You Are My Soft Spot - Bab 35 Kalau Mabuk Boleh Berbuat Senonoh

Tiffany melihat wajah tampan itu semakin mendekat pada wajahnya, nafasnya yang hangat ditambah dengan aroma wine yang khas berhembus ke arahnya. Ia menyadari apa yang ingin dilakukan Taylor, Tiffany pun memiringkan kepalanya, sehingga bibir Taylor yang dingin itu melewati bibirnya dan menempel pada pipinya, ciuman itu terasa begitu nyata, sama sekali tidak ditutup-tutupi.

Tiffany pun terkejut, pipi yang dicium Taylor itu merasa panas, wajahnya memerah, ia melotot ke arah Taylor dan berkata, "Kau......"

Taylor sama sekali tidak minta maaf, ia hanya memandangi Tiffany dalam-dalam.

Tiffany pun membisu, Taylor tahu jelas apa yang sedang ia lakukan, tapi ia sama sekali tak berencana untuk meminta maaf pada Tiffany, apa artinya? Tiffany bukanlah seorang gadis polos yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa, pria itu menunjukkan sebuah aura posesif yang kuat dari matanya, aura itu membuat Tiffany sangat panik, apa sebenarnya yang ingin ia lakukan?

Ia tidak mengerti, juga tidak ingin mengerti, ia mengambil tasnya, lalu pergi dari sana. Saat ia lewat di samping Taylor, Taylor pun memegang tangan Tiffany tanpa ragu.

"Makan dulu, nanti sore ikut aku ke lapangan konstruksi." Taylor bisa melihat kepanikan Tiffany di wajahnya, jantungnya berdegup kencang, tadi ia terlalu tergesa-gesa.

Tiffany menggigit bibirnya, kalau dia cukup sadar dan masih memiliki akal sehat, ia pasti akan langsung pergi dari sana, lalu memesan tiket kembali ke Kota Tong, membatalkan proyek ini, melepaskan posisi direktur kreatif, melanjutkan posisi desainer biasanya seperti biasa, jangan berhubungan lagi dengan Taylor.

Tapi ia tidak bisa, ia harus naik ke atas, ia harus mencapai kedudukan yang lebih tinggi, agar ia bisa muncul di hadapan orang itu dan bertanya padanya kenapa ia membuangnya waktu itu.

Tiffany menggertakkan giginya dan duduk kembali ke kursinya dengan terpaksa, ia mengangkat kepalanya dan menatap Taylor dengan langsung, ia menekankan suaranya, katanya, "Paman Keempat Kakak Ipar, kuharap kejadian tadi tidak diulangi lagi, soal kejadian kemarin malam, aku mabuk berat, kalau misalnya aku melakukan tindakan-tindakan yang senonoh, tolong Paman Keempat Kakak Ipar tidak memperhitungkannya padaku."

Taylor mengayun-ayunkan wine merah yang ada di dalam gelas wine nya, warnanya yang indah itu membuat jari-jari Taylor tampak lebih panjang, Taylor memandangi Tiffany, katanya, "Jadi maksudmu, kalau mabuk boleh berbuat senonoh?"

"......" Tiffany tak bisa berkata apa-apa lagi, orang ini!!

Taylor menatapnya dalam-dalam, melihat wajahnya yang sebentar merah sebentar putih, katanya, "Tidak akan diulangi lagi." Kalau sampai terjadi lagi, ia tidak akan melepaskan Tiffany begitu saja.

Mendengar janji Taylor itu, Tiffany pun merasa lega. Setelah perasaannya lebih tenang, nafsu makannya pun pulih kembali, ia pun makan dengan lahapnya.

Taylor menikmati anggur Lafite yang sudah disimpan puluhan tahun itu, sambil memandangi Tiffany yang sedang makan dengan rakusnya itu, gadis ini sebenarnya sangat polos, begini saja ia langsung mempercayai ucapannya, "Makanannya cukup tidak, kalau tidak cukup, pesan lagi."

Tiffany sedang sibuk makan dan tak ada waktu berbicara, ia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan keras. Dua porsi salad, dua porsi hidangan penutup, dan dua porsi sup kental sudah ia habiskan ke dalam perutnya. Sampai akhirnya ia merasa perutnya lumayan kenyang, barulah ia mengurangi kecepatan makannya itu.

Setelah selesai makan, datanglah mobil utusan Shen's Corp. yang menjemput mereka untuk menuju ke lapangan konstruksi, prototipe dari Mansion no. 10 sudah terbangun, bangunan-bangunan ala Eropa yang berjejeran itu terlihat seperti saat memasuki desa kecil di Eropa, tempat ini adalah tempat pemukiman paling berkelas dan paling mewah di Kota C, dari mulai perencanaan sampai proyek ini berjalan, Shen's Corp. sudah menghabiskan dana sampai puluhan triliyun untuk membuat villa seindah ini.

Tiffany ikut di belakang Taylor sambil mengenakan topi pengaman, orang yang memimpin perjalanan mereka di sana adalah penanggungjawab lapangan konstruksi ini, Taylor dan orang itu berjalan berduaan sambil berdiskusi.

Saat bekerja, wajah Taylor sungguh sangat serius, ia terlihat keras dan tak tersenyum sama sekali, saat sang penanggungjawab lapangan konstruksi melaporkan progres kerjanya, ia mendengarkannya dengan seksama. Tiffany terus menatap dan menatapnya lagi, hatinya berbunga-bunga, waktu Taylor serius bekerja, tampangnya tampan sekali!

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu