You Are My Soft Spot - Bab 113 Apakah Aku Sudah Tidak Boleh Menyentuhmu? (1)

Tiffany Song pulang ke apartemen dengan badan yang lelah, lalu ia berbaring di sofa, dalam ruangan yang gelap, dia sambil terbengong menatap bulan di langit dari jendelanya.

Beberapa saat kemudian, ia beru kepikiran kalau hpnya sedang mati karena tidak ada baterai. Lalu ia pun buru-buru bangun dan mengeluarkan hpnya dari kantong, dan pergi ke kamar untuk mengambil charger dan mengecas hpnya. Lalu ia menyalakan hpnya, semua notifikasi panggilan masuk pun muncul, lalu ia membuka notifikasi tersebut, semua dari orang yang sama.

Dia sambil menopang kepalaynya dnegan tangan, rasa mabuk pun hilang semua. Terbayang bayangan ia pergi dengan kesal, ia menghelakan nafas, dengan ragu-ragu sebentar, lalu ia menelepon kembali. Hp tersebut berbunyi dua kali, namun langsung dimatikan, ia mengerutkan alis, lalu ia mencoba menelepon kembali, hp tersebut sudah dimatikan.

Ia sambil melototi hpnya, sepertinya kali ini ia benar-benar marah, makanya sampai tidak ingin mengangkat teleponnya. Lalu ia melemparkan hpnya kembali ke meja, berbaring telentang di dalam selimut, lupakan saja, dan tunggu kita semua sudah tenang. Besok saja baru pergi berminta maaf padanya besok.

Tiffany Song berbaring di ranjang, dengan tidak sadar ia pun tertidur lelap.

Taylor Shen mematikan panggilan dari Tiffany Song, lalu mematikan telepon dengan semenah-menah, ia berpikir bahwa dia akan merasa lebih lega dengan cara seperti ini, tetapi setelah beberapa menit, hatinya menjadi gelisah. Ketika Tiffany Song enelepon, dia kesal, dia tidak bisa mendengar telepon berdering, dan membuat dia menjadi semakin kesal.

Di dalam hubungan, mengkorban sama banyak dua belah pihak. Maka tidak akan kehilangan ketidak seimbangan. Begitu satu pihak mengkorban lebih dari pihak lain, maka ia akan kalah. Taylor Shen yang terlebih dahulu menyukai Tiffany Song, maka dalam hubungan ini, ia diitakdirkan untuk pihak yang pasif dalam hubungan ini.

Taylor Shen menyalakan hpnya, namun hpnya malah tidak berdering sama sekali, ia membuka Wechat, Wechat juga tidak terdapat notifikasi apapun, lalu ia membuka kotak pesan, sama juga tidak ada pesan apapun yang masuk, lalu ia mengerutkan alisnya, bahkan sedikit kesabaran untuk memberi sebuah panggilan ke dirinya saja tidak ada ya?

Ia sambil melototi hpnya, semakin pikir semakin kesal, ia pun langsung melempar hpnya ke kursi, dan tidak mempedulikannya.

Kembalikan ke Sunshine City, terdengar suara tv dari ruang tamu, mungkin karena mendengar suara langkahnya, Angelina Lian keluar dari ruang tamu, melihat Taylor Shen muncul dengan terburu-buru di depan pintu masuk, dia pun merasa terkejut, “Taylor, kamu sudah pulang.”

Taylor Shen mengganti sandal, dan memasuki ruang tamu, di bawah lampu yang terang, bekas tamparan itu pun terlihat semakin jelas di wajah tampan tersebut, sampai Angelina Lian pun terkejut, menjijit dan mengulurkan tangan ingin menyentuh wajahnya, “Taylor, wajah kamu kenapa, siapa yang memukul kamu?”

Taylor Shen menghindari tangannya, dengan lurus berjalan ke samping sofa, dia merasa sakit kepala karena variety show yang tidak bernilai edukasi itu sedang ditampilkan dalam TV tersebut. Dia mengambil remote untuk mengganti saluran TV, dengan suara datar ia berkata : “Di pukul oleh seekor kucing kecil.”

Angelina Lian berdiri disamping sofa, mendengar nadanya seperti itu, hatinya pun merasa dingin, Taylor Shen ini pria seperti apa? Ia adalah orang yang jika ada yang berani menyentuh satu helai bulunya saja ia pasti akan membalasnya. Sekarang di tampar oleh orang, dia malah sama sekali tidak peduli.

Tidak tahu kenapa, menurut firasatnya, wajahnya pasti dipukul oleh wanita yang meninggalkan vila kemarin itu. Dia mengerutkan kening, berjongkok di sampingnya, menatapnya dengan wajah kecilnya, mencoba merncari tahu dengan bertanya: "Siapa yang berani menampar wajahmu?"

Akhirnya Taylor Shen pun menemukan sebuah saluran TV yang cocok dengan dirinya, lalu ia menaruh remote di atas meja kopi, melihat sekilas ke Angelina Lian, mengubah topik pembicaraan dan berkata, “Apakah kamu terbiasa tinggal disini?”

“Iya, lumayan, lingkungan disini baik, disini ada pembantu yang menemani, ada satpam yang mengawal selama 24 jam, membuat aku merasa sangat tenang. Taylor, kamu duduk disini dulu sebentar, aku pergi ambil es batu untuk meredakan merah-merah diwajah mu.” Sambil berkata, Angelina Lian bangun dan masuk ke dalam dapur.

Jam segini, pembantu pun sudah tertidur, Angelina Lian mengambil handuk bersih, membungkus es batu tersebut, dan jalan ke arahnya.

Taylor Shen sambil melototi layar TV dengan bengong, tidak tahu sedang memikirkan apa, sampai Angelina Lian mendekati ia pun ia tidak tahu, lalu Angelina Lian berjongkok dan menyentuh wajahnya dengan handuk hangatnya, ia baru terkejut, ternyata Angelina Lian, tatapannya seperti terlihat sekilas kekecewaan.

Taylor Shen mengambil handuk tersebut dan sambil menekan-nekan wajah tampannya, Perasaan dingin menyebar dari wajahnya ke lubuk hatinya, dan bahkan Angelina Lian dengan hati-hati terduduk disampingnya, ia tidak pernah bertanya tentang wanita itu pada hari itu, tetapi dia tidak bisa menahannya sekarang, “Taylor, Apakah luka di wajahnya mu ini adalah bekas pukulan dari wanita itu dihari itu kemarin?”

Taylor Shen sambil menekan handuk tersebut dengan tangan kaku, dia menyampingkan kepala dan melihat ke arahnya, “Kamu bertanya tentang masalah ini untuk apa?”

“Aku hanya penasaran saja, sikap kamu terhadap wanita itu dan sikap mu terhadap orang lain itu berbeda, aku melihat ia keluar dari kamar tidur mu, kalian……” Angelina Lian sambil batuk seperti tersedak sesuatu, dia tidak sanggup melanjutkan pertanyaan lagi.

Taylor Shen menghindari tatapannya, sambil melihat ke tampilan TV, dan berkata: “Tidak lama kemudian, ia akan menjadi istri aku.”

Mendengar ucapan yang seperti janji ini, Angelina Lian seperti didorong keras dan terjatuh dengan tanpa peringatan. Dia duduk tertegun, tangannya yang disamping hampir membuat sebuah lubang di sofa, beberapa lama kemudian, ia baru berkata: “Oh.”

Jawaban yang diberi dengan santai itu, seolah-olah ia tidak peduli sama sekali, tetapi sebenarnya hatinya sudah meneteskan darah, lalu beberapa saat kemudian, ia sambil melihat wajah tampan yang dingin tersebut, dengan pahit ia berkata: “Kalau begitu selamat kepada kalian berdua.”

“Terima kasih!” Taylor Shen berkata dengan datar.

Hati Angelina Lian hancur karena ucapan terima kasih darinya, seperti ada darah yang mengalir dari hatinya, membuatnya merasa sangat sakit hati. Dia menggigit bibirnya, buru-buru memalingkan muka, dan menatap layar TV, "Oh iya, kamu sudah makan malam belum, aku akan memasak pangsit yang dibuat Bibi Lan tadi malam.”

Dia baru bangun, pergelangan tangannya digenggam dengan tangan yang besar. Suhu di telapak tangannya sedang menyentuhnya, dan jantungnya pun bergetar dengan diam-diam. Taylor Shen sambil menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, aku tidak punya nafsu makan, ini duduk bentar saja nanti aku akan kembali ke kamar."

Angelina Lian sambil menatapannya, dibawah cahaya, wajah yang tampan itu terlihat semakin sempurna, wanita yang pernah diperlakukan dengan lembut olehnya tidak mungkin tidak akan tertarik padanya.

Dengan perlahan ia sambil menarik tangannya, dan menjaga jarak dengan Taylor Shen, agar ia sendiri tidak melakukan sesuatu yang tidak pantas, dan biar Taylor Shen juga ada kesempatan menjauhinya, dengan datar namun hangat ia berkata: “Manusia ini terbuat dari darah dan daging, tidak punya nafsu makan pun makan lah sedikit.”

“Benar-benar tidak perlu, ini juga sudah malam, kamu cepat kembali ke kamar untuk beristirahat.” Taylor Shen menaruh handuk tersebut di meja, sebelah wajahnya membeku karena es batu, menjadi kebas dan tidak merasakan apa-apa, lalu ia bangun dan mengarah ke lantai atas.

Angelina Lian berdiri di ruang tamu dan memperhatikan sosoknya yang gagah dengan perlahan menghilang di tangga di lantai 2. Dia mengembalikan tatapannya dan melihat handuk yang ada diatas meja. Setelah beberapa saat, dia mengambil handuk dan meletakkannya di pipinya. Suhu tubuh Taylor Shen yang masih tertinggal di handuk, membuat hatinya hangat seketika. Sambil menyipitkan matanya, terlihat ekspresinya yang sangat menikmati tersebut, dan dia mengeluarkan suara pelan sambil memanggil, “Taylor….mmm…”

……

Setelah Taylor Shen selesai mandi, ia hanya menutupi badannya dengan sebuah handuk, rambutnya masih basah, air pun terus menetes, air tersebut mengalir di sepanjang perutnya yang berotot tersebut, mengalir di sepanjang garis badannya, dan masuk ke dalam handuk, membuat orang berimajinas.

Dia berjalan ke depan jendela, ia tidak menyalakan lampu kamar, dia pun seperti terbenam dalam gelapnya malam. Dia melirik ke hp yang terletak di meja ranjang, hatinya pun menjadi kesal. Dasar wanita bodoh, mentang-mentang dia menyukainya, makanya mengabaikan dirinya seperti ini?

Dia membungkukkan badan, dan mengambil hpnya, tadi ia ingin meneleponnya dan bertanya kepada Tiffany Song, namun ia merasa gengsi jika meneleponnya duluan, akhirnya ia dengan geram, membuka Wechatnya, melihat namanya tertulis “Dewa Besar Milik Tiffany”, terbayang Tiffany Song yang mengambil hpnya dan memasukkan nama tersebut dengan sungguh-sungguh, ia sambil menggaruk kepalanya, lalu dengan impulsif ia menekan tombol perekaman, berkata dengan kesal : “Besok pagi kalau tidak muncul didepan aku, maka jangan muncul di depan ku lagi untuk selamanya.”

Notfikasi itu menunjukkan bahwa pesan itu berhasil dikirim. Dia menyesalinya dan menatap telepon dengan marah. Dia yang duluan mengirim pesan kepada Tiffany Song, kenapa ia merasa ada suatu perasaan kalau ia yang meminta rujuk. Dia melemparkan hpnya ke tempat tidur, berjalan ke samping meja, dan menyalakan lampu.

Tatapannya melihat ke koper yang ada disamping pintu, ia sambil mengerutkan kening, dan berjalan mendekati koper, dan menaruh koper tersebut lalu membukanya, lalu ia sambil jerumbai berwarna yang ada di dalam sebuah kantong, masuk ke dalam ruang belajar.

Kamar tidur dan ruang belajar tersebut dibatasi sebuah pintu, bisa masuk dari luar juga bisa masuk dari kamarnya. Taylor Shen berjalan ke samping meja, mengambil kunci dan membuka laci paling akhir, dan mengeluarkan sebuah kotak yang terlihat berharga.

Di dalam kotak tersebut ada sebuah jerumbai berwarna yang terdapat bekas kebakaran, jerumbai berwarna ini ia bawa dari Kediaman Keluarga Shen kemarin. Ia mengulurkan tangan dan mengambil jerumbai tersebut, dan menaruh kedua jerumbai tersebut dengan bersebelahan, dibawah cahaya, satu jerumbai berwarna terlihat tua dan melewati banyak masa, dan satunya lagi terlihat seperti baru.

Kedua jerumbai berwarna tersebut dibuat dengan cara yang sama namun bahannya tidak sama. Lalu ia sambil memegang jerumbai berwarna yang ada ditangannya, apakah ini adalah sebuah kebetulan? Eden Zhu pergi mencari Tiara, dan pas Cherry pun mengeluarkan jerumbai berwarna ini dan membiarkan Eden Zhu melihatnya.

Dia mengambil kedua jerumbai berwarna itu sambil melihat dan mempelajarinya dengan hati-hati, dan lalu ia menemukan bahwa di bawah jerumbai berwarna yang lama tersebut terukir namanya dengan satu huruf “T”, dan di jerumbai berwarna yang baru tersebut juga terukir sebuah nama, lalu ia mengidentifikasinya dengan teliti, dan ia menemukan kata “SOS”.

SOS, sinyal darurat internasional, Taylor Shen mengerutkan kening, mengapa SOS terukir pada jerumbai berwarna ini?

Taylor Shen bingung, apakah ini kebetulan, atau ada orang yang meminta bantuan kepada, mungkinkah ini adalah pesan yang ingin dikirimkan Tiara? Taylor Shen langsung mengambil telepon rumah, dan menelepon ke hp Eden Zhu, “Eden Zhu, kamu sementara ini jangan tinggalkan Kota Z, coba kamu selidiki, dimana Cherry mengambil jerumbai berwarna itu? Aku rasa ini ada hubungannya dengan Tiara yang sebenarnya.

Menutup telepon, ia menatap jerumbai berwarna yang ada ditangannya, dengan berpikir keras.

Diluar pintu, pas Angelian Lian lewat, ia mendengar percakapan tersebut datang dari ruang belajar, dengan tidak sadar ia mendekati telinganya ke pintu, suara tersebut tidak terdengar jelas, ia hanya mendengar beberapa kata-kata tentang jerumbai berwarna dan Tiara yang sebenarnya.

Ia tahu kalau Taylor Shen memiliki seorang adik perempuan yang hilang, katanya saat umur 3 tahun mereka terpencar, dan Taylor Shen selalu mencarinya, mendengar ia berkata demikian, seperti sudah hampir menemukannya. tatapannya terus berputar, ia berdiri sebentar, lalu membalikkan badan dan kembali ke kamar.

……

Tiffany Song terbangun, langit pun baru cerah diluar, ia mengangkat tangan dan melihat ke jam tangannya, tepat jam 6 pagi, dia sambil berguling-guling di ranjang besarnya dan tidak bisa tertidur, ia mengambil hpnya, tidak ada telepon masuk, tidak ada pesan yang masuk juga, lalu ia membuka Wechat, ada sebuah pesan suara, lalu ia membuka pesan suara tersebut, terdengar suara Taylor Shen yang kesal di kamar, “Besok pagi kalau tidak muncul didepan aku, maka jangan muncul di depan ku lagi untuk selamanya.”

Dia sambil memonyongkan bibirnya, benar-benar pemaksa, namun hatinya merasa sangat manis. Ia tidak bisa tidur, jadi ia pun langsung bangun, Dia merasa sangat tidak enak setelah mabuk semalam, lalu ia pergi ke kamar mandi sambil memegang kepalanya yang sakit sampai ingin meledak.

Keluar dari kamar mandi, dengan kepala berat dan kaki ringan ia masuk ke dalam dapur, mulai mempersiapkan sarapan pagi. Karena ia ingin pergi untuk meminta maaf, harusnya ia jangan pergi dengan tangan kosong, kalau tidak beli kado untuknya, kalau tidak memberikan dirinya kepadanya.

Setelah menyiapkan semuanya, sudah hampir jam 7, lalu ia mengganti baju, dan mengikat rambut, dan mengeluarkan kantong kotak makan thermal dan keluar dari rumah.

Ia pergi ke Sunshine City dengan taksi, sampai di depan pintu utama, ia menarik nafas yang dalam, baru mengangkat tangan dan memencet bel pintu. Setelah lama bel pintu berbunyi, baru ada yang datang membuka pintu untuknya, Bibi Lan membukakan pintu untuknya, melihat Tiffany Song yang berdiri diluar pintu, eksrepsinya terlihat sedikit kaku, “Nona Song, silahkan masuk, Anda kemari untuk mencari Tuan kah? Tuan masih belum bangun.”

Tiffany Song menjawab dengan sambil tersenyum : “Terima kasih Bibi Lan.”

Tiffany Song masuk dari pintu depan, dan mengikuti dibelakang Bibi Lan melewati taman, dan masuk ke dalam vila, dipintu masuk, dia langsung melihat sepatu hak tinggi wanita dengan sepatu Taylor Shen taruh dengan bersebelahan, Dia sedikit mengernyit. Bibi Lan pun memberikan sebuah sandal di kakinya, dan menerima kotak makan thermal yang diberikan Tiffany Song, dan berkata : “Nona Song, jangan salah paham, Nona Lian dan Tuan seperti saudara kandung, dia telah tinggal di sini dengan malah, ia dan Tuan tidak pernah ada apa-apa.”

Bibi Lan tidak menjelaskan malah tidak terlihat aneh, sekali menjelaskan malah merasa benar-benar ada sesuatu. Tiffany Song dengan diam menggantikan sandal, dan berkata: “Bibi Lan, aku ke atas untuk membangunkan dia.”

“Iya.” Jawab Bibi Lan, sambil membawa sarapan yang penuh cinta itu masuk ke dalam dapur.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu