You Are My Soft Spot - Bab 52 Alasan Ketiga

Rasa nyeri itu sampai membuat Tiffany Song menahan nafas. Ia menatap ke bawah, dan ternyata Taylor Shen sedang membasuh lukanya dengan cairan merah dan sebuah kapas.

Mendengar reaksi Tiffany Song, Taylor Shen mendongak dan bertanya, “Sakit sekali ya?”

Awalnya memang sangat sakit, tetapi lama-kelamaan terbiasa. Ia menggeleng, “Tidak sakit.”

Taylor Shen mempertahankan pandangannya pada Tiffany Song untuk beberapa saat. Ia kemudian jadi tidak enak dan kembali menurunkan pandangannya serta melanjutkan membasuhkan obat. Ia membasuh, meniupnya, lalu membasuhnya lagi. Wanita itu baginya seperti anak kecil.

Cairan alkohol itu sangat ampuh meredakan rasa nyeri di kaki Tiffany Song. Melihat kepiawaian Taylor Shen membasuh kakinya, ia merasa nyaman sekaligus tersipu. Mereka berdua sebenarnya belum sampai ke tahap ini, tetapi malam ini ia sungguh terlalu lelah. Ia tidak ingin melepaskan kelembutan yang ditunjukkan Taylor Shen ini.

Suasana kota tengah malam sangat hening.

Seusai membasuh kaki Tiffany Song, Taylor Shen kembali memasangkan kaki wanita itu ke sepatu hak tingginya. Ia bangkit dari jongkoknya lalu duduk di sebelah Tiffany Song. Tatapannya sekilas seperti menahan sesuatu. Ia memegang lengan wanita itu. Kulit Tiffany Song sangat putih sampai-sampai kalau ia memegangnya dengan terlalu bertenaga maka akan berbekas.

Ketika ia terpeleset tadi, sekujur tangannya semua berbekas. Taylor Shen kini memegang lengan Tiffany Song dengan lembut, lalu menatapnya dan bertanya: “Sakit tidak?”

Tiffany Song menggeleng, “Tidak sakit, kamu jangan menganggapnya terlalu serius. Kulitku ini memang terlalu sensitif, setiap terbentur sesuatu akan langsung memar, tetapi sebenarnya tidak apa-apa kok.”

Taylor Shen memindahkan pegangannya dari lengan ke tangan Tiffany Song. Ia menggenggam erat kelima jari wanita itu. Mereka berdua duduk bersampingan di taman bunga sambil menikmati kesunyian malam.

Taylor Shen terus diam, dan Tiffany Song menajadi tidak nyaman. Telapak tangannya lama-kelamaan berkeringat, ia bergerak-gerak ingin melepaskan tangannya dari tangan pria itu. Seberapa kuat ia mencoba melepas, pria itu akan menahannya dengan lebih erat lagi. Ia tidak bisa melepaskannnya.

Taylor Shen menengok menatap Tiffany Song lalu meledek: “Kamu tidak bisa diam ya?”

“……” Wajah Tiffany Song seketika memerah, orang ini kok tanyanya seperti itu…… Ia tidak mencoba melepas lagi. Ia kini menatap langit, lalu beberapa saat kemudian ia tidak bisa menahan rasa penasarannya lebih lama lagi: “Paman Keempat, kamu waktu itu mengapa menikahi kakakku?”

Taylor Shen kebetulan sekali tidak marah ditanya seperti ini. Ia balik bertanya: “Menurutmu sendiri mengapa?”

Tiffany Song berpikir keras, lalu menjawab, “Kedudukan keluarga Shen di Kota Tong sudah sangat tinggi, seharusnya tidak perlu diadakan pernikahan bisnis untuk memperkuatnya. Jadi, aku beranggapan kamu sungguh-sungguh mencintainya. Kamu jatuh cinta padanya pada pandangan pertama?”

Taylor Shen menatapnya lekat-lekat, “Kamu masih kecil, ada beberapa hal yang mungkin kamu belum tahu. Aku menikahi Lindsey Song karena alasan ketiga.”

“Apa itu?” tanya Tiffany Song semakin penasaran.

Taylor Shen memilih tidak menjawab lagi. Ia mengelus-elus rambut wanita itu, lalu berdiri dan berkata: “Sudah larut malam, yuk aku antar kamu ke atas.”

Sebelum Tiffany Song menolak, Taylor Shen sudah terlebih dahulu membopongnya seperti seorang putri. Tiffany Song kaget hingga mencengkeram erat-erat leher pria itu. Ia menolak, “Paman Keempat, kamu antar aku sampai bawah saja. Aku takut orang lain melihat kita berdua seperti ini dan beranggapan yang tidak-tidak.”

Taylor Shen awalnya masih ingin mengisengi wanita itu, tetapi mendengar kata-kata barusan wajahnya jadi muram. Nada bicaranya jadi agak tersinggung, “Dan itu akan berdampak negatif untuk siapa?”

“Untuk kita berdua,” jawab Tiffany Song. Hubungan mereka sudah cukup kacau, dan akan semakin kacau kalau mereka semakin aneh-aneh. Sekalinya gosip baru menyebar, itu akan menjadi hantaman keras baik bagi dirinya maupun bagi Taylor Shen.

Taylor Shen adalah satu dari sedikit orang yang baik padanya beberapa tahun belakangan. Ia tidak ingin mencoreng nama baiknya.

Taylor Shen cemberut. Ia jelas tidak senang. Ia tidak mengindahkan permintaan Tiffany Song dan tetap membopong wanita itu ke arah apartemen.

Ia tidak bicara apa-apa, dan Tiffany Song juga tidak berani melawan. Jujur saja, bos perusahaannya temperamennya sudah sangat buruk, dan temperamen Taylor Shen masih jauh lebih parah dari itu. Emosi pria itu bisa berubah dalam sedetik. Sedetik lalu ia masih mengajaknya bercanda, tetapi sedetik kemudian ia bisa saja murka.

Taylor Shen membopong Tiffany Song hingga ke depan apartemen. Pintu pengaman apartemen kemudian dibuka dari dalam oleh Stella Han. Dengan hanya mengenakan tanktop dan celana pendek, teman sekamar Tiffany Song ini berdiri di depan pintu sambil memegang plastik sampah yang ingin ia buang. Melihat Tiffany Song dibopong seorang pria tampan yang ia cukup familiar, ia langsung kaget sekali, “Tiffany Song, kalian……

“Mohon permisi sebentar,” jawab Taylor Shen tanpa ekspresi.

Stella Han langsung memberi mereka jalan. Melihat Tiffany Song dan Taylor Shen masuk, ia tidak jadi membuang sampah dan ikut mereka berdua ke ruang tamu.

Taylor Shen mendudukkan Tiffany Song di atas sofa. Meski kemeja putihnya sudah terkena tumpahan bir merah, ia tetap tampan seperti tidak terjadi apa-apa. Ia kemudian berpesan serius pada Stella Han: “Kamu teman sekamar Tiffany Song ya? Kakinya terluka, mohon dua hari ini kamu bantu rawat dia.”

Stella Han agak kaget. Ia kenal William Tang, dan ia ingat betul pria super tampan di hadapannya ini bukan William Tang. Tetapi, anehnya, kepedulian pria ini pada Tiffany Song jauh melebihi kepedulian seseorang yang hanya sebatas teman. Ia mengangguk lemah, “Kamu tenang saja, aku pasti merawatnya.”

Taylor Shen sudah mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Ia menatap Tiffany Song, lalu berpamitan, “Cepat istirahat, aku pulang dulu ya.”

Taylor Shen juga membantu Stella Han membuangkan plastik sampah yang dari tadi dipegangnya.

“Wah, tampan sekali!” Baru saja Taylor Shen keluar, Stella Han langsung sumringah mengungkapkan kekagumannya, “Tiffany Song, kamu bukannya mau bercerai dengan William Tang ya? Kamu sebaiknya pikirkan lagi keputusanmu itu, pria yang bisa buang sampah seperti ini sekarang tidak banyak lagi.”

“……” Tiffany Song tidak habis pikir dengan logika berpikir Stella Han. Ia menatap teman sekamarnya itu dan membetulkan kata-katanya: “Stella Han, dia Taylor Shen. Dia Paman Keempat dari William Tang, suami dari Lindsey Song, dan CEO dari Shen’s Corp.”

“OMG!”

Ketika bangun keesokan harinya, luka kaki Tiffany Song sudah jauh lebih baik. Ketika ia berjalan ke dapur, Stella Han keluar menghampirinya sambil membawa nampan berisi dua mangkuk sup ayam. Bau sup ayam itu agaknya cukup familiar.

“Tiffany Song, ini diantarkan sendiri oleh Nyonya Song. Tadi kamu tidak ada di sini, ia memintaku memberitahumu bahwa barusan ia datang ke sini.” Stella Han menaruh nampan di atas meja, lalu memindahkan kedua mangkuk sup ayam ke atas meja. Ia berkata: “Karena kamu, aku akhirnya ikutan meminum sup yang dibuat Nyonya Song. Menurutmu mungkin tidak ia taruh obat pencahar di dalamnya?”

Tiffany Song duduk di atas kursi sambil menatap sup ayam di hadapannya. Ia sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

Stella Han ikut duduk, lalu kembali berbicara pada Tiffany Song: “Nyonya Song mengapa tiba-tiba jadi baik begini padamu? Ada pepatah yang bilang, orang yang tiba-tiba jadi baik biasanya punya niat buruk tersembunyi. Tiffany Song, kamu harus tetap hati-hati, siapa tahu suatu hari sup ayam ini dicampuri racun.”

“Mana mungkin seseram yang kamu bilang? Bisa jadi ia sadar ia sudah mengabaikanku terlalu lama,” ujar Tiffany Song sambil tertawa geli. Ia mengambil sendok lalu menyuap sup itu ke dalam mulutnya.

Stella Han gigit-gigit bibir dan berkata hati-hati: “Tiffany Song, aku sungguh peduli denganmu dan aku tidak mau kamu kenapa-kenapa.”

Tiffany Song tahu maksud Stella Han baik. Ia hanya merespon teman sekamarnya itu dengan senyum. Ia percaya niat Nyonya Song tulus, dan ia yakin wanita itu tidak punya motif tersembunyi atas tindakannya ini. Ia pikir bisa jadi ia sudah terlalu rindu dengan kasih sayang ibu, makanya ia bisa percaya semudah ini.

Memikirkan ini semua membuat Tiffany Song kembali teringat wajah dengan senyuman dingin semalam. Wajah itu membuat sup ayam yang tengah ia santap seketika jadi sulit ditelan.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu