You Are My Soft Spot - Bab 219 Darah Daging Sendiri Pun Tidak Dibela (1)

Ruang pasien sontak hening. Jordan Bo mengelus pelan cincin platinum yang terpasang di jari manis kirinya. Itu cincin biasa, namun sangat berharga karena merupakan cincin pernikahannya dengan Stella Han. Entah mengapa, setiap memikirkan sesuatu, ia akan refleks mengelus cincinnya itu. Kebiasaan ini sangat membantu Jordan Bo dalam menjernihkan jalan pikiran.

“Kamu kapan baikan dengan Tiffany Song?” tanya Jordan Bo tiba-tiba.

Taylor Shen tercengang tidak menyangka ditanya begini. Ia menunduk dan menjawab: “Aku tidak tahu. Sekarang aku dekati sedikit saja ia langsung was-was.”

“Secepatnya balikan lah kalian. Ada hal-hal yang harus dikerjakan dengan kekuatan dua orang, kalau hanya pakai kekuatan satu orang saja tidak akan berhasil.” Meski tidak mau mengurusi hal pribadi ini, Jordan Bo tidak tahan untuk tidak mengungkitnya karena iba sahabatnya terus bersedih.

Lagipula, kalau Karry Lian memang benar musuh mereka, berbaikannya Vero He dan Taylor Shen akan membuat banyak hal terang-benderang.

Si pasien mengernyitkan alis, “Apa itu? Aku kok tidak paham ya?”

Jordan Bo melihat raut sahabatnya yang penasaran. Ia bangkit berdiri dan meledek: “Beberapa tahun tidak ditemani perempuan jadi seperti kamu nih. Aku khawatir kepintaranmu sudah habis.”

Wajah Taylor Shen langsung muram. Kakak Tertua Bo ini kalau bicara sungguh kejam sekali. Ia meledek balik, “Ribet sekali kamu mengkhawatirkan aku. Omong-omong, aku bukan pria penuh nafsu sepertimu.”

Yang tengah berdiri melipat kedua tangan di dada dan bertanya dingin, “Yakin kamu? Saat melihat Tiffany Song, kamu yakin tidak muncul sedikit pun rasa ingin memiliki?”

“Argh!” Taylor Shen akhirnya kalah ketika ditanya begitu. Ia selalu terpesona tiap membayangkan Tiffany Song, juga tidak tahan untuk berdekatan dengannya. Ia melanjutkan, “Pulanglah kamu, peluk-peluk saja tuh si Stella Han. Jangan urusi urusanku, aku tahu harus bagaimana.”

“Kalau kepintaranmu itu turun, sini aku belikan lagi. Cepatlah dapatkan si Tiffany Song, lalu lahirkan anak yang merupakan keturunan kalian,” saran Jordan Bo tulus. Ia sangat paham, semua cinta pada akhirnya harus dipertahankan dengan adanya keturunan.

Saat Tiffany Song ditangkap polisi, kalau saja tidak bersikap was-was dan menukar pil kontrasepsi Stella Han dengan vitamin, hampir pasti saat ini Jordan Bo ditinggal jomblo. Tanpa adanya Evelyn di dunia ini, Stella Han pasti sudah lari dengan Ned Guo si sialan itu.

Memikirkan ini, Jordan Bo jadi geram sendiri dengan Taylor Shen. Orang ini putus cinta, dirinya sendiri malah jadi ikutan, sungguh tidak adil!

Taylor Shen diam karena Jordan Bo bahas anak. Kalau mereka tidak melewatkan kebersamaan selama tujuh tahun ini, anak mereka sekarang usianya kurang lebih sama dengan usia Evelyn. Melihat Taylor Shen diam saja, Jordan Bo tidak bicara lagi juga. Ia melambaikan tangan dan pergi keluar.

Baru sebentar Jordan Bo keluar, pintu kamar dibuka seseorang. Orang itu menengok ke dalam untuk menengok-nengok ke dalam seolah memastikan sesuatu.

Setelah bangkit dari lamunan, Taylor Shen melihat Angelina Lian berdiri di depan pintu dengan gelisah. Ia baru ingat mereka dirawat di rumah sakit yang sama. Melihat si pria diam saja tanpa menyambut, Angelina Lian merapi-rapikan baju yang sebenarnya tidak berantakan. Ia bertanya, “Kakak Keempat, dengar-dengar kamu masuk rumah sakit. Aku kemari untuk mengunjungimu, kamu sekarang sudah baikan kan?”

Suasana hati Taylor Shen tidak begitu baik karena kata-kata Jordan Bo barusan. Meski begitu, ia mencoba tampil lebih ramah di hadapan si adik. Ia menepuk-nepuk sisi ranjang dan mengajak: “Duduk di sini.”

Angelina Lian berjalan pelan-pelan ke kursi sebelah ranjang. Wanita itu terlihat sangat gugup, bahkan sampai memain-mainkan kedua telunjuk seolah ingin menyampaikan sesuatu namun takut. Akhirnya, Angelina Lian berujar pelan: “Aku belum bangun terlalu lama, kata perawat aku kemarin-kemarin tidur tujuh tahun. Aku sungguh takut dengan perubahan dunia luar yang begitu cepat. Kakak Keempat, apa aku ada salah sesuatu sampai papa bilang kamu tidak bersedia menjengukku?”

Taylor Shen mengamati adiknya. Melihat tingkahnya yang setengah takut dan setengah gugup itu, ia nyaris percaya adiknya benar-benar tidak punya salah. Kalau waktu itu Angelina Lian tidak drama jatuh dari tangga, mana mungkin Tiffany Song masuk penjara? Si pria membalas: “Kamu sungguh-sungguh tidak tahu mengapa aku tidak menjengukmu?”

Angelina Lian mendongak dan menatap Taylor Shen dengan semakin sok lugu. Ia menggeleng tanpa henti, “Kakak Keempat, aku tidak tahu. Kata papa aku koma karena didorong Kakak Ipar Keempat di tangga, tetapi aku sama sekali tidak ingat kejadian hari itu.”

Taylor Shen menyipitkan mata dan mengamati mata Angelina Lian lekat-lekat. Di mata wanita itu ada ekspresi takut, gugup, dan lugu yang menyimbolkan seolah ia sungguh-sungguh tidak paham apa yang terjadi waktu itu. Bagi dirinya, Tiffany Song, dan lain-lain, tujuh tahun adalah waktu yang lama, tetapi bagi Angelina Lian hanya satu kali “tidur”. Ketika si wanita bangun, dunia sudah berubah seratus delapan puluh derajat.

Takut dilihati Taylor Shen, kedua bola mata Angelina Lian mulai berkaca-kaca. Dengan terisak, ia berkata: “Aku tidak percaya satu kata pun yang papa ucapkan. Kakak Ipar Keempat mana mungkin mendorongku? Aku pasti jatuh sendiri karena tidak hati-hati. Kakak Keempat, maaf, aku tidak tahu aku sudah membuat kekacauan hingga kamu dan Kakak Ipar Keempat berpisah. Hina dan pukullah aku biar hatiku bisa lebih tenang.”

Si adik lalu bangkit berdiri, menggapai tangan Taylor Shen, dan menempelkannya ke wajah sendiri. Si kakak jelas kaget dan buru-buru menarik tangan. Pria itu gusar: “Mau apa kamu? Kamu baru bangun, jangan pikir aneh-aneh.”

Angelina Lian jadi tidak berani bertindak terburu-buru. Wanita itu menempelkan kepalanya ke sisi ranjang dalam posisi menunduk, lalu mulai menangis kencang, “Kakak Keempat, aku tahu kamu sekarang benci aku, bahkan tidak menjengukku satu kali pun. Tetapi, aku sungguh tidak bermaksud jahat. Kalau aku tahu kejadian hari itu akan membuat kamu dan Kakak Ipar Keempat berpisah, aku pasti tidak akan muncul di acara pernikahan kalian. Sekarang, mau semenyesal dan semenyalahkan diri sendiri apa pun, aku sudah tidak bisa mengubah kenyataan. Mohon, mohon jangan benci aku kakak.”

Alis Taylor Shen terangkat tinggi mendengar tangisan Angelina Lian. Ia tidak tahu kata-kata wanita ini asli atau bohong. Kejadian tujuh tahun lalu…… Kalau Angelina Lian tidak ikut-ikutan, rencana jahat Karry Lian pasti tidak mungkin terwujud.

Tetapi, sekarang Angelina Lian menolak mentah-mentah keterlibatannya dan bilang tidak ingat kejadian itu. Taylor Shen sendiri juga tidak punya bukti si adik bekerjasama dengan Karry Lian. Kalau pun punya bukti, ia juga tidak bisa langsung “tembak” karena ini adiknya sendiri.

“Sudah, jangan menangis. Kamu baru bangun, jadi jangan keluar terlalu lama. Kalau tubuhmu tidak enak beritahu dokter, balik dan istirahatlah.” Nada bicara Taylor Shen mengandung perhatian, namun juga ketidaksabaran.

Angelina Lian buru-buru mengusap air matanya. Ia mendongak menatap si kakak dan tersenyum dengan mata masih sembab: “Kakak Keempat, jadi kamu memaafkan aku dan tidak akan menyalahkan aku lagi kan?”

Yang ditanya menggeleng, “Semuanya sudah lewat, aku salahkan kamu juga tidak ada gunanya. Balik dan istirahatlah.”

“Terima kasih, Kakak Keempat.” Wajah Angelina Lian menampilkan senyum lebar, hatinya terasa lega bagai ada beban berat yang lepas. Ia tahu ini tantangan yang tidak mudah dilewati. Walau mulut Taylor Shen bilang tidak menyalahkannya lagi, namun hatinya pasti masih sama seperti sebelumnya. Meski begitu, kesediaan Taylor Shen untuk berbincang dengannya sudah merupakan sebuah kemajuan.

Vero He berdiri di depan ruang pasien. Mendengar percakapan di dalam, ia tersenyum kecut. Sekalinya Angelina Lian menangis, Taylor Shen langsung percaya dengan pembelaannya dan memaafkannya. Sementara dirinya, waktu ia hanya butuh satu kalimat “aku percaya padamu” darinya, Taylor Shen bahkan tidak bersedia menatapnya.

Ternyata, tidak peduli tujuh tahun lalu atau sekarang, nasibnya adalah yang paling tidak mujur.

Vero He menekan kuku ke pegangan tas sekencang-kencangnya. Rasanya sakit, namun hatinya masih jauh lebih sakit. Yang Angelina Lian katakan benar, ia dari dulu sampai sekarang adalah si gagal, adalah orang yang ditelantarkan. Apa lagi alasan baginya untuk curiga bahwa orang yang waktu itu bilang tidak mau dirinya dan anaknya lagi bukan Taylor Shen?

Memikirkan ini, Vero He berbalik badan dan melangkah pergi secepat mungkin. Baru jalan sebentar, Angelina Lian membuka pintu. Ia terkejut melihat bayangan tubuh Vero He yang menjauh dan refleks menengok ke ruang pasien. Melihat Taylor Shen duduk di ranjang sambil fokus membaca berkas, sudut bibirnya terangkat. Hatinya lega, ternyata langit masih berpihak padanya......

Tiffany Song, terima kasih sudah datang pada waktu yang tepat. Sekarang kamu paham Taylor Shen tidak akan meninggalkan dan menelantarkan aku, kan? Asal aku kerja keras sedikit, cepat atau lambat aku akan bisa dapat hatinya, sementara kamu selamanya akan terus jadi si gagal.

Saat keluar lift, Vero He melihat Chrstian tengah menunggu lift di depannya. Ia melangkah cepat keluar lift biar si asisten tidak sadar dengan keberadaannya, namun gagal. Christian menyapa, “Eh, Nona He, kapan datang? Sudah naik menemui CEO Shen? Dia terus membicarakanmu……”

“Aku kemari bukan untuk menjenguknya,” potong Vero He. Si wanita lalu memasang kacamata hitam dan berjalan pergi dengan raut datar.

Christian garuk-garuk kepala keheranan. Sebelumnya bukannya baik-baik saja ya? Mengapa tiba-tiba jadi dingin begini? Dengan seribu pertanyaan di benak, si asisten masuk lift.

Ketika Christian sudah sampai ruag pasien, Taylor Shen sudah hampir menyelesaikan urusan terkiat berkas-berkasnya. Wayne Shen sudah menemukan kebahagiaan, jadi semua urusan Shen’s Corp diserahkan padanya, termasuk semua proyek yang sudah si adik setujui.

Selain harus mengurusi Shen’s Corp, Taylor Shen juga masih harus mengurusi Bright Asia Corp. Bisa dibayangkan betapa sibuknya, kan?

Chrisitan berdiri di sisi ranjang. Sambil merapikan berkas si bos, ia bertanya: “CEO Shen, kamu bertengkar dengan Nona He? Tadi aku bertemu dia di bawah, raut wajahnya tidak begitu bagus. Saat aku tanya apakah dia kemari untuk menjengukmu, dia bilang bukan, lalu pergi.”

Mata Taylor Shen membelalak, “Jadi dia tadi datang?”

“Benar, tetapi sepertinya memang bukan untuk menjengukmu. Kalau tidak, masak dia tidak mampir ke sini……” Belum selesai Christian berbicara, Taylor Shen sudah langsung melepas selimutnya, lompat dari ranjang, dan memakai sendal. Sedetik kemudian, pria itu sudah lari keluar ruang pasien, entah ke mana tujuannya.

Christian hanya bisa memegangi berkas dengan termenung. Matanya bahkan butuh beberapa saat untuk mencerna semua gerakan si bos saking cepatnya.

Setibanya di depan rumah sakit, Taylor Shen langsung menangkap kilauan Lamborghini biru milik Vero He. Ia mendekati kilauan itu dan mengetahui mobil tengah membayar biaya parkir di portal. Merasa sepatu akan menganggu larinya, Taylor Shen segera menendang-nendangnya untuk melepaskannya dan berlari ke mobil.

“Tiffany Song, berhenti!”

Tiffany Song sedang menunggu petugas portal memberi uang kembalian. Tiba-tiba mendengar teriakan Taylor Shen, ia menoleh dan menjumpai si pria tengah lari kencang ke arahnya. Jantungnya langsung berdebar keras. Ia mendesak: “Pak, lebih cepat sedikit.”

Petugas parkir memberi uang kembalian dan menekan tombol buka portal. Sesaat setelah portal terbuka, Vero He langsung tancap gas. Ketika gas sudah diinjak dengan maksimal, ia melihat ada sesosok pria berdiri dalam jarak belasan meter dengan gestur tangan menghadang.

Vero He langsung berkeringat dingin. Ia buru-buru menginjal rem karena takut mobil benar-benar menabrak Taylor Shen. Injakan rem ini sangat kencang sampai bunyi dan menimbulkan asap. Selama menginjak, Vero He memejamkan mata rapat-rapat. Wanita itu takut melihat ke depan, takut melihat Taylor Shen berdarah darah-darah karena “dibawa terbang” oleh mobilnya.

Sekeliling sangat sepi, udara bahkan terasa memadat. Vero He membuka mata dengan perlahan dan mengamati sisi depan secara diam-diam. Sungguh tidak disangka, tidak ada orang di kap mobilnya sama sekali. Ia langsung membuka mata lebar-lebar karena kekhawatirannya tidak terbukti. Melihat Taylor Shen masih berdiri persis di depan moncong mobil, ia langsung gusar sekali.

Vero He mematikan mesin, turun mobil, dan menghampiri Taylor Shen dengan penuh emosi. Ia mengayunkan tangan ke pipi si pria sambil memaki, “Taylor Shen, kamu tidak mau hidup lagi ya? Kamu tahu tidak tindakanmu ini sangat berbahaya? Kalau aku tidak mengerem, kamu sudah tertabrak dan terseret jauh.”

Taylor Shen berhasil mencegah tamparannya dan menahan tangan si wanita. Si pria bisa merasakan tangan Vero He gemetar, mungkin karena ketakutan akan kejadian barusan. Melihat wajahnya yang pucat, ia bertanya khawatir, “Ketakutan ya?”

Vero He berusaha melepaskan tangannya, namun tidak berhasil juga. Terbawa emosi, wanita itu jadi menghujamkan kaki ke tulang kering Taylor Shen. Pria di hadapannya mengaduh dan merilekskan cengkraman, lalu Vero He buru-buru melepaskan tangan. Ia lanjut marah: “Aku ketakutan atau tidak memang urusanmu? Jangan pikir tindakanmu ini akan membuat hatiku luluh. Kalau kamu meninggal karena kutabrak, aku pun tidak akan minta maaf pada keluargamu.”

Taylor Shen menunduk kesakitan dengan nafas yang terengah-engah. Ia meluruskan pinggang dengan perlahan. Tanpa disangka, mata Vero He sudah penuh dengan air mata. Ia langsung panik dan merasa bersalah dengannya, “Tiffany Song, maaf. Aku tidak bemaksud membuatmu takut, aku hanya ingin menghalangi. Aku tidak bisa membuatmu pergi dalam situasi begini, kalau tidak kamu pasti tidak akan mau bertemu denganku lagi.”

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu