You Are My Soft Spot - Bab 107 Asal Kamu Tidak Meninggalkanku, Aku Juga Tidak Akan Meninggalkanmu

William Tang berdiri di depan gedung anak perusahaannya. Dilihat dari kepribadian Tiffany Song, ketika menghadapi ancamannya, wanita itu pasti akan turun ke lantai bawah untuk menemuinya. Satu menit demi satu menit berlalu, namun Tiffany Song tidak datang juga. William Tang sendiri tidak paham dengan perasaannya sendiri, apakah ia ingin Tiffany Song turun menemuinya demi melindungi Taylor Shen atau ia ingin wanita itu tidak turun.

Ia dan Tiffany Song sudah saling kenal delapan tahun, ia paham betul kepribadiannya. Tiffany Song pasti akan mematuhi ancamannya karena wanita itu begitu mencintainya.

Telinga William Tang tiba-tiba mendengar deruman mobil. Ia menoleh dan langsung melihat sebuah Mercedes-Benz hitam tengah melaju sangat kencang ke arahnya. Mobil itu semakin lama semakin dekat dengannya. William Tang mencoba mengenali siapa pengemudinya. Itu Taylor Shen, mata pria itu terlihat berapi-api seolah ingin melampiaskan semua dendam pada dirinya.

William Tang familiar dengan situasi ini. Waktu itu, ia juga ingin menabrak Taylor Shen dengan Lamborghini-nya, dan pria itu tetap berdiri tenang di tempat seolah tidak terjadi apa-apa. Taylor Shen seperti tengah bertaruh apakah ia punya cukup keberanian untuk menabraknya.

Taylor Shen sama sekali tidak menyimpan keraguan seperti William Tang waktu itu. Ia sungguh-sungguh mau menabrak mati William Tang sekarang juga!

Punggung William Tang berkeringat dingin. Ia ingin tenang, namun hatinya semakin lama semakin panik. Mercedes Benz hitam milik Taylor Shen terlihat seperti binatang buas yang tengah mengamuk dan ingin mencabik-cabik tubuh musuknya. William Tang akhirnya takluk oleh ketakutannya. Ia buru-buru berguling di tanah untuk menghindar!

Ketika William Tang berhenti berguling, Taylor Shen langsung menekan pedal remnya. Mobil Bercedes Benz-nya berhenti tepat di tempat William Tang berdiri barusan. Kalau William Tang barusan tidak menghindar, jiwanya pasti sudah terbang ke akhirat sana sekarang.

William Tang kemudian bangkit berdiri. Ia masih ketakutan, namun sekaligus sangat marah dengan perangai Taylor Shen. Ia menatap kaca supir mobil Taylor Shen lekat-lekat dengan sepasang tangan yang masih gemetar.

Kaca supir perlahan diturunkan dan wajah tampan Taylor Shen pun muncul. Dengan tatapan yang mengandung kebencian, ia menatap William Tang balik: “Mati saja masih takut, atas dasar apa kamu bisa mengancamku?”

William Tang mendebat balik, “Kalian pikir kalian bisa bersama?”

“Bisa atau tidak kami bersama itu bukan urusanmu. Cepat naik!” Taylor Shen menarik pandangannya dari William Tang dan kembali menatap ke depan.

William Tang menggertakan gigi kesal. Ia naik ke kursi penumpang belakang. Taylor Shen tersenyum dingin sambil melirik spion belakang. Ia kemudian melajukan mobilnya meninggalkan gedung anak perusahaan.

Taylor Shen dan William Tang duduk berhadap-hadapan di dalam kafe. Taylor Shen bersandar santai di sofa sambil melipat kedua kakinya. Ia menatap William Tang dengan tenang. Kebenciannya yang memuncak dan nyaris berujung pada kematian William Tang barusan sudah sepenuhnya hilang.

William Tang, sebaliknya, duduk dengan tegang. Ia memulai percakapan: “Aku harus bagaimana agar kamu mau melepaskannya?”

“Kami berdua saling cinta, tidak ada orang yang bisa memisahkan kami. Aku malah bingung denganmu. Waktu dia bersamamu, kamu terus mengabaikannya. Ketika dia sakit hati dan memutuskan pergi, kamu malah memohon-mohon cintanya lagi. Sikapmu ini membuatku teringat dua kata.” Taylor Shen menghentikan kalimatnya dan menyeruput kopinya.

William Tang langsung punya firasat kuat, yang Taylor Shen akan katakan pasti berbau hinaan!

“Pria brengsek!” lanjut Taylor Shen.

Raut wajah William Tang berubah. Ia menggertakan gigi lalu memberi ultimatum: “Taylor Shen, jangan keterlaluan kamu.”

“Eh, kamu tidak memanggilku Paman Keempat? Jadi serendah ini ajaran papa mamamu dalam hal menghargai orang yang lebih tua?” Taylor Shen sebenarnya hanya lebih tua dua tahun dari William Tang, tetapi nama besarnya kini sudah jauh melampauinya. Taylor Shen merasa puas ia bisa berada dalam posisi yang mengintimidasi, bukan sebaliknya.

William Tang sungguh risih. Sejak mereka bertemu pertama kali, ia selalu saja berada dalam posisi yang inferior. Setiap kali berhadapan dengan Taylor Shen, ia pasti merasa tertekan. Ia tersenyum dingin: “Itu kamu sendiri tahu kamu lebih tua, jadi lakukan lah apa yang orang yang lebih tua harus lakukan. Jangan ganggu-ganggu istri iparmu.”

“Hehe.” Taylor Shen membalas dengan senyuman dingin juga, “Aku perbaiki sedikit. Mantan istri ipar, sebab kamu sekarang sudah tidak ada hubungan apa-apa dengannya.”

“Apa kamu bilang? Sepertinya pemikiranmu tidak tepat.” William Tang mengepalkan kedua tangannya erat-erat mencoba menahan emosinya yang membuncah, “Tiffany Song pernah mencintaiku selama delapan tahun. TIdak peduli bagaimana aku menyakitinya, ia tidak pernah mau pergi. Kamu pikir hanya dalam waktu yang singkat ia bisa melupakan perasaannya padaku?”

Taylor Shen menyindir keras, “Satu mantan suami yang menyakitinya terus-menerus, satu lagi pacar yang mencintainya sampai ke tulang-tulang. Aku pikir, orang pintar seharusnya tahu harus memilih yang mana? Kamu sudah terbiasa bermain wanita sampai berpikir semua wanita cinta padamu ya?”

William Tang terhenyak mendengar pernyataan ini. Sebelum bercerai, ia sempat mencoba menjebak Tiffany Song agar bernostalgia dalam cinta mereka waktu dulu. Ia ingin Tiffany Song tidak ikhlas melepaskan kenangan-kenangan bersamanya.

William Tang pikir, setelah mereka sama-sama tenang, Tiffany Song akan kembali menerima pendekatan cintanya. Sayang, selepas bercerai, Tiffany Song malah langsung sepenuhnya menghilang dari hidupnya. Harapan William Tang berakhir kosong.

Kekosongan itu tidak bisa diisi oleh siapa pun. Saking hancurnya hati, William Tang bahkan tidak bisa kembali ke kehidupannya yang normal. Jadi, selama lima tahun berlalu, wanita yang paling ia cintai sebenarnya masihlah Tiffany Song.

“William Tang, kamu sudah mau tiga puluh tahun. Di usia ini, kamu harus bersikap dewasa dalam hal apa pun, jangan kekanak-kanakan seperti anak yang tidak dapat permen. Orang dewasa harus paham kapan waktunya mengambil, kapan waktunya melepas. Kamu paham itu kan seharusnya?” tanya Taylor Shen dengan nada menggurui seperti seorang senior.

“Kakak Keempat, kamu tidak mengizinkan aku menemuinya karena kamu khawatir ia akan jatuh cinta lagi padaku kan?” Melihat Taylor Shen mengernyitkan matanya, William Tang langsung tertawa seolah ia berhasil menusuk titik lemahnya. Tawanya sangat bahagia dan kencang. Ia kemudian melanjutkan provokasinya: “Oh ya, ada satu hal yang lupa aku beritahu padamu. Beberapa hari lalu, ketika Tiffany Song pulang ke rumah kediaman keluarga Song, ia dan aku masih berciuman di bawah pohon. Kalau memang isi hatinya adalah kamu, bagaimana bisa ia bersedia berciuman denganku?”

Semua urat di jidat Taylor Shen tegang. Pria itu langsung bangkit berdiri, menarik kerah William Tang kencang-kencang, sambil menjatuhkan ancaman, “William Tang, aku peringatkan kamu, Tiffany Song sekarang kekasihku. Kalau kamu berani menyentuhnya sedikit pun, lihat saja apa yang akan aku lakukan!”

“Marah nih ya?” William Tang melanjutkan kalimatnya tanpa sedikit pun rasa takut, “Tiffany Song adalah wanita yang sangat pemalu. Sedikit saja disentuh, sekujur tubuhnya akan langsung merah seperti udang rebus. Kamu tahu tidak kami sudah tidur dan berhubungan seks berapa kali selama menikah selama ini? Eh iya, aku lupa, Kakak Keempat kan sangat suka pakai sepatu rusak bekas orang lain. Kamu pikir saja, kalau tidak ada jasaku yang menggodanya dulu-dulu, bagaimana bisa Tiffany Song jadi sesensitif dan sepemalu ini?”

“Manusia tidak tahu diri!” Taylor Shen mengepalkan tangannya erat-erat sambil menatap William Tang. Anehnya, ia tidak juga menghujamkan kepalan itu ke wajah William Tang. Taylor Shen tiba-tiba melepaskan tangannya dari kerah William Tang, mengambil tisu di atas meja, lalu menyindir: “Tenang saja, aku tidak akan memukulmu, kalau memukulmu tanganku jadi kotor.”

Taylor Shen kemudian melempar tisu yang ia genggam ke wajah William Tang. Melihat William Tang menghindari lemparannya, ia tersenyum dingin: “Aku sekarang mengerti mengapa Tiffany Song sekeras kepala itu ingin bercerai denganmu. Satu kepribadian baik pun kamu tidak punya. Ia mungkin saat ini juga menyesal berat pernah jatuh hati padamu!”

Taylor Shen langsung bangkit berdiri dan pergi.

William Tang mengamati bayangan tubuh Taylor Shen dengan marah. Ia menyapu meja dengan tangannya, gelas kopi yang ada di atas meja pun langsung jatuh ke tanah dan pecah. Pria itu kemudian merapikan kerah kemejanya dengan nafas yang naik turun.

Taylor Shen, aku selamanya tidak akan membiarkan kalian bisa bersatu, selamanya!

……

Tiffany Song sudah menunggu sampai bosan di ruang istirahat, tetapi Taylor Shen tidak datang juga. Taylor Shen menguncinya di dalam ruang istirahat tanpa membawa apa pun, bahkan tas dan ponselnya pun ditinggal di luar. Dalam keadaannya seperti ini, ia mau telepon Taylor Shen pakai apa coba?

Tiffany Song mondar-mandir di ruang istirahat dengan cemas. Waktu berlalu sangat lambat. Satu jam, dua jam…… Ia kemudian menyadari sebuah masalah besar, di ruang istirahat tidak ada kamar mandi.

Tiffany Song kehilangan kata-kata. Bagaimana kalau ia mau pipis?

Taylor Shen langsung masuk mobil setelah meninggalkan kafe. Nafasnya naik turun dengan cepat. Ia memejamkan mata erat-erat, kata-kata William Tang barusan masih terus berdengung di telinganya. Kedua tangannya ia istirahatkan di kemudi supir.

Akui saja, Taylor Shen, kamu cemburu dengannya sampai setengah gila.

Dering ponsel Taylor Shen langsung menarik konsentrasinya dari lamunan. Ia mengangkat telepon yang masuk, dan suara Christian langsung terdengar dari seberang sana. Asistennya itu bertanya: “CEO Shen, orang-orang Departemen Pengawasan Kualitas sudah tiba di kompleks vila, kamu kapan tiba?”

“Aku segera ke sana.” Taylor Shen langsung mematikan telepon dan mengemudikan mobilnya ke kompleks vila.

Departemen Pengawasan datang untuk mengadakan inspeksi kelayakan bangunan ke tiap-tiap vila. Setelah semua vila lolos inspeksi, pembangunan baru bisa dilanjutkan. Taylor Shen memutuskan menyiarkan langsung seluruh proses inspeksi di televisi. Ia juga mengundang banyak pemilik vila untuk hadir, termasuk Jordan Bo dan istrinya.

Dengan proses inspeksi yang sepenuhnya transparan, Taylor Shen ingin membangun kembali kepercayaan masyarakat umum pada Shen’s Corp. Bila ada bangunan vila yang tidak memenuhi syarat inspeksi, Taylor Shen akan membangunnya ulang dari awal. Ia tidak mau ada satu pun vila yang tidak memenuhi syarat sampai ke tangan pembeli.

Proses inspeksi pun dimulai. Semua bangunan vila lolos uji, selain vila nomor sepuluh. Taylor Shen langsung menyuruh Christian menyiapkan orang-orang untuk menghancurkannya.

Ini jalan satu-satunya bagi Taylor Shen untuk menarik kepercayaan orang-orang pada Shen’s Corp. Christian tanpa ragu langsung berbalik badan untuk memanggil orang-orang tersebut.

Wartawan langsung berkumpul di tempat yang agak jauh. Dari jarak beberapa puluh meter, mereka semua menyaksikan vila nomor sepuluh dihancurkan sampai rata dengan tanah. Taylor Shen berdiri di depan lensa kamera, dan dengan wajah yang serius berkata: “Perusahaan properti Shen’s Corp selalu berusaha memberikan rumah dengan kualitas terbaik bagi semua konsumen. Sekalinya ditemukan rumah yang tidak lulus inspeksi, kami akan langsung menghancurkannya dan membangunnya kembali. Tidak boleh ada satu rumah gagal uji yang terjual ke konsumen, kami hanya mau menjual rumah berkualitas baik. Perusahaan properti Shen’s Corp bertekad melindungi keselamatan Anda seperti halnya seorang anggota keluarga.”

Christian meminta para wartawan bergeser. Jordan Bo kemudian berjalan ke sebelah Taylor Shen. Melihat vila nomor sepuluh kini rata dengan tanah, ia berkomentar: “Kamu ternyata sangat tidak sayang dengan modal ya. Kamu rela menghancurkan rumah saendiri hanya demi menarik Shen’s Corp dari krisis.”

Taylor Shen memasukkan kedua tangannya di kantong celana. Kalau dibilang sama sekali tidak sakit hati, ia bohong. Vila itu adalah mimpi besarnya. Ia berkata datar: “Kalau mau mendapatkan sesuatu, kita harus rela mengorbankan sesuatu juga.”

Jordan Bo menepuk-nepuk bahu Taylor Shen: “Pasti orang-orang yang menjebakmu itu tidak akan menyangka kamu bisa menggunakan cara sesimpel dan sekasar ini untuk mengatasi masalah.”

Taylor Shen mengangkat bahunya. Ia jadi ingat, ia bisa bersinar di Wall Street dan merebut Shen’s Corp dua-duanya karena cara yang simpel dan kasar. Ketika orang-orang tidak rela melepas, ia selalu rela, sebabia dari awal memang tidak punya apa-apa. Ia tidak takut kehilangan sesuatu.

Setelah mengantar wartawan-wartawan dan staf-staf inspeksi pergi, Christian menghampiri mereka berdua, “CEO Bo, CEO Shen, orang yang kita utus untuk mengadakan penyelidikan barusan menelepon. Ia bilang kepala kontraktor proyek, Finn Zheng, meninggal. Menurut kabar yang ia terima, ketika dikejar penagih hutang, Finn Zheng lari ke jalan raya lalu tertabrak dan terlindas sebuah truk besar.”

Taylor Shen mengernyitkan alis. Ia kebetulan memang sedang ingin menemui Finn Zheng, tetapi pria itu malah mati. Ia menoleh ke Jordan Bo: “Apa pandanganmu soal kejadian ini?”

“Sedikit ganjil.” Jordan Bo berpikir, ini tidak mungkin sekadar ketidaksengajaan, pasti ada permufakatan jahat di belakangnya.

“Finn Zheng ini agak meragukan. Aku curiga ia bisa sampai hati menjebak Shine Group karena dipengaruhi orang lain.” Taylor Shen melanjutkan kalimatnya: “Kejadian ini akan aku selidiki sampai terang-benderang. Aku akan balas pelakunya sampai bersujud-sujud minta ampun di depanku.”

Jordan Bo setuju, “Kalau butuh bantuan apa pun, katakan padaku, jangan sungkan.”

Taylor Shen merangkul bahu kawannya itu: “Masih berpikir aku bisa sungkan padaku? Ayo jalan, malam ini aku traktir kamu makan.”

Stella Han berdiri tidak jauh dari mereka. Melihat kedua orang ini berangkulan dan tepuk-tepukan bahu seperti teman akrab, ia jadi berpikir, kalau mereka saling mencintai, siapa yang akan lebih agresif ya?

Jordan Bo menoleh ke arah Stella Han dan menggoyang jari sedikit, “Kemari, ayo jalan.”

Stella Han sangat benci dipanggil seperti binatang peliharaan begini, namun ia tetap menghampiri Jordan Bo dengan patuh. Melihat Stella Han cemberut, Jordan Bo langsung merangkul pinggang wanita itu, “Bosan ya?”

“Mana mungkin?” Stella Han baru saja menikmati keakraban Jordan Bo dan Taylor Shen, mana mungkin ia bosan?

Jordan Bo menatap Stella Han lekat-lekat. Setelah yakin wanita di sampingnya itu tidak sedang berbohong, ia baru mengalihkan tatapannya ke Taylor Shen: “Ayo jalan.”

Novel Terkait

Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu