You Are My Soft Spot - Bab 175 Aku Tidak Tidur, Jangan Takut! (1)

Keesokan hari, Tiffany Song bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan bersama Bibi Lan. Ia pikir, selama menjaga Jasmine Yang di rumah sakit, Taylor Shen dan anggota-anggota keluarganya pasti tidak sempat memerhatikan makan. Tiffany Song bahkan sengaja mengecek makanan yang cocok bagi penderita paru-paru di Internet.

Setelah kelar mempersiapkannya, Tiffany Song berkendara ke rumah sakit dan tiba di sana pukul setengah delapan. Sesampainya di area ICU, anggota-anggota keluarga Shen sudah berkumpul lengkap di sana. Ada yang duduk, ada pulang yang berdiri. Mendengar suara langkah kaki, satu per satu dari mereka menengok ke sumber suara. Langkah kaki Tiffany Song terhenti.

Nelson Shen sekeluarga, Wayne Shen, Angela He, dan Angelina Lian semua di sana. Yang tidak terlihat batang hidungnya hanya Tuan Besar Shen dan Taylor Shen. Tiffany Song kembali melangkah menghampiri mereka.

Air muka semua orang kurang begitu bagus, mungkin karena tidak tidur semalaman. Angelina Lian memberi kode mata kepada Angela He. Yang diberi kode langsung menyindir, “Yo, akhirnya Nyonya Muda Keempat kita datang juga. Keluarga Shen mengalami kejadian sebesar ini bisa-bisanya dia ketiduran yah, luar biasa memang.”

Wayne Shen mengernyitkan alis. Ia menerima rantang yang diberikan Tiffany Song dan menyambut ramah: “Kakak Ipar Keempat, Kakak Keempat dan papa ada di ruang pasien. Kamu tunggu dulu ya di sini.”

“Terima kasih atas kabarnya. Bagaimana keadaan mama sekarang?” Tiffany Song bisa menebak orang-orang ini sudah datang kemari sejak kemarin malam. Hanya dia saja yang hari ini belum datang. Tidak peduli apa alasannya, Tuan Besar Shen pasti sudah mencatat ini di benaknya.

Tatapan Wayne Shen menjadi muram dan sedih, “Rasa-rasanya…… Tidak akan bertahan lama.”

Tiffany Song merinding. Taylor Shen semalam memang bilang kondisi mama cukup parah, tetapi ia sungguh tidak menyangka parah sampai tahap sekarat begini. Tiffany Song mendongak menatap pintu ruang pasien. Ia khawatir Taylor Shen tidak akan bisa menerima musibah yang akan segera datang ini.

Tiffany Song dan Wyane Shen tidak meladeni Angela He. Provokasi Angela He barusan pun lenyap begitu saja karena sapaan ramah Wayne Shen. Ia ingin mengungkitnya lagi, tetapi takut motif provokasinya jadi terlihat jelas. Angela He hanya bisa gigit-gigit bibir dengan wajah merah padam.

Meski belum sepenuhnya pulih dari insiden nyaris keguguran, begitu mendengar kabar Jasmine Yang masih hidup, ia buru-buru datang ke rumah sakit ini. Ia melakukan ini untuk memperoleh impresi yang positif dari Taylor Shen. Sayang, setibanya Taylor Shen di rumah sakit, pria itu langsung masuk ke ruang pasien tanpa meliriknya sama sekali.

Ia sungguh geram diperlakukan begini. Mau pergi salah, mau tetap tinggal juga salah. Pada akhirnya, ia tetap tinggal di sini sampai detik ini. Ia dari kecil selalu dimanja, kapan coba ia pernah diabaikan begini? Kehadiran Tiffany Song yang terlambat semakin membuat dia panas.

Melihat Tiffany Song mengabaikan dirinya, Angela He menyindir: “Ketika sudah punya buku nikah, kelakuannya jadi beda sekali dibanding ketika belum ya. Kakak Ipar Keempat sekarang jadi makin sombong, ia tidak menganggap kita penting lagi. Ini ketemu mantan mertua saja tidak menyapa. Orang dari keluarga bawah memang tidak kenal sopan santun ya.”

Wayne Shen melipat dahi. Ia menatap Angela He dengan tajam sambil memperingatkan, “Tutup mulutmu, atau kubuat bisu kamu!”

“Wayne Shen, kamu!” Wajah Angela He semakin merah. Angelina Lian buru-buru duduk di sampingnya, “Kakak Ipar Kelima jangan marah-marah. Kamu ini lagi hamil, sekalinya marah-marah nanti anaknya jadi jelek loh. Sudahlah kita tidak usah ladeni orang yang jadi sombong hanya karena punya Kakak Keempat saja itu.”

Tiffany Song berdiri tenang seolah tidak mendengar kata-kata mereka. Tidak ada gunanya bertengkar dengan dua orang ini, apalagi dia sendiri juga datangnya memang telat.

Jocelyn Yan daritadi mengamati anaknya. Sejak Tiffany Song hadir, tatapannya terus menempel ke Tiffany Song. Ia dalam hati membuang nafas pasrah. Ia lalu berkata: “Angela He, Angelina Lian, jangan banyak bicara kalian. Kalau Taylor Shen tiba-tiba lihat kalian meledek-ledek Tiffany Song, bisa rumit nanti urusannya.”

“He, memang dasar ya jadi sombong hanya karena Kakak Keempat,” deham Angela He dingin sambil melihat Tiffany Song dengan tatapan merendahkan.

Pintu ruang pasien tiba-tiba dibuka. Taylor Shen berdiri di depan pintu dengan gelisah. Ia menatap orang-orang yang sedang berkumpul, lalu mengalihkan pandangannya ke Tiffany Song. Taylor Shen bertanya datar: “Sudah datang kamu?”

Tiffany Song buru-buru menghampiri Taylor Shen. Ia menatap suaminya dengan khawatir. Bola mata Taylor Shen penuh garis-garis merah tanda kurang tidur, warna pipinya juga tidak segar. Tiffany Song sungguh ingin memeluk Taylor Shen saking kasihannya, tetapi ia merasa canggung melakukan ini di depan banyak orang. Tiffany Song memilih bertanya: “Iya, mama baik-baik saja kan? Aku tadi cari info soal kanker paru-paru di internet dan buatkan sup ayam yang berkhasiat baik bagi penderitanya.”

Taylor Shen menggeleng, “Ia masih tidur, nanti saja kalau sudah bangun baru kasih.”

“Oh, oke,” angguk Tiffany Song.

Taylor Shen menoleh ke kedua adiknya, “Wayne Shen, Angelina Lian, kalian masuk sebentar. Tiffany Song, kamu tunggu di luar dulu.”

Tiffany Song bergeser untuk memberi jalan bagi keduanya. Pintu ruang pasien kembali ditutup. Tiffany Song bersandar di samping tembok sambil menatap lantai, entah apa yang ada di benaknya.

Melihat Tiffany Song muram begini, William Tang ingin menghampirinya. Baru mau melangkah, Jocelyn Yan langsung memanggil namanya dan menggeleng. Tanpa peduli dengan larangan itu, si pria tetap menghampiri Tiffany Song: “Duduklah di kursi sana, kita tidak tahu harus menunggu berapa lama.”

Tiffany Song mendongak dan langsung melihat tatapan ramahnya. Wanita itu menggeleng pelan, “Tidak perlu, aku berdiri di sini saja oke kok.”

Angela He dalam hati tersenyum dingin melihat interaksi mereka. Apa bagusnya sih Tiffany Song sampai semua orang baik pada dia? Dirinya sendiri bahkan malah diabaikan.

Angela He sekarang menatapi sup bawaan Tiffany Song. Ia sudah semalaman ada di depan ruang pasien. Ia kini sangat kelaparan. Tanpa peduli ini buatan Tiffany Song, ia membuka rantang tersebut. Bau harum langsung menyerbak ke hidung sampai perutnya bunyi.

Melihat apa yang dilakukan Angela He, Tiffany Song buru-buru melarang: “Ini sup ayam buat mama, kamu tidak boleh makan.”

“Dasar pelit, ini kan banyak sekali, masa minta semangkuk saja tidak boleh?” Angela He mengambil mangkuk dan menyendok sup. Tiffany Song kembali membujuk Angela He untuk tidak makan, tetapi ia tetap bersikeras dengan kemauannya. Angela He bilang, bukannya ini hanya beberapa sendok saja? Kamu kok pelit sih?

Tiffany Song mengernyitkan alis. Ia mau mengambil rantang itu, tetapi Angela He menepuk tangannya. Tiffany Song mencoba menjelaskan: “Angela He, di dalam supnya ada obat. Aku takut obatnya malah akan berefek negatif untuk orang sehat seperti kita.”

Mencium bau harum sup, Jocelyn Yan menoleh ke perut Angela He. Beberapa hari ini ia sempat lewat ruang buku dan menguping pembicaraan Tuan Besar Shen dengan Paman Wei. Si pria tua bilang, ketika anak Angela He lahir, ia akan langsung membalik nama sebagian sahamnya dengan nama anak Angela He. Ini untuk jaminan sepasang ibu dan anak itu.

Kalau terjadi sesuatu pada anak ini, saham tidak akan jadi dibagi. Ia harus membuat sesuatu yang besar terjadi. Wanita itu lantas tertawa dan memanas-manasi: “Tiffany Song, pelit sekali sih kamu. Angela He hanya minta satu mangkuk kok. Omong-omong, Angela He saja tidak boleh makan, apalagi mamamu yang sekarang sedang sakit?”

"Iya. Kalau pelit ya ngaku pelit saja, jangan cari-cari alasan palsu,” timpal Angela He sambil menyantap sup.

Tiffany Song melihat sup Angela He yang sudah habis. Memang hanya satu mangkuk sih, seharusnya Angela He tidak akan mengalami apa-apa. Berselang berapa lama, Angela He kembali menyendok satu mangkuk sup lagi saking laparnya.

Kemampuan memasak Tiffany Song cukup bagus. Supnya sangat enak dimakan. Ketika sedang memikirkan ini, perut Angela He tiba-tiba merasakan nyeri yang sangat mendalam. Wanita itu sotak meringis dengan warna wajah yang semakin lama semakin pucat.

Tiffany Song buru-buru bertanya panik: “Angela He, kamu kenapa?”

Baru mau menjawab, rasa nyeri pada perut Angela He semakin parah. Ia segera memegangi perut. Secara tidak sengaja, wanita itu menumpahkan rantang dan mangkuknya ke lantai. Tumpahan kuah sup sempat mengenai ujung kaki Angela He. Untung saja saat ini musim dingin dan sepatunya tebal, jadi kakinya tidak terluka sama sekali.

Angela He memegangi perutnya dengan jidat penuh keringat dingin. Ia mendongak dengan wajah meringis dan bertanya keras pada si pembuat sup: “Tiffany Song, kamu taruh apa saja di supnya? Perutku nyeri sekali!”

Tiffany Song ikut ketakutan melihat Angela He begini. Ia menghampiri wanita itu dan menjawab panik: “Taruh bahan-bahan obat herbal seperti pada umumnya saja sih. Ada ginseng, kayu manis, kulit akar pohon peony, dan kuh-seng.”

“Haiya, Tiffany Song, kok kamu tidak bilang dari awal? Beberapa hari lalu Angela He nyaris keguguran. Tubuhnya ini sedang tidak baik, kamu malah kasih dia sup ayam yang di dalamnya mengandung bahan-bahan makanan yang tidak cocok untuk orang yang tengah mengalami threatened abortion. Kamu ini sengaja ingin dia benar-benar keguguran ya,” ujar Jocleyn Yan sambil melempar topi yang dikenakannya ke Tiffany Song. Tanpa memberi kesempatan bagi wanita itu untuk mendebat, Jocelyn Yan segera menyuruh William Tang memanggil dokter.

Si pria segera berlari ke unit gawat darurat.

Tiffany Song berdiri diam tanpa tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa mengmati Ia hanya bisa mengmati Ia hanya bisa mengamati darah segar mengalir deras dari selangkangan Angela He ke kursi biru yang didudukinya. Ia sungguh tidak tahu bahan-bahan obat herbal di sup buatannya tidak boleh dimakan ibu hamil. Di samping itu, Tiffany Song juga tidak tahu Angela He mengalami threatened abortion. Kalau tahu dua hal ini dari awal, ia pasti melarang keras wanita ini makan supnya.

Angela He kembali berteriak sambil merintih, “Tiffany Song, kamu sudah menyakiti aku. Nyeri sekali, tolong, siapa bisa tolong aku?”

Mendengar teriakan-teriakan di luar, orang-orang yang ada di dalam ruang pasien langsung keluar. Taylor Shen menghampiri Tiffany Song. Si wanita langsung menarik-narik baju suaminya sambil mencoba memberi penjelasan, “Taylor Shen, bukan aku. Aku tidak tahu, ia memaksa makan sup ayamku, aku……”

Dari kata-kata Tiffany Song yang terbata-bata ini, Taylor Shen kurang lebih sudah bisa menebak apa yang terjadi. Ia mengamati kuah sup yang tumpah dari rantang, lalu menenangkan istrinya: “Tiffany Song, jangan khawatir. Ada aku di sini.”

Tuan Besar Shen jadi orang yang keluar paling akhir dari ruang pasien. Ia melihat Angela He yang berbaring di ranjang yang ditarik perawat, lalu melihat tumpahan kuah sup di lantai. Setelah itu, si pria tua juga sadar sebuah kursi biru di hadapannya penuh darah. Ia menatap Tiffany Song lekat-lekat sambil mencari tahu, “Ada apa ini?”

Jocelyn Yan menceritakan semua yang terjadi barusan dengan ditambahi “bumbu-bumbu”. Ia jelas tidak mengatakan bahwa Tiffany Song sempat melarang Angela He. Nelson Shen mendengarkan di sebelah dengan was-was. Perang wanita memang pedas sekali sampai bisa bunuh-bunuhan.

Tuan Besar Shen sudah kelelahan dengan urusan Jasmine Yang. Sekarang, mendengarkan penuturan Jocelyn Yan yang sudah ditambah-tambahkan, ia bertanya lagi ke Tiffany Song dengan marah, “Yang dikatakan Jocelyn Yan itu benar?”

Tiffany Song menatap Jocelyn Yan. Wanita itu kebetulan juga sedang menatap dirinya, jadi pandangan mereka bertemu. Ia bisa menyadari kebencian dalam tatapan wanita itu. Pantas saja barusan Jocelyn Yan membela Angela He, kelihatannya ia dari awal sudah tahu bahwa ginseng yang ada di dalam sup ayam buatannya bisa berdampak mematikan bagi Angela He.

“Tiffany Song, jawab.” Taylor Shen menatap wanita dalam pelukannya. Ia tidak percaya dengan cerita Jocelyn Yan. Tiffany Song tidak punya urusan apa-apa dengan anak dalam kandungan Angela He.

“Kejadian sebenarnya bukan begitu. Aku sudah bilang di dalam sup ayamnya ada bahan-bahan obat herbal, tapi Angela He tidak mau dengar. Aku sendiri juga tidak tahu bahan-bahan obat itu bisa berefek negatif pada kehamilan Angela He, kalau tahu aku pasti langsung halangi,” urai Tiffany Song. Ia jelas-jelas kemari untuk mengejuk mama Taylor Shen, mengapa akhirnya malah jadi begini?

“Bahan-bahan obat herbal yang kamu taruh itu kamu tahu dari mana?” tanya Tuan Besar Shen.

Angelina Lian menjawab duluan: “Tadi Kakak Ipar Keempat bilang dia belajar dari Internet. Mau kasih mama sesuatu yang sumbernya dari Internet sungguh riskan, memang yang di Internet itu seratus persen benar? Aku sungguh tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada mama kalau dia yang makan.”

“Yang dikatakan Angelina Lian benar. Meramu sup begini tidak boleh asal cek dari Internet. Kalau sampai salah bahan dan diminum mama, aku takut……” Jocelyn Yan tidak menyelesaikan kalimatnya. Melihat wajah Tuan Besar Shen semakin lama semakin muram, ia tahu pria ini sudah membuat suatu keputusan dalam hatinya.

Tiffany Song tidak melawan. Ia memang kurang hati-hati soal referensi dari Internet itu. Ia sebenarnya hanya ingin melakukan sesuatu bagi Taylor Shen, tetapi hasilnya malah begini. Wanita itu menjelaskan lagi dengan lemas, “Aku sudah mengecek buku kedokteran juga kok. Bahan-bahan obat herbal ini semuanya bagus untuk tubuh dan tidak punya efek negatif sama sekali.”

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu