rambutnya, kemudian keluar kamar.

Tidur di kasur Tiffany Song, memakai pakaian yang ia belikan…… Dua hal kecil ini sungguh ampuh meredakan semua kekesalan hatinya beberapa hari terakhir. Tiffany Song memang luar biasa, bagaimana ia tidak ingin menikahinya coba? Memang Tiffany Song yang paling mengerti dia.

Sesampainya di ruang tamu, Tiffany Song sudah kelar memasak dan tengah memindahkan masakannya ke piring. Tiba-tiba ada bayangan gelap di hadapannya, ia langsung mendongak. Ternyata itu Taylor Shen yang sudah berpakaian lengkap. Ia membuang nafas lega, lalu berkata, “Makan lah.”

Taylor Son mengambil piring yang diberikan Tiffany Song. Pria itu lalu memegang wajah Tiffany Song dengan kedua tangannya. Tiffany Song tidak keburu menghindar, ia hanya bisa pasrah melihat Taylor Shen menciumi bibirnya. Pria itu menatap puas wajah Tiffany Song yang memerah. Ia mengelus-elus lembut telinga wanita itu sambil meledek: “Sudah berulang kali diciumi kok mukamu masih tetap memerah sih?”

Tiffany Song terhenyak. Ia buru-buru membuang pandangannya. Ketika ia baru mau bicara, Taylor Shen sudah menahan bibirnya dengan telunjuknya, “Kamu cepat ambil nasi biar kita bisa cepat mulai makan, aku sudah lapar sekali nih!”

Tiffany Song masuk ke dapur dengan kesal. Bibirnya mati rasa sekaligus gatal. Telinganya pun sama gatalnya. Mau gila, benar-benar mau gila!

Ketika Tiffany Song membawa nasi dari dapur, Taylor Shen sudah duduk di kursi meja makan. Sudut bibirnya terangkat senang melihat lauk yang beranekaragam. Taylor Shen sudah makan sup toge beberapa kali, kehangatan sup itu sungguh membuat perutnya jadi nyaman.

Biasanya, kalau malamnya mabuk, keesokan harinya pasti kepala dan perut akan sakit. Berkat sup toge buatan Tiffany Song, ia tidak merasa sakit sama sekali.

Tiffany Song menaruh nasi di hadapan Taylor Shen, lalu ikut duduk di kursi. Sambil menikmati sup toge untuk kesekian kalinya, Taylor Shen bertanya: “Kamu tidak takut tinggal sendirian di apartemen sebesar ini?”

“Tidak. Sistem keamanan apartemen ini sangat bagus, orang-orang yang tidak punya izin tidak boleh masuk,” jawab Tiffany Song.

Taylor Shen mengernyitkan alis, “Kok bisa-bisanya ada pria cabul masuk?”

“……” Tiffany Song membalas, “Kok tidak tanya dirimu sendiri?”

“Berarti di sini tidak aman kalau begitu. Kamu tinggal sama aku saja, di sana seekor lalat pun tidak berani masuk,” ujar Taylor Shen.

Tiffany Song akhirnya paham apa maksud basa-basi Taylor Shen ini. Ia menaruh sumpitnya, lalu menjawab, “Aku sudah pasang iklan tawaran sewa bersama di internet kok. Dalam waktu dekat pasti ada orang yang pindah ke sini dan menemaniku tinggal, jadi pasti akan sangat aman.”

Taylor Shen tidak merespon lagi. Ia sibuk menikmati makanannya.

Seusai makan, Tiffany Song mencuci semua alat makan. Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Ia pun pergi ke kamar untuk ganti baju, sebab nanti sore ia harus ke kantor. Masih ada banyak detail yang harus ia bicarakan dengan para anggota grup.

Begitu keluar dari kamar, Tiffany Song melihat Taylor Shen tengah duduk di sofa sambil melihat-lihat desain rancangannya. Tiffany Song buru-buru menyambarnya dan menutup laptopnya, “Taylor Shen, kamu tidak boleh lihat!”

Melihat Tiffany Song geram, Taylor Shen jadi senang, “Mengapa aku tidak boleh lihat? Kamu takut aku membocorkan desain rancanganmu ke Shine Group?”

Tiffany Song bingung harus jawab apa. Ia bukannya takut Taylor Shen membocorkan desain rancangannya. Ia hanya takut pria itu tahu ia ada menyimpan draf rancangan yang penuh kata “Taylor Shen” tadi. Sambil memeluk komputer, ia berujar: “Pokoknya tidak boleh! Aku tidak mau kasih lihat siapa pun yang tidak berkepentingan!”

“……” Taylor Shen sungguh ingin mengetuk-ngetuk kepala Tiffany Song untuk mengetahui apa yang sebenarnya wanita itu pikirkan. Orang lain tidak dibeginikan kok oleh dia, kok ia sendiri malah dibeginikan ya? Kalau ia mau menyakitinya, ia bisa saja menghancurkan namanya dalam hitungan menit. Tapi masa ia mainkan permainan ini?

Dengan wajah muram, Taylor Shen bangkit berdiri. Melihat Tiffany Song memasukkan komputernya ke tas komputer dengan sangat hati-hati seperti barang berharga, Taylor Shen jadi semakin kesal. Wanita ini selalu saja punya cara untuk membuatnya tidak senang. “Sebentar, pakaianmu sudah aku plastikkan, kamu sekalian bawa pulang sana.”

“Aku mau ke kantor, masa kamu mau suruh aku bawa itu ke kantor?” jawab Taylor Shen tidak senang.

“Aku sudah cuci bersih. Nanti di kantor kamu tinggal suruh Christian jemur.” Tiffany Song sungguh tidak tahu apa yang membuat pria itu tidak senang. Yang jelas, kalau pria itu meninggalkan pakaiannya di sini, itu tidak etis. Ia ingin Taylor Shen bawa itu keluar sesegera mungkin.

“Kalau jadi bau bagaimana?” tanya Taylor Shen lagi.

Tiffany Song berpikir lagi, memang mudah bau sih kalau dipindahkan dalam kondisi belum kering seperti itu. Ia menjawab: “Ya sudah, begini saja, nanti sepulang kantor kamu suruh Christian datang saja, aku akan antarkan pakaianmu yang sudah kujemur ini ke bawah.”

Taylor Shen tidak menjawab. Ia langsung berjalan ke arah pintu apartemen dan memakai sepatunya. Sambil menggendong tas komputer, Tiffany Song ikut ke sana dan pakai sepatu juga. Melihat Taylor Shen mau buka pintu, ia teringat sesuatu dan buru-buru menghentikannya, “Sebentar.”

Taylor Shen tidak paham Tiffany Song mau melakukan apa. Ia berdiri di tempat sambil melihat wanita itu melewatinya. Begitu melihat Tiffany Song mengintip-intip ke luar, ia menyadari apa yang ingin dilakukannya.

Tiffany Song ternyata sedang memastikan di luar tidak ada orang. Wanita itu kemudian membuka pintu lalu berkata pelan pada Taylor Shen: “Sudah bisa keluar, ayo buruan!”

Taylor Shen jadi ketawa sendiri. Ia mendekatinya dan berkata: “Tiffany Song, kamu mending ngaca deh. Selama ini kan kamu yang mencuri hatiku dan buat aku jatuh cinta.”

“Ngomong apa sih kamu? Buruan keluar, jangan mundur lagi!” Taylor Shen mendorong-dorong pungggung Taylor Shen ke luar seolah-olah akan terjadi sesuatu yang besar kalau orang tahu pria itu ada di apartemennya.

Taylor Shen menurut. Ia pun berjalan ke luar dan langsung mengarah ke lift. Langkah Taylor Shen besar-besar, jadi Tiffany Song harus bergerak seperti setengah berlari agar dapat mengimbanginya.

Sesampainya di depan lift, pintu lift berbunyi “ting”. Kedua pintu lift pun terbuka, dan seorang tetangga Tiffany Song keluar dari dalam. Melihat Tiffany Song berpegangan tangan dengan seorang pria yang sangat tampan, tetangga itu bertanya penasaran: “Nona Song, ini pacarmu? Wah, tampan sekali!”

Sekujur tubuh Tiffany Song kaku. Ketika ia baru mau jawab, telapak tangannya sudah ditekan-tekan oleh jari Taylor Shen. Kalau ia bilang bukan, tetangga itu pasti akan berpikiran macam-macam. Tiffany Song memutuskan tidak menjawab.

“Kami duluan ya.” Tiffany Song menarik Taylor Shen masuk lift. Pintu lift tertutup, dan Tiffany Song pun langsung melepas tangan pria itu dan berdiri sejauh mungkin darinya. Ia memberi instruksi, “Nanti kamu jalan duluan, baru aku jalan belakangan.”

Taylor Shen marah. Ia menatap Tiffany Song kesal sambil mendekatinya perlahan. Menyadari kegusaran Taylor Shen, wanita itu ketakutan sampai terus mundur-mundur hingga menyenggol tembok lift.

Taylor Shen menaruh kedua tangannya di tembok lift untuk menghalangi Tiffany Song pindah posisi lagi. Ia bertanya marah: “Kamu setakut ini ketahuan orang lain jalan denganku ya?”

Tiffany Song mendongak dan mendapati mata Taylor Shen yang penuh kekesalan. Ia membuang nafas panjang, “Taylor Shen, hubungan kita ini kan statusnya tidak jelas, jadi sebaiknya jangan ketahuan orang lain. Memang kamu mau nama baikmu sendiri sekaligus nama baikku?”

“Jalan denganku memang sebegini memalukannya ya?” Taylor Shen memindahkan kedua tangannya dari tembok lift ke pinggang Tiffany Song. Pria itu tiba-tiba menggigit daun telinganya: “Tiffany Song, suatu hari nanti aku ingin jalan denganmu tanpa beban dan rasa takut dilihat orang lain.”

Mata Tiffany Song membelalak seperti mau lepas. Ia menatap Taylor Shen lekat-lekat, mengapa orang ini selalu agresif sih?

“Kamu apa-apaan sih?” Ada banyak hujatan yang ingin Tiffany Song pikirkan di benaknya, tapi yang mampu ia ungkapkan hanya satu kalimat ini saja. Terlalu banyak halangan di antara mereka. Ia tidak bisa melompat melewati halangan-halangan itu, jadi ia otomatis tidak bisa mendampinginya.

Sekali pun ia sudah suka juga, tapi ia harus berpura-pura tidak punya perasaan apa-apa dan terus menolak usaha pendekatannya. Taylor Shen itu sadar tidak sih ia sudah capek?

Taylor Shen memeluk Tiffany Song erat-erat. Begitu pintu lift terbuka, ia buru-buru melepaskannya dan meninggalkannya tanpa menengok lagi. Tiffany Song seketika langsung merasa bebannya hilang. Ia membuang nafas lega panjang-panjang.

---------------

Setibanya Tiffany Song di kantor, Sally Yun mendekatinya dengan gelisah sambil berkata: “Nona Song, Nyonya CEO Li sudah datang. Ia memintamu menemuinya di ruang kerja.”

Tiffany Song menatapnya bingung, “Memangnya ada apa?”

“Aku juga tidak tahu, tapi kelihatannya ada sesuatu yang tidak baik. Belakangan kan ada orang yang menyebarkan rumor kamu dan CEO Li…… Aku rasa Nyonya CEO Li ada salah paham denganmu, kamu berhat-hatilah!” ujar Sally Yun mengingatkan. Belakangan kerjaan Tiffany Song memang sedang bagus-bagusnya, jadi tidak heran kalau ada yang tidak suka dengan kesuksesannya. Beberapa waktu belakangan memang ada orang menyebarkan rumor ia dan CEO Li berskandal, sungguh tidak disangka hari ini istrinya mencarinya.

Tiffany Song mengernyitkan alis sambil melihat ruang kerja Dea Meng. Ia mengangguk, “Oke, aku paham. Kamu tenang saja, aku bisa menghadapinya.” Setelah mengucapkan ini, Tiffany Song masuk ke ruang kerjanya sendiri.

Sally Yun menatapnya Tiffany Song bingung. Dicari Nyonya CEO Li, kok Tiffany Song tidak panik sama sekali sih? Ia sungguh kagum dengannya. Tiffany Song mana mungkin ada apa-apa dengan CEO Li. Ia kan istri William Tang dan nyonya muda keluarga Shen, mana mungkin ia tertarik pada CEO Shen yang pendek dan gembrot itu?

Tiffanny Song membuka pintu ruang kerjanya dan langsung melihat Nyonya CEO Li, yang mengenakan banyak perhiasan, tengah duduk di kursi kerjanya. Ia bertanya tenang: “Nyonya CEO Li, kamu mencariku?”

Melihat wanita cantik dan muda yang berdiri di hadapannya, kekesalan Nyonya CEO Li semakin tidak karuan. Ia bangkit berdiri sambil memegang sebuah bingkai foto. Foto yang terbingkai di dalamnya adalah foto keluarganya yang dipotret lima belas tahun lalu. Nyonya CEO Li menjawab dingin, “Kamu Tiffany Song?”

“Benar, aku Tiffany Song,” jawab Tiffany Song sambil melihat bingkai foto yang dipegang Nyonya CEO Li. Ia dalam hati berpikir, apa mungkin bingkai foto itu akan dilempar ke kepalanya?

Nyonya CEO Li tertawa dingin, “Ternyata memang masih muda dan cantik.”

Tiffany Song mengernyitkan dahi, “Terima kasih atas pujiannya, Nyonya CEO Li!”

Nyonya CEO Li dari awal sudah tidak senang dengan penampilan Tiffany Song yang cantik dan muda. Mendengar jawabannya yang seolah tidak tahu diri ini, ia jadi semakin murka. Nyonya CEO Li melempar bingkai foto yang ia pegang ke lantai kesal-kesal. Kacanya pecah dan berhamburan ke empat sisi. Tiffany Song, yang dari awal sudah mengantisipasi ini, langsung mundur dua langkah dan selamat dari pantulan pecahan kaca. Ia mencoba tetap tenang, “Nyonya CEO Li, mohon kendalikan diri!”

“Hehe, dunia ini makin lama makin lucu ya, perebut suami orang berani-beraninya menasehati istri sahnya. Tiffany Song, kamu pikir karena kamu menarik kamu boleh menggoda sumaiku?” hujat Nyonya CEO Li. Suara pecahnya kaca mengagetkan para pekerja yang ada di luar ruang kerja. Mereka buru-buru masuk untuk mengecek apa yang terjadi.

Dea Meng juga ada di antara orang-orang ini. Melihat Nyonya CEO Li tengah menegur Tiffany Song, hatinya senang bukan kepalang!

Tiffany Song tersenyum dingin: “Mohon kamu lebih beretika sedikit saat bicara. Kalau kamu punya bukti, mohon tunjukkan buktimu, kalau tidak aku akan tuntut kamu sebagai pemfitnah!”

“Tuntut saja. Dasar gadis tidak tahu diri, hari ini akan akan berikan pelajaran kamu biar tahu malu.” Nyonya CEO Li berjongkok mengambil salah satu kepingan kaca, lalu melemparkannya ke arah Tiffany Song.

Melihat kemarahan Nyonya CEO Li makin menjadi-jadi, ia sadar dirinya semakin terancam. Sambil menghindar, ia berkata pada Sally Yun: “Cepat panggil CEO Li kemari.”

Sally Yun mengiyakan. Ketika ia mau buru-buru ke ruang kerja CEO Li, gerakannya dihentikan tangan Dea Meng. Wanita itu berkata: “Sally Yun, kamu bodoh sekali. Kalau kamu panggil CEO Li, Nyonya CEO Li akan menganggapmu sebagai lawannya juga. Kamu tidak akan punya masa depan di perusahaan ini lagi.”

Sally Yun menghindar dari tangan Dea Meng, lalu merespon: “Aku percaya Nona Song tidak bersalah.”

Mendengar respon itu, Dea Meng marah hingga menendang pintu. Ia kemudian berbalik badan untuk lanjut mengamati “perang” Nyonya CEO Li dan Tiffany Song. Ia berdiri di depan pintu sambil berteriak: “Nyonya CEO Li, jangan kamu ampuni orang itu. Semua pekerja sudah lihat ia dan CEO Li bermain mata.”

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu