You Are My Soft Spot - Bab 253 Kita Masih Memiliki Waktu Satu Malam (1)

Vero He memperhatikan pria itu dengan bingung, tidak tahu apakah dia harus mempercayai perkataannya, Taylor Shen dapat melihat keraguan dimata wanita itu, dia kemudian menghela nafas, “Aku tahu sekarang kamu masih sulit mempercayaiku, tapi Tiffany Song. Cobalah mempercayaiku, bagaimana?”

Keheningan menyelimuti mobil, polisi lalu lintas datang dan mengetuk kaca mobil, mengisyaratkan mereka untuk tidak menghentikan mobil mereka, dan Taylor Shen segera meninggalkan tempat itu. Taylor Shen tidak menggubrisnya, dan terus memperhatikan Vero He, menantikan jawaban darinya.

“Tuan, disini tidak boleh berhenti, jika anda tidak segera beranjak aku akan menilang anda.” Polisi lalu lintas kembali mengetuk kaca mobilnya, dia membungkuk melihat pria yang berada didalam mobil, dengan sabar dia kembali mengingatkan pria itu.

Vero He melihat pria itu tidak berniat meninggalkan tempat itu meskipun pak polisi sudah memberi peringatan. Dia mengatakan: “Kamu jalan dulu, masalah ini kita bahas lagi nanti.”

“Kamu jawab dulu aku.” Mata Taylor Shen kelihatan sangat serius menatap wajah wanita yang kelihatan sedikit gugup itu, jika dia tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan, maka pria itu tidak akan pergi dari tempat itu.

Vero He menggigit bibirnya, bermaksud melihat sejauh mana pria itu bisa bersikap keras kepala, polisi lalu lintas kembali meminta, melihat pemilik mobil sepertinya tidak berniat memindahkan mobilnya, dia mengeluarkan peralatan kerjanya. Berjalan kebelakang mobil berniat mengambil foto nomor polisi mobil yang telah melanggar aturan tidak boleh berhenti itu.

Vero He tidak bisa diam saja, dia menggertakkan giginya dan mengatakan: “Baiklah, aku berjanji padamu, aku akan mencoba mempercayaimu. Sekarang kamu sudah bisa jalan?”

Dia ingat. Waktu itu pria ini sudah melanggar peraturan dengan sembarang parkir, mobilnya juga sudah ditarik satu kali. Meskipun pria itu kaya, tidak peduli ditilang dan berapa denda yang dia bayar, Vero He tidak ingin membuat pria itu sampai terpaksa ditilang, ini bukan hal yang baik.

Mata pria itu memperlihatkan senyum kepuasan, pria itu kemudian menjalankan mobilnya, sebelum polisi lalu lintas berhasil mengambil foto nomor polisinya, tiba-tiba pria itu bergerak pergi. Polisi itu berusaha mengejarnya, melihat mobil mewah itu melaju pergi. Dia pun hanya bisa menghentakkan kakinya tidak senang.

Mobil melaju menuju Sunshine City, perasaan Taylor Shen berubah senang, Vero He melihat pria itu, tiba-tiba dia mengatakan: “Masalah Surat Perjanjian Distribusi yang kemarin kita bicarakan, kamu sudah lama tidak memperdulikannya, bukankah ini sudah saatnya kamu menandatanganinya?”

Setelah Arthur meninggal, perusahaan pria itu jatuh ketangan Taylor Shen, masalah Surat Perjanjian Distribusi, dia tidak mempunyai pilihan selain membahasnya dengan pria itu.

“Besok datanglah ke kantorku, aku akan menandatanginya.” Suasana hati Taylor Shen kembali tidak senang, keningnya berkerut, nada bicaranya berubah tegas.

Vero He mengangguk, pria itu mengatakan: “Tiffany Song, kamu ingin Parkway Plaza berkembang pesat, dan berada pada posisi puncak dari para pesaingmu, semakin lama akan semakin sulit dikendalikan, merek besar memiliki sasaran penjualan tertentu, dan kemampuan pembelian masyarakat kota Tong mempengaruhi masa depan Parkway Plaza, sekarang kamu harus mencoba untuk lebih rakyat.”

Vero He melihat pria itu dengan tatapan aneh, pria itu bisa langsung melihat masalah, menunjukkan kerugian yang diderita oleh Parkway Plaza sekarang ini. Vero He juga bukan seseorang yang merasa kalau dirinya hebat, segera wanita itu kemudian bersikap rendah hati meminta nasihat, “Penjualan akhir-akhir ini jika dibandingkan dengan penjualan saat baru dibuka, turun sekitar belasan persen, jelas sekali daya beli masyarakat tidak seperti tahun sebelumnya, meskipun bisa dihubungkan dengan faktor lingkungan, akan tetapi hal ini juga bisa dihubungkan dengan kelemahan Parkway Plaza sendiri. Aku baru saja bermaksud untuk mengajukan proposal pembelian mall lainnya, yang akan difokuskan pada golongan masyarakat dengan daya beli rendah, menurutmu bagaimana dengan cara pemikiranku ini?”

Jemari Taylor Shen mengetuk ringan setir mobil, Vero He benar-benar berbakat dalam hal berbisnis, waktu itu dia menyerahkan Tiffalor Design Corp. untuk diurus wanita itu, dia sudah mempelajari apa yang diperlukan dalam berbisnis dibawah bimbingan Cristian Yan.

“Ketika dilanda rasa gugup, membeli mall yang lain tentu akan membutuh`kan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi, mungkin ini tidak bisa menuntaskan krisis di Parkway Plaza. Krisis yang dihadapi Parkway Plaza disebahkan oleh harganya yang tidak bersahabat, banyak menyimpan barang-barang yang mahal, ditambah lagi dengan biaya distribusinya, sebenarnya pendapatan kalian juga tidak terlalu besar, tidak seperti barang-barang dengan harga lebih bersahabat. Harganya sesuai, bisa diterima oleh sebagian besar golongan masyarakat.” Taylor Shen memberikan pendapatnya.

Vero He sepertinya memikirkannya, dua tahun ini, wanita itu sibuk fokus pada produk baru dengan harga selangit, dia malah melupakan golongan pembeli. Terkadang meskipun barang itu berkualitas, tapi kecuali golongan menengah keatas, para konsumen golongan menengah kebawah tidak akan mungkin menghabiskan satu dua bulan gaji mereka, membeli sesuatu yang bisa dikatagorikan sebagai barang yang sangat mewah.

Didepan sedang lampu merah, mobil perlahan-lahan berhenti, Taylor Shen kemudian menoleh kearah wanita itu, semua orang mengatakan wanita yang serius dalam urusan pekerjaan adalah wanita yang paling cantik, setelah tujuh tahun Tiffany Song masih membuat pria itu terkesima padanya, mungkin kepercayaan diri yang memancar dari sekujur tubuh wanita itulah penyebabnya.

Sekarang hal ini sangat populer, dimana jelas-jelas bisa mencari nafkah hanya dengan tampangnya, tapi wanita ini malah ingin memanfaatkan kemampuannya. Mungkin inilah asal dari cahaya ditubuhnya.

“Aku sudah paham, aku akan memikirkan baik-baik ke arah mana aku akan mengembangkan Parkway Plaza.” Vero He mengangguk, sepertinya dia memperoleh saran yang sangat baik, dimana jauh lebih baik dari belajar selama sepuluh tahun.

Taylor Shen mengulurkan tangannya kemudian mengambilnya dan meletakkannya pada dadanya, dia tersenyum puas mengatakan: “Sekarang kamu juga sudah melakukannya dengan sangat baik, jangan terburu-buru, pelan-pelan saja.”

Vero He mengangkat matanya melihat pria itu, membuang jauh pemikirannya tentang pria ini, dia benar-benar orang yang sangat berbakat, dalam bisnis dia dapat membuat keputusan yang sangat cepat, tidak kalah dengan kakak.

Lampu merah berubah menjadi lampu hijau, suara klakson berbunyi dibelakangnya, Vero He tersadar dari lamunannya, dia menarik tangannya, mengingatkan pria itu, “Lampunya sudah hijau.”

Taylor Shen melihatnya, dia kemudian menjalankan mobilnya. Mobil melaju sepanjang jalan, ponsel pria itu berdering, dia mengeluarkan ponsel dari tempat penyimpanan, Vero He pun melihat gerakannya, ponsel berwarna abu-abu silver, bukan ponsel yang sering digunakannya, seharusnya ini adalah ponsel yang digunakannya untuk bekerja.

Dia tidak merasa kalau ini adalah hal yang aneh, bagaimanapun kakaknya sendiri juga sering menggunakan dua buah ponsel, satu untuk bekerja, satu lagi untuk orang-orang rumah.

Ketika sedang berpikir, terdengar suara datar pria itu, “Ada masalah?”

“Ambil saja sample rambutnya, biar aku bawakan kesana, atau kamu saja yang datang mengambilnya?” terdengar suara Shadow dari ujung sana.

Taylor Shen sama sekali tidak peduli pada Vero He yang berada disampingnya, dia mengatakan: “Antarkan ke Sunshine City, aku ada dirumah.”

Mematikan teleponnya, dia melihat wanita itu memandangnya dengan tatapan penuh curiga, “Temanmu akan datang?”

“Ya.”

“Kalau begitu apa aku harus bersembunyi?”

Taylor Shen meliriknya sambil mengendarai mobilnya, tiba-tiba dengan serius dia mengatakan: “Tiffany Song, tidak peduli siapapun yang aku temui, kamu tidak perlu bersembunyi, kamu tahu?”

“Oh.”

Mobil melaju masuk ke Sunshine City, mereka turun, berjalan menyusuri taman, berjalan masuk ke vila. Dari vila terdengar suara bising, bagi seorang pria yang telah menghabiskan waktunya dimeja negosiasi selama seharian, ini benar-benar suara yang sangat menyiksa.

Dahi Taylor Shen berkerut, dia benar-benar ingin menghardiknya, tiba-tiba dia teringat, janjinya pada wanita itu dimobil barusan, dia pun hanya bisa menahan ketidaksenangan dihatinya, kemudian berjalan menuju tempat itu.

Vero He berada dibelakangnya, melihat pria itu duduk disebelah anaknya, mengambil mainan remot control ditangannya. Jacob Shen kemudian melihat ayahnya, dia terkejut sampai ketakutan, dan dengan suara kecil mengatakan: “Ayah, aku akan segera menutupnya.”

“Tidak perlu, aku akan menemanimu bermain.” Taylor Shen menjawab dengan sabar, dia mengangkat tangannya melihat jam, sudah jam sembilan malam, dia mengatakan: “Kita main sekali lagi, setelah itu naik keatas dan tidurlah.”

“Baiklah.” Jawab Jacob Shen dengan senang.

Vero He perlahan-lahan mendekat, melipat tangannya dan berdiri dibelakang sofa, mereka berdua, duduk dengan postur yang sama, duduk diatas karpet, berpura-pura menirukan kalau mereka sedang dikepung oleh suara senapan.

Dibawah cahaya lampu, bayangan kedua orang itu, saling berdekatan.

Bibi Lan keluar dari dapur, ketika melihat Vero He, wanita itu langsung menyapanya, Vero He lantas menggunakan tangannya memberi isyarat diam, dan menggeleng, memberitahunya agar jangan mengganggu mereka. Bibi Lan mengangguk, berbalik kembali kekamar.

Vero He menatap kedua orang itu, dia tidak pernah melihat Taylor Shen seperti ini, postur yang begitu santai, tadi jelas-jelas dia masih sangat kesal, sekarang malah sudah masuk kedalam permainan itu, bersama dengan Jacob Shen, mencari kebahagiaan didalam dunia vitual.

Terdengar jelas bunyi senapan, dan juga suara teriakan anak kecil, matanya sama, kebiasaan merapatkan bibirnya ketika sedang diam, dan saat senang, kemudian dagu yang sama percis itu.

Dia sebelumnya tidak pernah sadar, anak ini ternyata sangat mirip dengan pria itu.

Tiba-tiba saja muncul kata-kata ini dalam benak wanita itu, kamu pikir Jacob Shen benar-benar anak yang dipungutnya? Bukan, anak ini adalah bukti pengkhianatannya padamu! Jangan terus-terusan membohongi dirimu sendiri!

Itu adalah bukti kalau dia telah mengkhianatimu! Jangan lagi membohongi dirmu sendiri!

Vero He kemudian mengernyitkan dahinya, dia kemudian melihat mereka, wajah Jacob Shen yang penuh tawa, kemudian diam-diam anak itu melihat Taylor Shen yang duduk disebelahnya, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya, ada kekaguman dan rasa hormat, kemudian muncul rasa……kedekatan seperti bagian dari keluarga itu.

Wanita itu mengepalkan tangannya, nafasnya tercekat, Taylor Shen menyadari kalau anak itu diam-diam melihatnya, tapi dia sama sekali tidak memperdulikannya, juga pura-pura tidak menyadarinya, hanya saja sudut bibir pria itu menukik keatas, membentuk senyuman.

Meskipun dia sangat tidak sabar dengan anak ini, tapi kadang-kadang dia bisa terlihat sangat sabar dengannya.

Vero He segera menutup matanya, dia menutup telinganya, menolak mendengar suara itu, jika dia tidak mendengarnya, hatinya tidak akan kesakitan. Tapi suara itu tetap terdengar, tidak henti-hentinya mengingatkannya, kalau Jacob Shen adalah bukti Taylor Shen telah mengkhianatinya.

Diruang tamu kemudian terdengar suara gameover, ruang tamu kemudian menjadi sunyi, Jacob Shen sudah dikalahkan, tapi dia malah terlihat sangat bahagia, “Ayah tembakan beruntunmu tadi benar-benar keren, musuh semuanya mati……”

Menyelesaikan perkataannya, matanya kemudian dialihkan pada Vero He yang berada dibelakang sofa, anak itu bangkit, tidak memakai alas kakinya, berlari kearah wanita itu, dan memeluknya, “Peanut, sejak kapan kamu datang, mengapa kamu tidak memberitahuku.”

Didahi Vero He muncul sedikit keringat, dia kemudian melihat kebawah, menatap dan menggendong anak itu, dengan getir mengatakan: “Sudah lumayan juga, aku lihat kamu mainnya senang sekali, jadi aku tidak mengganggumu.”

“Peanut, kamu sedang sakit ya, wajahmu benar-benar pucat.” Jacob Shen melihat wanita itu dengan penuh perhatian.

Vero He menggeleng, dia merasakan Taylor Shen berjalan mendekatinya, wanita itu lantas mengangkat tangannya menghapus keringat dingin di dahinya: “Mungkin didalam rumah terlalu panas, aku juga msih memakai mantel.”

“Oh, jadi malam ini kamu tidak pergi lagikan? Apa kamu akan membacakan buku cerita untukku?” tanya Jacob Shen dengan sedikit tidak tenang.

Taylor Shen berdiri dihadapannya, dengan suara datar mengatakan: “Mandi dulu.”

Ada rasa hormat di hati Jacob Shen pada Taylor Shen, apa yang dikatakan oleh pria itu, dia tidak bisa melawannya, anak itu kemudian naik keatas dengan sedikit tidak rela. Seolah-olah dia sangat khawatir, dia kembali muncul, bersandar pada pegangan tangga dilantai dua, tidak berhenti dan bertanya: “Peanut, apa kamu akan membacakan cerita untukku?”

“Aku akan melakukannya, kamu mandilah dulu.” Vero He tidak ingin mengecewakan anak itu, dia lantas mengangguk.

Puas dengan jawaban itu Jacob Shen kemudian menyanyi, “Kehangatanku, seperti api, menyelimuti padang pasir……”, suara anak itu perlahan-lahan menghilang di koridor, lantai bawah menjadi sunyi, hanya ada suara pemainan yang bertanya apakah akan dilanjutkan atau diakhiri.

Taylor Shen bersandar pada punggung sofa, wajahnya terlihat tidak tenang kemudian memeluk wanita itu, “Ada apa? Terlalu bising atau kamu kelelahan?”

Vero He menggeleng, “Tidak, mungkin terlalu panas.”

Taylor Shen memperhatikan tampang wanita itu, wajahnya pucat, sepertinya bukan karena kepanasan, tapi tadi, wanita itu hanya berdiri dibelakang mereka, dan juga tidak terjadi apapun, pria itu tidak berpikir panjang, “Kalau begitu lepaskan bajumu, dan berendamlah diatas.”

“Ya.” Wanita itu kemudian melihat pria itu, dia ingin mengatakan sesuatu tapi dia tidak mengatakannya, langsung naik ke lantai atas.

Taylor Shen melihat punggung wanita itu, dia merasa ada yang tidak beres, dia mengeluarkan satu bungkus rokok dari kantong celananya, dia kemudian melihat layar televisi yang masih memutar game, apakah melihat mereka berdua bermain game, membuat wanita itu merasa sedikit sedih?

Setelah memikirkan untuk cukup lama, hanya ada penjelasan ini yang bisa digunakan untuk menjelaskan ketidakwajaran wanita itu, dia menghela nafas, kematian Anna, adalah pukulan terbesar bagi mereka.

Vero He tidak berendam dikamarnya, ketika dia dilantai atas, Jacob Shen sudah selesai mandi sambil perang-perangan, tubuh anak itu dibalut handuk bermotif bebek, didalam kamar itu dia berteriak keras, “Peanut, peanut, sudah waktunya bercerita.”

Vero He membuka pintu kamarnya, kebetulan dia melihat pantat kecil bocah itu, anak itu berteriak histeris, segera dia menutupi bagian pribadinya, wajahnya memerah, “Mengapa kamu tidak mengeluarkan suara, membuka pintu kemudian masuk, aku malu sekali.”

Vero He berdiri di pintu, memikirkan apa yang tadi dilihatnya diruang tamu, wajah tampan mereka berdua, dari samping kelihatan sangat mirip, dia tertegun, melihat Jacob Shen yang kemudian menyusup kedalam selimut, mengangkat kakinya, dia pun duduk disamping ranjang.

“Malam ini cerita apa?”

“Ini.” Jacob Shen kemudian memberikan sebuah buku cerita pada Vero He, Vero He membuka halaman buku tersebut, dia mulai bercerita: “Dalam waktu satu bulan, kita sedang mempelajari tentang tempat tinggal hewan-hewan, guru poodle……”

Suara wanita itu sangat lembut dan enak didengar, sangat mudah membuat orang merasa tenang. Jacob Shen bersandar diatas bantalnya, tanpa disadari dia sudah tertidur.

Vero He menutup buku itu, membungkuk menyimpan buku itu kedalam rak disamping, dia kemudian menyelimuti bocah itu, dia melihat kalau bocah itu ternyata masih dibalut handuk mandi, handuk mandi itu lembab, perlahan-lahan dia kemudian menarik handuk itu, dan menyelimuti anak itu dengan baik.

Dibawah cahaya lampu yang lembut, wajah anak itu terlihat merah merona, bibir kecilnya agak menukik, wajahnya terlihat kekanak-kanakan. Dia mengulurkan tangannya menyentuh wajah anak itu, tatapannya berhenti pada rambut berantakan anak itu, tangannya terhenti. Sesaat, muncul berbagai macam pemikiran dalam benaknya, dia ingin sekali mencabut rambut anak itu, asalkan dia menyerahkannya pada Badan Tes Pengadilan DNA, maka semuanya akan terungkap. Tapi bagaimana jika semuanya terungkap? Bagaimana dia harus bersikap selanjutnya?

Sesaat, dia menarik kembali tangannya, tidak ada apapun ditangannya, wanita itu kemudian bangkit menutup lampu, meninggalkan sebuah lampu tidur dalam keadaan menyala, berbalik keluar.

Dia kembali kekamar tidur utama, terdengar suara mesin mobil dari arah taman, dia teringat pada telepon yang tadi diterima oleh Taylor Shen, perlahan-lahan dia berjalan kearah jendela, mengulurkan tangannya membuka gorden abu-abu itu, dia melihat seorang pria kemudian turun dari mobil.

Pria itu memakai jaket kulit berwarna merah maroon, tubuhnya sangat kurus, dia sangat jauh, wanita itu tidak bisa melihat wajah pira itu. Dia merasakan, pria itu sedang melihat kelantai dua, wanita itu kemudian mundur selangkah, dan melepaskan gordennya.

Taylor Shen berjalan keluar, melihat Shadow sedang melihat kelantai dua, pria itu pun mengikuti arah penglihatannya, dia hanya melihat kain gorden, Taylor Shen kemudian bertanya: “Apa yang sedang kamu lihat?”

“Kamu menyembunyikan wanita cantik dirumahmu ya?” Shadow bertanya dengan mengejek.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu