You Are My Soft Spot - Bab 400 Ke Tempatku Yuk? (2)

Ketika mendengarkan itu, James He dengan hati kesal langsung menghampiri Erin dan memeluknya dari belakang. Si pria setelahnya menggigit sedikit telinga Erin, lalu si wanita pun langsung bergidik pelan. Sudut bibir James He menyiratkan senyum. Di mulut bilang tidak suka, tapi tubuh malah menunjukkan reaksi!

Erin dengan canggung menyudahi percakapan telepon dengan mamanya. Ia melepaskan tangan James He dari pinggangnya dan mengembalikan ponsel ke tangan si pria, lalu berkata: “Tuan Muda, lain kali kalau berteleponan dengan mamaku, jangan suruh aku bicara. Ini tidak baik, ia bisa berpikir macam-macam.”

Meski hati James He agak kesal, ia di tahap ini masih bisa mengendalikan diri. Ia tahu penolakan Erin padanya ini bukan sesuatu yang bisa diubah dalam satu hari, “Oke.”

Si wanita menatap si pria dengan kaget. Ia sama sekali tidak menyangka James He bakal menjawab iya sesantai ini. Dipikirnya, James He pasti akan mencari berbagai cara buat menyusahi dirinya. Ketika Erin membuang muka, hatinya agak berdesir begitu ingat pesan mamanya barusan. Wanita itu berkata dingin, “Kata-kataku barusan……”

“Kamu sudah kapan pun dipanggil akan datang. Erin, kalau kamu berani mengubah ini, aku akan menelepon Bibi Yun lagi dan bilang aku ingin menikahimu.” James He sama sekali tidak bercanda, ia memang ingin menikah dengan Erin! Kalau si wantia tidak mau bekerjasama dengannya, ia akan mengerahkan segala cara untuk membuatnya berubah pikiran!

“Sudah gila kamu!” Erin menatap James He dengan terkejut. Ia pikir si pria hanya tertarik pada tubuhnya, sebab hampir setiap kali mereka berjumpa, tingkah James He pasti bakal cabul. Ia tidak menyangka pria ini ternyata juga ingin menikahinya. Tidak bisakah James He membayangkan berap banyak reaksi negatif yang bakal mereka dapatkan sekalinya semua orang rumah tahu hubungan mereka?

James He menatap Erin lekat-lekat, “Erin, aku tidak gila. Aku tahu aku lagi melakukan apa, juga paham kebulatan tekadku. Aku beri kamu waktu untuk mempersiapkan diri, namun kamu tidak boleh mundur sama sekali. Kalau kamu tidak bersedia melangkah ke depan bersamaku, maka aku akan menggunakan caraku untuk membuatmu mau. Sepuluh tahun lalu, aku sudah melewatkan kesempatan untuk memilikimu seumur hidup. Hari ini, aku bersumpah tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi.”

Erin dalam hati berpikir, apa yang dimaksud James He dengan “sepuluh tahun lalu” adalah kejadian malam itu? Ia memanggil, “James He……”

“Kalau kamu takut dan khawatir, bersembunyilah di belakangku. Aku akan membantu menyelesaikan semua urusanmu dengan baik, yang perlu kamu lakukan hanya bertahan di sisiku. Sanggup?” tutur James He lagi. Ia ingat kata-kata yang pernah Erin katakan padanya, yakni ia tidak mau jadi wanita simpanan atau pun boneka seks. James He sendiri tidak pernah terpikir untuk memberinya dua peran itu. Yang ia dari dulu inginkan adalah Erin menjadi wanita yang ia bisa gandeng di hadapan siapa pun dan di tempat apa pun, tanpa kecuali!

“Aku……” Dengan mata agak berkaca-kaca, Erin menjawab: “Suasana hatiku sangat berantakan. Berikan aku waktu untuk berpikir.”

“Baik, satu jam cukup tidak?” tawar James He. Ia daritadi menjawab dengan cepat karena tidak mau Erin menghindar darinya lebih lama lagi.

“……” Yang ditawari menggeleng, “Tiga hari, berikan aku tiga hari bisa?”

“Baik!” angguk James He dengan niatan untuk memberi Erin keleluasaan lebih. Ia mengambil kotak postpill lagi dan mengingatkan: “Lain kali jangan minum obat beginian lagi. Kalau kamu belum mau hamil, aku akan pakai pengaman.”

Wajah Erin terasa menghangat. Setelah James He berbalik badan dan keluar kamar, ia terduduk lemas di kasur pemanas. Si wanita menepuk-nepuk pipinya yang terasa hangat. Peringatan mama masih berdengung di telinganya, ia sekarang harus bagaimana?

Dua hari kemudian, mereka semua bersiap meninggalkan Kota Kecil Luoshui. Matahari bersinar terik pada hari itu, namun udara malah lebih dingin daripada saat salju turun.

Begitu berjalan keluar hotel, Erin melihat beberapa buah sedan dan sebuah Jeep tentara di deretan paling belakang. Marco Xu berada di sebelah mobil Jeep dengan pakaian kasual. Kedua tangannya yang dimasukkan di saku membuatnya kelihatan makin santai.

Melihat sosok Erin, Marco Xu menatapnya lembut dan melangkah menghampiri.

Pada saat bersamaan, sudut mata Erin melihat sosok James He berjalan keluar dari hotel. Tanpa sedikit pun keraguan, si wanita memilih menghampiri Marco Xu. Sudah berpikir selama dua hari, suasana hatinya malah tambah kacau. Ia ingin menutupi kekacauan ini dengan menghindari pertemuan dengan James He.

Sayang ia tidak bisa menghindar tiap saat, alasannya adalah kamar si pria persis ada di sebelah kamarnya. Tiap mau turun ke lantai bawah, Erin harus melewati kamar James He. Ia tahu pria itu terus menantikan keputusannya, namun ia tidak juga bisa melakukan itu.

Dari dalam Jeep tentara, Erin melihat James He berdiri gusar di depan hotel. Ketika pria itu menatap dirinya, ia langsung membuang muka dan pura-pura tidak lihat. James He merogoh ponsel dan menelepon Erin, namun operator menyebut yang ditelepon lagi sibuk. Ketika ia mencoba meneleponnya sekali lagi, ponsel orang seberang sudah dimatikan.

James He pada akhirnya tidak tahan dan berjalan ke Jeep tentara, namun mobil itu buru-buru pergi. Wajahnya langsung jadi merah padam. Beruntung, perhatiannya kemudian teralihkan oleh kedatangan Taylor Shen dan Vero He yang baru keluar hotel. Ia mengangguk pada sahabatnya dan mereka bertiga pun masuk mobil sama-sama.

Ketika Erin mematikan telepon, Marco Xu menoleh padanya dan berkata lembut, “Erin, aku sudah meminta dimutasi ke Kota Tong, keputusannya akan turun bulan depan. Perkataan yang aku ucapkan waktu itu, apa kamu sudah memikirkannya dengan serius?”

Si wanita bengong. Ketika namanya dipanggil lagi, ia baru bangun dari lamunan dan bertanya bingung, “Ada apa?”

Wajah Marco Xu langsung jadi pasrah melihat kelakuan si wanita. Pria itu menggeleng saja, “Tidak ada apa-apa. Nanti kamu lihat sendiri saja.”

Sepanjang perjalanan dari Kota Kecil Luoshui ke bandara Kota A, Marco Xu dan Erin tidak berbincang sama sekali. Ketika mobil diparkir di depan bandara, si pria turun dari mobil dan berdiri di hadapan Erin. Kebetulan sekali di belakang mobilnya juga ada jejeran mobil yang ikut berhenti, jadi dengan sudut mata ia bisa melihat sosok pria yang turun dari salah satu mobil. Marco Xu buru-buru maju satu langkah, memeluk Erin, dan tersenyum kecil: “Erin, hati-hati di jalan. Kalau sudah sampai, kabari aku ya.”

Tanpa menunggu respon dari Erin, ia sudah melepaskan pelukan dan mengalihkan pandangan ke pria berwajah merah padam tidak jauh di belakang Erin. Marco Xu bertutur: “Ketua Tim He, kali ini aku belum bisa memenuhi ajakanmu buat makan bersama. Tunggu aku bulan depan dipindahkan ke Kota Tong, kita laksanakan itu ya.”

Karena tadi jelas-jelas melihat Marco Xu peluk Erin, tidak peduli seberapa hormatnya si tentara pada dirinya, James He tetap merasa risih. Kalau yang bertindak begini adalah orang lain, James He tidak bakal merasa terancam. Yang jadi masalah, lawannya ini Marco Xu……

James He tidak akan pernah lupa kejadian sepuluh tahun lalu. Memori itu mirip sebatang duri yang tertancap di hatinya, sekali disentuh pasti bakal menimbulkan rasa sakit.

Sekarang, kekhawatirannya kalau-kalau kejadian itu terulang lagi ditambah dengan kehadiran Marco Xu. Pria itu sudah mengibarkan bendera perlombaan padanya. Mungkin Marco Xu tidak punya keunggulan yang luar biasa di hati Erin, tetapi di hadapan Bibi Yun, pria itu punya sesuatu yang tidak dia miliki.

Di mata Bibi Yun dirinya adalah orang terhormat dan keluarga juga dianggap malaikat, jadi bibi itu pasti tidak akan mau menikahkan Erin dengannya. Sementara itu, Marco Xu memiliki status sosial yang biasa-biasa. Dia jelas sesuai dengan kriteria Bibi Yun terkait pendamping hidup Erin!

Kalau harus memilih dirinya dan Marco Xu, Bibi Yun tanpa diragukan lagi pasti bakal memilih Marco Xu. Apalagi, pria itu juga punya kemampuan yang diatas rata-rata. Akan ada waktunya di mana Marco Xu akan bersinar di dunia ketentaraan, tunggu saja……

Melihat si lawan cinta mau tinggal sekota dengan dirinya sekaligus wanita yang diperebutkan, mana rela James He?

“Oh, kamu minta dipindahkan ke Kota Tong? Baik, lihat saja bakal berhasil pindah atau tidak.” James He bersumpah akan mengerahkan segala cara untuk menganggu pemindahan Marco Xu. Kalau berhasil membatalkan perpindahan itu, jalannya pasti akan jauh lebih mulus!

Marco Xu tidak menganggap serius ancaman James He. Ia tersenyum tipis: “Ketua Tim He, hati-hati di jalan!”

Si pria melambaikan tangan pada Erin, lalu memutari mobil dan masuk. Erin mengamati kepergian Jeep tentara, lalu menarik pandangannya ketika merasakan ada sepasang mata yang menatapnya lekat-lekat. Jelas, itu tatapan James He yang cemburu.

James He sungguh ingin mencekik Erin sampai minta ampun. Ia memberinya waktu tiga hari untuk berpikir baik-baik soal hubungan mereka, bukan malah main dengan pria lain apalagi dengan Marco Xu. Sungguh, hatinya sangat gusar membayangkan senyuman si lawan cinta! Ia berujar dingin: “Orangnya sudah jauh, buat apa masih dilihati? Kalau tidak rela berpisah, sana susul dia.”

Mendengar kemarahan dalam nada bicara James He, Erin malas menanggapinya karena bakal ribut. Ia langsung berjalan ke dalam bandara sendirian.

James He, yang lagi menaruh kedua tangan di saku, buru-buru mengejar Erin waktu melihatnya mau pergi. Tidak jauh dari titik awal, tepatnya persis setelah masuk bandara, si pria berhasil mengejar si wanita. James He menahan pergelangan tangan Erin dan mendekapnya, “Erin, aku sangat marah!”

Tatapan si pria menyiratkan dirinya mau dibujuk biar tidak marah lagi dan mau kasih maaf. Erin menatap ke segala sisi bandara. Menyadari tidak ada Taylor Shen, Nona He, dan para pengawal pribadi di sekitar, ia berjinjit dan menempelkan bibir ke bibir James He.

Si pria terhenyak dengan bibir yang berasa tersetrum listrik. Tidak peduli seberapa marah dirinya sekarang, inisiatif kecupan dari Erin langsung membuat dirinya sepenuhnya tenang. Kini yang tersisa hanya hati berbunga dan kebahagiaan.

Waktu James He mau menahan pinggang Erin dan memperdalam ciuman ini, si wanita sudah duluan melepaskan ciumannya dan jalan lagi. Baru satu langkah, tangannya sudah ditahan oleh tangan si pria. Wajah Erin memerah dan menampilkan kecanggungan.

Jantung Erin kemudian berdebar kencang karena ditatap James He lekat-lekat. Ia menarik tangan si pria dan mengajak: “Yuk jalan, sebentar lagi sudah bisa masuk pesawat.”

James He menarik Erin biar mereka berhadap-hadapan lagi, lalu menahan pinggangnya. Ia bertanya bagai lagi melakukan interogasi, “Apa maksudmu menciumku? Kamu sudah punya keputusan? Jadi apa jawabannya?”

James He mau tidak mau harus mengaku, ia sebenarnya menyesal memberi Erin waktu tiga hari. Selama periode ini, ia merasa sangat tersiksa bagai narapidana yang diikat di kursi dengan sebilah pisau digantungkan di atasnya. Ia tidak tahu kapan pisau itu akan jatuh, juga tidak tahu apakah benar-benar bakal jatuh atau tidak.

Ini pertama kalinya James he tidak percaya diri dengan pesonanya. Sebabnya, wanita yang dihadapinya adalah Erin yang lebih keras kepala dibanding siapa pun.

Erin menunduk untuk menghindari tatapan tajam James He. Melihat kancing kemejanya, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengangkat tangan dan memainkannya. Si wanita menjawab: “Bukannya kamu bilang kamu sangat marah? Habis aku cium, kamu harusnya tidak marah lagi kan?”

Jantung James He berdebar kencang. Hal-hal yang Erin kadang lakukan sungguh bisa membuat kaget. Yang menyebalkannya adalah, tiap kali ia mau memberi reaksi atas keterkagetannya, si wanita akan menghindar dan kembali bersikap dingin.

Gila, hati James He benar-benar terpikat oleh wanita aneh ini! Ia sedikit menyesal agak terlambat dalam bergerak, kalau tidak dari dulu-dulu ia sudah bisa mendapatkannnya.

“Aku tadi memang sangat marah, tetapi sekarang jadi sangat bergelora. Aku ingin membawamu ke kamar mandi, lalu……” James He membisikkan lanjutannya ke telinga Erin.

Wajah Erin terasa menghangat karena tersipu. Bisa-bisanya James He menggoda dirinya di tempat umum begini! Ketika Erin mendorong James He dan berbalik badan, tubuhnya kembali diputar oleh si pria. James He menatap sisi belakang Erin dengan ganjil, lalu menciumi bibir si wanita biar bisa menutupi wajahnya.

Erin tidak tahu James He barusan melihat apa. Ia hanya bisa mendengar langkah sepatu yang terburu-buru namun teratur di belakang. Berselang tiga detik, sudut mata si wanita menangkap bayangan sesosok pria berjas hitam berjalan melewati mereka. Di sisi kiri dan kanan si pria, ada puluhan pengawal pribadi. Erin mengernyitkan alis, sebab wajah samping pria itu terasa agak familiar.

Setelah rombongan itu menjauh, James He baru melepaskan Erin sambil tetap menatap pergerakan si pria. Seolah merasakan tatapan dirinya, si pria tiba-tiba menghentikan langkah dan berbalik badan dan menatap James He.

Yang ditatap buru-buru membenamkan kepala Erin ke dekapan lagi, lalu menggarangkan tatapan. Si pria berjas hitam tersenyum dan mengangguk, kemudian melangkah cepat keluar bandara.

Kepalanya bersinggungan dengan dada bidang James He, Erin bisa merasakan tubuh si pria menegang. Dia mirip seekor singa yang seketika waspada waktu melihat musuh masuk ke teritorinya.

Erin mengernyitkan alis. Ia ingin mengecek pria barusan untuk memastikan apakah dia benar-benar sosok yang dikenalinya, namun gagal menemukan batang hidungnya lagi waktu mendongak.

Erin menoleh ke James He. Kebetulan, si pria juga lagi menatapnya dengan khawatir. James He menggandeng tangan Erin dan mencairkan suasana: “Yuk jalan. Kalau kamu masih melihatku begini lagi, aku sungguh-sungguh tarik kamu ke kamar mandi loh.”

“……” Si wanita mengikuti langkah si pria. Baru jalan sedikit, Erin kembali menoleh ke spot kemunculan pria berjas hitam tadi. Ia seharusnya salah lihat sih, tidak mungkin lah Rodrigo Xi ada di sini!

James He menggandeng Erin ke ruang tunggu VIP. Ruang tunggu ini area aman, sebab selain ada Taylor Shen dan Vero He, pengawal pribadi juga berjaga di dalamnya. Sebelum masuk ruang tunggu VIP, si wanita melepaskan tangannya dari tangan si pria. James He menatapnya sekilas, lalu tidak memaksanya bergandengan lagi.

Setelah memastikan tidak ada ancaman apa pun pada Erin, James He bangkit dari kursi tunggu dan pergi ke kamar mandi. Ia mengecek setiap bilik yang ada, lalu baru merogoh ponsel dan menelepon sebuah nomor setelah yakin tidak ada siapa pun di sekitar. Begitu telepon diangkat, si pria bertutur, “Bro, Rodrigo Xi datang ke Kota A.”

James He bercerita dan memerintah: “Aku berpapasan dengannya di bandara. Ia harusnya mengenaliku, entahlah apa juga mengenali Erin yang jalan di sebelahku. Kerahkan semua kemampuanmu untuk membuat informasi penerbanganku kami tidak bisa diselidiki.” Waktu muncul di Weibo lalu, Erin sudah menarik perhatian khalayak luas. Malam itu Rodrigo Xi muncul di apartemen tempat Erin berada. Kalau dirinya terlambat selangkah saja, orang yang akan Rodrigo Xi temui di balik pintu apartemen jelas wanitanya!

“Bro, ini kelihatannya agak sulit.”

“Kalau tidak sulit, buat apa aku minta bantuanmu coba? Coba kamu bayangkan, kalau sampai identitas Erin terbongkar, Rodrigo Xi kedepannya bisa makin macam-macam,” balas James He dengan sedikit emosi. James He pikir, Erin bisa hidup tenang sampai wafat setelah kejadian itu.

Tetapi, realitas ternyata sangat kejam. Ada beberapa hal yang muncul ketika James He belum bisa mengontrolnya. Mengapa, mengapa baru dua tahun?

“Baik, aku segera urus.”

Si pria mematikan telepon dengan pelipis yang berdenyut. Bibirnaya menegang ketika teringat senyuman penuh kepercayaan diri Rodrigo Xi pada dirinya tadi. Identitas dirinya terbongkar tidak masalah, tetapi identitas Erin tidak boleh!

Sampai ketika mendengar pengumuman bahwa pesawat sudah bisa dimasuki, James He baru keluar dari toilet dan kembali ke ruang tunggu VIP.

Di luar bandara, Rodrigo Xi duduk di dalam sebuah Rolls-Royce hitam. Teringat pasangan yang ia jumpai barusan, ia memerintah: “Martin, telusuri dua orang itu.”

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu