You Are My Soft Spot - Bab 96 Tiffany Song, Ini Mama (3)

Di dalam kamar, Taylor Shen berdiri menatap jendela. Angin sepoi-sepoi meniup rambut poninya yang berantakan. Ia menatap pemandangan nan jauh ke sana. Dalam benaknya tiba-tiba muncul kejadian kebakaran yang menewaskan ibunya. Ia saat itu ingin berlari masuk ke area kebakaran untuk menolong ibunya, tetapi ada orang yang mengahalanginya. Ia mendengar ibunya teriak-teriak sambil batuk-batuk dari dalam area kebakaran.

Api semakin beringas, dan kesempatan satu-satunya Taylor Shen untuk masuk dan menyelamatkan ibunya ludes sudah. Ia berlutut di hadapan rumah yang terbakar itu sambil mendengar suara rintihan dan teriakan dari dalam.

Ia memejamkan mata erat-erat. Ketika ia membuka mata, ia menegaskan ulang tekadnya. Ia harus mencari tahu penyebab kebakaran itu. Kalau memang karena kesengajaan manusia, semua pelakunya harus ia kejar dan habisi tanpa ampun.

Pintu kamarnya tiba-tiba diketuk. Ia menengok, dan Angela He sudah berdiri di depan kamarnya. Ia mengernyitkan alis tidak senang, “Siapa suruh kamu naik?”

“Kakak Taylor Shen, aku tahu kamu masih marah, makanya aku sengaja ke sini untuk minta maaf. Maaf sekali, Kak. Kalau Kakak muak denganku, aku tidak akan muncul lagi di hadapan Kakak.” Angela He jadi ingin mundur. Ia yakin Taylor Shen pasti kaget dengan pernyataan cintanya waktu itu. Mungkin pria ini lebih suka wanita yang kalem dan tidak agresif.

Taylor Shen sama sekali tidak tersentuh dengan perhatian Angela He. Ia menjawab dingin: “Itu tahu, ya sudah sana keluar.”

Angela Han terus menatap Taylor Shen lekat-lekat. Dari wajah pria itu, ia bisa melihat kesedihan. Ia merasa sangat iba. Ia memutuskan menghampirinya, “Kakak Taylor Shen, kamu masih sedih ya?”

Melihat wanita itu malah masuk, sikap Taylor Shen semakin dingin: “Aku barusan suruh kamu keluar, paham tidak?’

“Tetapi kamu sedang sedih, aku tidak mungkin meninggalkanmu seperti ini,” ujar Angela He tanpa memedulikan kejijikan Taylor Shen pada dirinya sama sekali. Ini hari peringatan kematian ibunya, ia pasti sangat bersedih. Angela He bisa memahami sikapnya saat ini.

Kalau kata-kata barusan diucapkan oleh orang lain, Taylor Shen bisa jadi akan tersentuh. Namun, karena itu Angela He yang mengatakan, ia malah merasa semakin tidak sabaran. Ini lah perbedaan sikap seorang pria pada wanita yang ia cintai dengan wanita yang tidak ia cintai. Taylor Shen memberi ultimatum: “Jangan sampai aku mengusirmu sekali lagi!”

Angela He memberanikan diri menghampirinya. Ia memeluk pinggang Taylor Shen dan berkata: “Kakak Taylor Shen, kalau kamu ingin menangis menangislah, aku tidak akan menertawaimu.”

Taylor Shen mengernyitkan dahi dengan jijik. Ia memegang tangan wanita itu dan mengantarnya berjalan ke pintu. Angela He tidak menyangka Taylor Shen akan sekejam ini padanya. Ia sudah mencoba segala cara, namun mengapa Taylor Shen masih sedingin ini padanya?

“Kakak Taylor Shen, aku hanya ingin peduli denganmu, jangan usir aku.”

“Aku tidak butuh kepedulianmu.” Taylor Shen langsung membuka pintu, mendorong Angela He keluar, dan membanting pintu. Brak! Kamar pun sekalian dikunci olehnya. Ia kembali ke sisi jendela, dan dari belakang terdengar suara wanita itu menggebrak-gebrak pintu.

“Kakak Taylor Shen, mohon izinkan aku masuk. Aku janji aku aku akan diam selama menemanimu.” Angela He sungguh khawatir dengannya. Melihat ekspresi pria itu barusan, ia tidak bisa tenang.

Angela He merasa ia sepertinya sudah sungguh-sungguh jatuh hati pada Taylor Shen, kalau tidak mana mungkin ia bisa memohon-mohon diri untuk mendekatinya tanpa tahu malu seperti ini?

Taylor Shen tidak peduli. Ia menatap jendela dengan tenang dan larut dalam pikirannya sendiri.

……

Di bawah, Kakek Shen mengamati Raka yang tengah turun tangga sehabis mengantar Angela He. Raka mengangguk padanya. Hatinya langsung tenang dan lega. Hei anak kecil, aku sudah tua, semua yang harus aku lakukan untukmu sudah aku lakukan sebisa mungkin.

Prosesi peringatan kematian berlangsung sebelum makan malam. Selain Jennifer Li dan Angela He, semua anggota keluarga Shen berkumpul di kuil persembahan. Dengan mengenakan kemeja hitam, Taylor Shen duduk dengan khusyuk di barisan depan.

Kakek Shen memegang erat sebuket bunga melati. Ia waktu itu berjodoh dengan Jasmine Yang karena bunga melati. Ia tidak akan pernah lupa bunga kesukaan wanitanya itu. Sambil membungkukkan badan tiga kali, Kakek Shen menaruh buket bunga itu di hadapan foto almarhumah istrinya sambil berkata: “Jasmine Yang, kamu tahu segala yang ada di akhirat. Mohon lindungi keluarga kita, keluarga Shen, agar aman, sehat, dan lancar dalam segala urusan.”

Pria itu diam beberapa saat memandangi foto Jasmine Yang, lalu mempersilahkan orang di belakangnya. Kini tiba giliran Taylor Shen. Ia tiba-tiba teringat tragedi rumah kebakaran lagi. Ia memejamkan mata erat-erat dan berkata dalam hati: “Mama, kamu tenanglah di alam sana. Aku sudah kembali, aku pasti akan mencari tahu semua kebenaran dan membalaskan dendammu.”

Wayne Shen menatap Taylor Shen dengan khawatir. Ia ingat lima tahun lalu Kakak Keempat kehilangan kendali, ia takut hari ini peristiwa itu akan terjadi lagi. Ia menghampiri Taylor Shen dan menahan pergelangan tangannya, “Kakak Keempat, kamu tidak apa-apa kan?”

Taylor Shen membuka mata. Ia menoleh ke Wayne Shen, lalu menggeleng: “Tidak ada apa-apa. Aku juga tidak mau kenapa-napa kok.” Musuh belum dihabisi, ia belum membalaskan dendam ibunya, jadi ia tidak boleh membiarkan hal buruk terjadi pada dirinya sendiri.

Wayne Shen menggangguk-angguk. Gerak-gerik Taylor Shen tidak terlihat seseram lima tahun sebelumnya. Ia membuang nafas lega dan melepaskan tangan Taylor Shen. Wayne Shen kemudian menerima dupa yang diberikan Raka dan membagi separuhnya pada Taylor Shen.

Sambil memegang dupa, kedua kakak beradik itu memberi penghormatan tiga kali, memasang dupa di tempat dupa, lalu bersujud di hadapan foto ibunya.

Nelson Shen dan Jocelyn Yan maju satu langkah. Meski ia tidak suka dengan Jasmine Yang, ia tetap perlu mencari muka di hadapan Kakek Shen. Setelah mereka, kini giliran Kakak Kedua dan Kakak Ketiga. William Tang antri paling akhir.

Setelah prosesi peringatan kematian berakhir, mereka pergi ke ruang makan untuk makan malam bersama.

Sambil menunggu keluarga Shen berkegiatan, Angela He dan Jennifer Li ngobrol. Umur mereka sepantaran dan sama-sama berasal dari keluarga terpandang, jadi mereka punya banyak topik untuk dibicarakan bersama. Begitu Jennifer Li tahu Angela He suka Taylor Shen, ia langsung teringat Tiffany Song.

“Sepertinya Kakak Keempat sudah suka seseorang,” ujar Jennifer Li ragu-ragu. Jennifer Li mana tahu, wanita di hadapannya ini sudah membuat cinta Tiffany Song pada Taylor Shen berujung menyedihkan.

Angela He teringat wanita yang Taylor Shen bawa waktu itu. Ia sama sekali tidak merasa terancam: “Memang, tetapi Kakek Shen tidak mengizinkan hubungan mereka. Hanya aku-lah yang layak mendampingi Kakak Taylor Shen.”

Telinga Jennifer Li tidak sreg mendengar kalimat terakhir Angela He, “Kata-kata Nona He ini sepertinya terlalu berlebihan. Di dunia ini ada miliaran perempuan, atas dasar apa Nona He menganggap hanya diri Nona He sendiri yang layak mendampingi Kakak Keempat?”

Jennifer Li pikir yang Angela He bicarakan adalah Tiffany Song. Meski ia tidak begitu dekat dengan Tiffany Song, tapi hubungan mereka cukup baik, jadi ia merasa terganggu dengan keangkuhan Angela He.

Angela He kaget mengapa Jennifer Li tiba-tiba menyindirinya, “Nona Li, mengapa kamu tiba-tiba marah sendiri? Aku tidak bilang aku lebih menarik darimu loh.”

“……” Jennifer Li tidak tahu harus jawab apa. Setelah berpikir sesaat, ia merespon, “Aku hanya ingin mengingatkanmu untuk tidak percaya diri terlalu berlebihan. Kamu tidak layak bersikap seangkuh ini. Lagipula ini hanya pemikiranmu, jadi tidak ada guna dan nilainya. Kalau kata-kata Taylor Shen, baru kamu boleh sombongkan ke orang-orang.”

“Kamu kenal Audrey Feng?” Angela He menebak, bisa jadi Jennifer Li tersinggung karena Audrey Feng merupakan temannya.

Jennifer Li terperangah, “Siapa pula Audrey Feng?”

“Ya dia itu orang yang Kakak Taylor Shen taksir. Waktu itu, ketika Kakak Taylor Shen mengajaknya makan bertiga dengan Kakek Shen, Kakek Shen bilang ia tidak setuju dengan hubungan mereka,” ujar Angela He.

Jennifer Li mengelap keringat di dahinya. Sudah ngobrol lama, ternyata orang yang mereka obrolkan berbeda. Ia menanggapi: “Oh, kalau begitu memang dia tidak layak bersanding dengan Kakak Keempat.”

“Iya. Aku juga berpikir begitu, makanya aku akan berusaha keras untuk membuat Kakak Taylor Shen cinta padaku,” ujar Angela He polos. Ia seperti menemukan orang yang satu suara dengannya.

Jennifer Li menatap Audrey Feng dalam diam. Angela He masih sangat polos. Kalau ia tahu orang yang Kakak Keempat benar-benar suka adalah Tiffany Song, dan sukanya sampai setengah mati hingga tidak ada wanita lain yang bisa kebagian cintanya, akankah ia menangis dan meraung-raung?

……

Begitu para anggota keluarga Shen kembali dari kuil persembahan, Jennifer Li dan Angela He buru-buru berdiri menyambut mereka. Wajah Kakek Shen muram, ia masih larut dalam kesedihan atas kepergian istrinya. Wajah Taylor Shen dan Wayne Shen nampaknya juga agak muram.

Jennifer Li buru-buru menghampiri Wayne Shen. Pria itu menepuk-nepuk tangannya untuk memberitahukannya bahwa ia baik-baik saja. Jennifer Li pun lega.

Angela He tetap berdiri di tempat semula. Ia sebenarnya ingin menghampiri Taylor Shen, tapi ia takut pria itu jadi malu sendiri karena ulahnya yang agresif. Ia akhirnya memutuskan tetap diam. Kakek Shen menatap Taylor Shen sekilas, lalu berkata pada Angela He: “Sudah lapar ya? Ayo kita makan.”

Angela He mengangguk patuh. Ia melirik Taylor Shen sekilas, lalu menuntun Kakek Shen ke ruang makan.

Setelah semuanya duduk, para asisten rumah tangga mulai mengantarkan menu satu per satu. Di hadapan Taylor Shen juga ditaruh sup obat yang dipercaya bisa menentramkan emosi seseorang. Sejak Taylor Shen mengamuk dalam acara peringatan kematian lima tahun lalu, setiap tahunnya Kakek akan menyuruh koki untuk membuatkan sup obat ini secara khusus bagi Taylor Shen. Malam ini pun begitu.

Dua tahun ini, Taylor Shen sebenarnya sudah semakin bisa mengendalikan emosinya. Tanpa minum sup obat, ia bisa tetap tenang-tenang saja. Ia mengangkat mangkuk supnya, lalu menyantapnya dalam satu tegukan.

Melihat Taylor Shen sudah selesai menyantap sup obatnya, Kakek mengangguk puas. Ia lalu menatap semua orang yang berkumpul: “Makan, makan.”

Wayne Shen duduk persis di samping Taylor Shen dan persis di depan William Tang. Wayne Shen dari dulu tidak pernah suka dengan William Tang, dan melihat pria di hadapannya itu juga dapat sup, ia complain: “Kakak kok sangat memihak sih? William Tang juga dapat sup obat, berarti hanya kami berdua yang tidak dapat dong? Kamu ingin membuat kami kekurangan nutrisi ya?”

Jennifer Li duduk di sebelah kanan Wayne Shen. Melihat Wayne Shen iri hanya karena semangkuk sup, ia garuk-garuk jidat. Ia ingin menenangkannya. Orang ini kok seperti orang yang sudah tidak minum bertahun-tahun sampai se-perhitungan ini dengan orang yang lebih senior?

Jocelyn Yan agak canggung. Melihat sup obat yang sudah ditambahkan sesuatu di hadapan William Tang, ia agak panik. Ia berkata: “Kakak Kelima sungguh pandai bercanda. Itu kan hanya semangkuk sup, aku bisa mintakan asisten rumah tangga untuk menyendokannya untukmu kok.”

Barusan Jocelyn Yan khawatir sup yang sudah ditambahkan sesuatu tercampur dengan sup-sup yang bersih. Ia sengaja meminta koki untuk menghidangkan sup duluan pada William Tang, dan setelah pria itu selesai menyantapnya baru menghidangkan untuk yang lain-lain. Ia tidak menyangka Wayne Shen bisa meminta sup seperti ini.

“Tidak perlu, aku maunya mangkuk yang ini,” kukuh Wayne Shen.

Jocelyn Yan kesal bukan kepalang. Ia menatap Wayne Shen, dan ketika ia ingin berbicara, ia melihat sepasang sejoli yang duduk di hadapannya dengan gembira. Tatapannya berpindah dari Jennifer Li ke Angela He, lalu ke William Tang. Ia tiba-tiba terpikir sebuah ide. Ia bangkit berdiri dan mengantarkan sup yang tadinya disajikan untuk William Tang ke hadapan Wayne Shen: “Kakak Kelima, maaf ya aku keliru. Ini buatmu saja.”

Wayne Shen menerimanya: “Aku sudah memaafkanmu.” Setelah menyantapnya habis, ia tersenyum: “Wah, sedapnya.”

Jennifer Li tidak berkata-kata lagi. Ia sudah terlalu malu dengan ulah Wayne Shen.

Melihat Wayne Shen puas menyantap sup, seberkas senyum melintas di wajah Jocelyn Yan. Ia kembali duduk di kursi makan dan berseru: “Pa, aku barusan menyuruh asisten rumah tangga mengecek kamar-kamar di lantai atas. Kamar tamu di lantai empat tidak ada yang kosong lagi, jadi Nona He aku tempatkan di kamar pertama lantai lima, dan Nona Li di kamar seberang kamar Kakak Kelima. Oke tidak?

Pengaturan yang Jocelyn Yan cocok dengan yang diinginkan Kakek Shen. Ia mengangguk setuju, “Silahkan saja.”

Setelah makan, Kakek Shen duduk sebentar di ruang tamu lalu balik ke kamar. Jocelyn Yan memanggil asisten rumah tangga dan menyuruhnya melaksanakan pengaturan yang sudah ia buat. Ia sengaja menukar kamar Jennifer Li dengan kamar Angela He.

Asisten rumah tangga adalah orang kepercayaannya, ia tidak perlu khawatir rencana jahatnya gagal. Setelah rencana ini terlaksana, ia tinggal menunggu Taylor Shen dan Wayne Shen bertengkar dan bermusuhan.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu