You Are My Soft Spot - Bab 256 Orang yang Makin Dekat Malah Harus Makin Diwaspadai (1)

Langit kosong tanpa awan keesokan hari. Bulan dua belas sudah mendekat, jadi udara luar sudah cukup membuat tubuh gemetar.

Taylor Shen mengantar Vero He ke Parkway Plaza. Rolls-Royce hitamnya dihentikan di parkiran bawah tanah. Di dalam mobil, si pria menahan pinggang si wanita dan tidak mengizinkannya turun. Jam kerja padahal sudah dimulai setengah jam lalu, egois kan dia?

Bibir merah dan dandanan tipis Vero He membuatnya terlihat sangat cantik. Sekarang, Taylor Shen tengah mengelus-elus tubuhnya dari atas ke bawah. Dengan tidak nyaman, ia meminta: “Taylor Shen, cukup. Di parkiran ada kamera CCTV. Aku pun sudah telat hampir setengah jam.”

Tangan Taylro Shen tetap saja bertahan di pinggangnya. Rasa-rasanya, selama dua puluh empat jam ia tidak mau si wanita hilang satu menit saja dari pengawasan. Taylor Shen mengecup sekali bahu Vero He dan menaruh kepala di sana, “Tidak mau melepaskan, bagaimana dong?”

Si wanita gemetar geli. Ia sekarang sudah ditahan di kursi mobil. Kalau tidak buru-buru menyudahi ini, bisa-bisa sesuatu yang lebih ekstrem bakal terjadi. Vero He pun menawari sesuatu yang pasti bisa membuat Taylor Shen berhenti, “Nanti malam aku beri kejutan, oke?”

“Kejutan apa?” Mendengar kata kejutan, Taylor Shen refleks melepaskan Vero He. Pria itu mendongak menanti jawaban.

Pipi Vero He memerah. Si wanita buru-buru mengalihkan tatapan biar bisa menghindari mata Taylor Shen. Ia lalu menanggapi, “Lah, kalau dikasih tahu malah bukan kejutan lagi dong jadinya. Sudah ya, aku turun dulu. Sampai ketemu nanti!”

Vero He langsung membuka pintu mobil. Pintu tidak terbuka, ternyata Taylor Shen barusan sudah mengunci pintu untuk mencegah ini. Mau tidak mau, Vero He harus menatap Taylor Shen lagi untuk minta dibukakan. Si pria bertanya: “Mau pergi begitu saja?”

“Ya kalau tidak?” tanya balik Vero He dengan bingung.

Taylor Shen menunjuk-nunjuk bibirnya sendiri sebagai kode. Teringat para petinggi perusahaan yang tengah menanti dia datang dan memulai rapat, dengan terpaksa ia mengecup pipi Taylor Shen. Si pria tidak puas. Dagu Vero He ditahan, lalu bibirnya ditempelkan dengan bibir si pria. Sampai bibir Vero He memerah dan bengkak, Taylor Shen baru melepaskan ciuman itu dan menekan tombol buka pintu.

Taylor Shen menyandarkan kepala di jendela mobil sembari mengamati Vero He berjalan menjauh. Melihat kaki panjang dan kurusnya, ia jadi teringat sensasi kedua kaki itu berada di pinggangnya semalam. Taylor Shen menghisap air liur, lalu membuka kaca dan mengingatkan si wanita yang belum terlalu jauh: “Nanti malam jangan lupa kejutannya ya!”

Langkah Vero He yang cukup cepat terhenti. Ia menoleh ke pria cabul yang ada di mobil. Taylor Shen memberikan kecupan di udara padanya, Wajah Vero He pun jadi makin merah. Sadar dirinya tidak punya waktu lebih lama lagi, ia buru-buru masuk lift.

Taylor Shen jadi tertawa melihat wajah tersipu Vero He. Setelah si wanita masuk lift, ia baru menyalakan kembali mesin mobil dan melajukannya keluar parkiran bawah tanah.

Ponsel yang ditaruh di sebelah tidak lama kemudian berbunyi. Taylor Shen memasang earphone Bluetooth -nya, lalu mengangkat, “Sudah dibawa orangnya?”

“Sudah, sesuai perintahmu. Aku juga sudah pastikan tidak ada orang yang membuntuti.”

“Dua puluh menit lagi aku tiba. Awasi dia, jangan sampai kabur.” Taylor Shen membuang earphone ke kursi penumpang depan yang tadi diduduki Vero He. Wajahnya memuram. Kecepatan Rolls-Royce juga jadi makin cepat.

Dua puluh menit kemudian, Rolls-Royce milik Taylor Shen memasuki sebuah kompleks apartemen kelas atas. Setelah identitas dicek, si pria melajukan mobil ke parkiran bawah tanah dan memarkirnya di sana. Ia lalu naik lift ke lantai atas. Dua pengawal pribadi dengan tubuh kekar sudah menunggu begitu dia keluar. Keduanya mengangguk hormat pada si bos, lalu membawanya ke apartemen tujuan.

Apartemen tidak besar, kira-kira luasnya enam puluh meter persegi saja. Jendelanya ditutup rapat-rapat dengan papan hitam, jadinya apartemen itu lebih mirip penjara daripada tempat tinggal. Siapa pun yang masuk pasti bakal merasa merinding dan kesulitan bernafas.

Seiring dengan langkah kaki sepatu kulit, lampu ruangan tiba-tiba dinyalakan. Dua pengawal pribadi berpakaian hitam-hitam mengangguk menyambut bosnya. Tadi ada dua pengawal, sekarang ada dua lagi, jadi totalnya empat.

Di sofa hitam terduduk seorang wanita dengan rambut tergerai. Karena cahaya yang tiba-tiba muncul, wanita itu sekarang tengah meringis kesilauan sambil menghalangi wajah dengan tangan. Begitu melihat siapa pria yang datang, ia langsung berlari menghampirinya seperti ketemu malaikat penolong. Angelina Lian memeluk sepasang kaki Taylor Shen sekencang-kencangnya.

Suaranya agak bergetar karena sudah ketakutan semalaman, “Kakak Keempat, tolong aku. Aku tidak tahu apa salahku pada mereka, tiba-tiba saja mereka menculikku kemari. Ayo tolong aku.”

Taylor Shen menunduk menatap Angelina Lian. Wanita itu masih pakai baju tidur, pasti dia dijemput kemarinya saat sedang tidur. Pria itu tersenyum bengis dengan tatapan tajam. Ia menyapukan pandangan sekilas pada dua pengawal pribadi. Mereka segera paham dan menarik Angelina Lian biar lepas darinya.

Satu pengawal pribadi lain membawa kursi buat Taylor Shen. Si pria duduk dan melipat kaki dengan angkuh sambil menatap Angelina Lain dingin. Ia mengeluarkan sebatang rokok dan menjepitnya di antara bibir. Sebuah korek api lalu ikut dikeluarkan dari kantong.

Tingkahnya yang sangat santai membuat Angelina Lian menyadari sesuatu. Ekspresi yang tadinya penuh pengharapan karena bakal segera ditolong segera berubah jadi kekagetan dan ketidakpercayaan. Si wanita geleng-geleng kepala, “Tidak, jangan bilang ini orang-orangmu. Kakak Keempat, bilang padaku kamu kemari untuk menolong.”

Taylor Shen menyalakan korek api, lalu rokoknya. Terbayang penderitaan yang pernah Tiffany Song alami, ia sama sekali tidak merasa iba dengan Angelina Lian. Ia bertanya dingin: “Di mana Tiara yang asli?”

Kata-kata Taylor Shen terdengar bagai air dingin yang tiba-tiba disiramkan ke wajah Angelina Lian. Tubuh si wanita sontak merinding. Ia mendongak menatap Taylor Shen. Mereka saat ini berjarak begitu dekat, namun ia anehnya malah merasa asing. Wanita itu menjawab: “Kakak Keempat, aku Tiara. Aku ya di sini.”

Taylor Shen menyipitkan mata. Kok tidak menangis sih nih orang? Ia mewanti-wanti: “Aku masih sabar sekarang. Cepat bicara jujur sebelum aku kehilangan kesabaran.”

“Lah, kamu sendiri tidak bakal percaya aku Tiara kok. Tiffany Song pasti mancing-mancing kamu ya? Aku dari awal sudah tahu kamu hanya mau percaya dia,” ujar Angelina Lian lirih.

Taylor Shen tersenyum dingin. Ia lalu mengeluarkan sebuah dokumen yang dilipat di kantong dan melemparnya ke wajah Angelina Lian, “Lihat sendiri ini apa!”

Bagian kertas yang tipis membuat luka kecil di pipi si wanita. Tanpa memedulikan rasa nyeri, ia mengambil dokumen itu dari lantai dan membukanya dengan tangan gemetar. Mengetahui itu sebuah laporan hasil tes DNA, kakinya terasa sangat lemas. Ia gigit-gigit bibir sambil membacanya sekilas dari atas ke bawah. Matanya menyipit begitu melihat hasil tes di bagian paling bawah.

Taylor Shen menghembuskan asap rokok dan tersenyum dingin lagi: “Masih mau bohong terus kamu?”

“Palsu itu laporan hasil tes DNA nya. Kakak Keempat, aku Tiara yagn sebenarnya. Laporan ini pasti Tiffany Song yang buat ya, dia pasti bernafsu memfitnahku. Kakak Keempat, kamu tidak boleh tidak percaya denganku. Apa kata orang-orang kalau kamu tidak percaya pada adik kandungmu sendiri?” debat Angelina Lian. Ia tidak boleh mengaku begitu saja. Ia harus menumpahkan semua kesalahan dan tuduhan pada Tiffany Song.

“Oh, masih berdusta juga. Benar-benar tidak tahu diri!” maki Taylor Shen. Ia berjongkok biar wajah mereka bisa lebih dekat, lalu menatapnya bengis, “Tiffany Song tidak bilang apa pun yang membuatku curiga padamu. Tingkahmu itu sendiri lah yang memancing kecurigaan ini. Ini salahmu sendiri.”

“Tidak, aku tidak percaya,” geleng Angelina Lian kencang. Ia tidak pernah melakukan kesalahan dan konsisten memainkan peran sebagai adik, bahkan rasa cintanya pada Taylor Shen disimpan dalam-dalam. Kok bisa-bisanya pria ini curiga pada dia sih?

“Hatimu paling paham kamu Tiara yang sebenarnya atau bukan. Aku tanya untuk yang terakhir kalinya, Tiara yang asli di mana?” tanya Taylor Shen dengan semakin kasar dan kurang sabaran.

“Aku tidak tahu, aku tidak tahu apa-apa. Tidak ada gunanya bertanya padaku.”

Taylor Shen mengenryitkan alis. Ia lalu bangkit berdiri seolah sudah membuat sebuah keputusan. Pria itu berujar: “Baik, habis sudah kesabaranku padamu. Cepat semuanya kunci dia, jangan kasih makan dan minum. Ke toilet pun jangan izinkan.”

Melihat Taylor Shen mau pergi, Angelina Lian menyusulnya dan memeluk kedua kakinya. Ketika mendongak, yang ia temui hanya wajah marah Taylor Shen. Ia pun bertanya, “Taylor Shen, mengapa kamu memperlakukanku begini? Jangan lupa, aku pernah menyelamatkanmu.”

“Benar, tujuh tahun lalu aku sudah menganggapmu sebagai penyelamat sekaligus adik kandung. Jelas tahu kamu bermain-main di belakangku buat memfitnah Tiffany Song, aku selalu tutup mata. Waktu itu, asal kamu tidak bikin masalah besar, aku terus menoleransi ulah-ulahmu. Tetapi, aku sekarang menyesali sikap ini. Kalau aku dari awal tahu kamu punya niat jahat pada Tiffany Song, aku bakal langsung mengusirmu dan tidak akan ada masalah sebanyak sekarang. Karena rasa toleranku padamu, aku kehilangan anakku sendiri dan nyaris kehilangan wanita yang paling aku cinta. Angelina Lian, menyakitiku kamu boleh, tetapi jangan menyakiti Tiffany Song. Dia orang paling berharga yang aku punya.” Ia sebelumnya tidak pernah berpikir ingin mengapa-apakan Angelina Lian. Tetapi sekarang, ia tidak mau bertoleransi lagi.

“Taylor Shen, memang aku menyakitinya? Kalau aku mau menyakitinya, tujuh tahun lalu dia sudah aku dorong di tangga, bukannya aku yang jatuh. Saat kejadian itu, yang membiarkan Tiffany Song dibawa pergi polisi dan dipenjara adalah kamu. Kamu pasti terus merasa sangat bersalah dan akhirnya menjadikan aku sebagai kambing hitam kan?” Angelina Lian paham ada hal-hal yang pada akhirnya bakal terungkap. Ia sendiri juga tidak pernah berpikir situasinya bakal terus aman.

Taylor Shen jadi makin marah. Ia menggigit rokoknya dan menggeser-geser leher Angelina Lian dengan tangannya sendiri. Maksud tindakannya tentu meminta si wanita melepaskan pegangan di kedua kakinya. Dengan wajah merah padam, Taylor Shen bertanya, “Jadi memang ini maumu? Kamu mau Tiffany Song masuk penjara, lalu dibawa pergi orang-orang itu? Angelina Lian, sepertinya aku benar-benar terlalu meremehkanmu. Aku harusnya bunuh kamu dari dulu!”

Angelina Lian mempertahankan pegangannya, bahkan membuatnya lebih erat. Pria di hadapannya saat ini benar-benar lagi marah. Keanggunan yang biasa terlihat darinya sepenuhnya sudah hilang. Tanpa keraguan sedikit pun, si wanita tahu ia bisa benar-benar dihabisi satu detik kemudian.

Suasana ruangan makin lama makin tegang. Pikiran Angelina Lian sangat kacau. Insting untuk minta tolong membuatnya terus memegangi kaki Taylor Shen. Ia juga menghunuskan sedikit kuku ke kulit kaki si pria. Satu per satu luka kecil muncul di sana.

“Angelina Lian, siapa orang-orang yang membawa pergi Tiffany Song! Cepat jawab!” bentak Taylor Shen dengan diikuti gertakan gigi. Ia lama-lama jadi kepingin menendang leher Angelina Lian sampai patah!

Ia selama ini sudah baik-baiki Angelina Lian. Ia tidak menyangka, ternyata wanita ini sangat licik bagai ular berbisa!

“Aku….. Uhuk uhuk uhuk…… Aku tidak tahu…… Uhuk uhuk.” Karena kehabisan nafas, wajah Angelina Lian jadi agak memucat. Sepasang matanya terlihat lebih menyembul juga.

Para pengawal pribadi yang berjaga saling bertatapan. Mereka buru-buru menarik Angelina Lian biar bisa lepas dari kaki Taylor Shen.

Si bos menyapukan pandangan dengan garang ke semuanya. Para pengawal pribadi jadi merinding dan berhenti bergerak. Taylor Shen tidak melawan lagi. Sambil melihat Angelina Lian memeluk kencang-kencang kakinya, ia menyindir sinis, “Masih tutup mulut? Tenang, aku sekarang tidak bakal langsung membunuhmu. Itu terlalu enak buat kamu.”

“Angelina Lian, ingat aku pernah bilang aku punya seribu satu cara buat bikin musuhku buka mulut? Kalau kamu masih terus tutup mulut, kita lihat saja nanti kamu bakal kalah di cara yang keberapa!”

Jantung Angelina Lian berdebar makin kencang. Pria di hadapannya sekarang ini benar-benar asing. Ia tidak punya pilihan lain selain terus meronta-ronta dengan harapan Taylor Shen perlahan bisa berhenti curiga. “Perang darah” antara dia dan Jason waktu itu sudah cukup untuk membuktikan Taylor Shen sangat kejam dalam melawan musuh.

Mana boleh dirinya bernasib serupa dengan Jason!

“Taylor Shen, mending langsung bunuh saja. Aku tidak bakal buka mulut.” Angelina Lian tiba-tiba tertawa, “Di dunia ini, hanya aku yang tahu Tiara asli ada di mana. Kalau kamu bunuh aku, peluangmu untuk menemukan dia bakal sepenuhnya sirna. Hahaha!”

Taylor Shen menginjakkan satu kaki ke punggung Angelina Lian dengan kencang. Ia membalas, “Kita lihat saja kamu bakal kalah di cara keberapa.”

Yang diinjak mendenguh kesakitan. Tawanya juga ikut berhenti. Wanita itu mulai berbatuk lagi.

Taylor Shen menurunkan kaki dari punggung Angelina Lian. Sebelum pergi, ia berpesan pada para pengawal pribadi: “Pakai semua cara buat bikin dia buka mulut. Awas, jangan sampai mati.”

Brak! Pintu apartemen dibanting dan suasana di dalam kembali sunyi. Angelina Lian terbaring dalam posisi tengkurap di lantai. Ia tiba-tiba merasa tubuhnya diseret orang. Ia dibawa ke kamar mandi, lalu sedetik kemudian dilempar dan ditahan di bathtub. Sepasang telinganya mendengar pertanyaan interogasi dari para pengawal pribadi……

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu