You Are My Soft Spot - Bab 373 Bercerai Tapi Tak Berpisah (2)

Hati Stella Han pada malam itu terasa setengah senang setengah sakit, Jordan Bo pernah berjanji padanya, asalkan Evelyn kembali berbicara, maka dia akan bertanda tangan di surat perceraian. Dirinya teringat akan anting-anting yang tadi dipungutnya di mobil Jordan Bo, teringat Beatrice Lin memakai anting-anting berlian dan pamer di hadapannya, hatinya langsung merasa begitu kesakitan tak tertahankan.

Setelah menidurkan Evelyn, dia menelepon Jordan Bo, tempatnya di mana dia berada sangat hening, samar-samar terdengar suara percikan api yang membakar kertas, dia sedang merokok, Stella Han terdiam sejenak, kemudian mulai mengatakan tujuannya menelepon, "Jordan, Evelyn telah bisa berbicara, hal yang kamu janjikan padaku, sekarang sudah boleh diwujudkan belum?"

Tangan Jordan Bo yang menjepit rokok meremas erat, percikan api yang membakar rokok menjalar hingga membakar tangannya, dia telah mengetahui kondisi penyakit Evelyn yang sebenarnya saat dia kebetulan kembali ke Markas Militer, anak itu sedang membisikkan sesuatu dengan kakeknya.

Jordan Bo tidak masuk ke sana, hanya membalikkan badan dan pergi, mengikuti niat dari sang anak.

Tapi sekarang, bahkan sang anak pun telah menyerah, apakah dirinya benar-benar harus menyerah. Setelah diam beberapa saat, Stella Han di pihak sana terus diam menunggu tanggapan, Jordan Bo memejamkan mata, membuang rokok, dan memadamkannya dengan menginjaknya, dia berkata dengan nada dingin: "Baik, besok datanglah ke kantor, aku akan menyuruh pengacara untuk merancang surat perceraian."

Stella Han masih belum sempat berkata, Jordan Bo langsung menutupnya, Stella Han berdiri di samping jendela, melihat salju di luar yang turun lebat, seketika matanya memerah. Setelah saling bersama selama 7 tahun, akhirnya berakhir juga, tapi kenapa dirinya tidak merasa lega, sebaliknya malah merasakan kesakitan yang menusuk hati?

Sepasang tangannya memeluk diri sendiri, memejamkan mata, membiarkan air mata jatuh ke bawah, berkata pada diri sendiri, Stella, kamu pasti bisa, tidak masalah, kamu mampu melakukannya.

Keesokan harinya saat Stella Han bangun, langsung menyadari dirinya telah pilek, tenggorokannya sakit sekali. Tapi dia tetap bangun untuk membuatkan sarapan anaknya, pembantu yang dipekerjakan hanya bertugas menjemput anaknya pulang di sore hari, dan juga membersihkan rumah, selebihnya, hampir semuanya dilakukan oleh dirinya sendiri.

Stella Han membentuk rambut Evelyn menjadi dua kepangan, melihat dia telah menghabiskan sarapan yang dibuatnya, lalu memikul tas, dan menunggu di depan pintu dengan penurut. Stella Han mengambil tas kantor, menggandeng tangan putrinya, lalu pergi mengantarnya ke sekolah.

Di pintu sekolah, Stella Han melihat sang anak membalikkan badan pergi memasuki pintu sekolah, dia terus memandang ke sana, hingga sudah tidak lagi bisa melihat sosok badannya, baru membalikkan badan kembali ke mobil, pergi ke gedung Bo's Corp.

Sudah begitu lama dia tidak pernah datang ke sini lagi, semenjak dia menjadi mitra senior Firma Zoey, dia sudah jarang datang ke sini, orang di resepsionis mengenalnya, saat melihatnya telah masuk, langsung mengantarnya ke lift, berkata: "Nyonya Bo, CEO Bo telah lama menunggu Anda."

Hati Stella Han seketika menjadi sakit, spontan meremas tasnya, agar tidak membocorkan suasana hatinya. Seorang wanita yang berumur 32 tahun, sudah tidak sepolos 7 tahun lalu lagi, ditambah lagi dengan pengalaman kehidupan, membuatnya mampu menyembunyikan suasana hatinya yang sebenarnya dengan sangat mudah, meskipun hatinya telah merasa kepiluan yang teramat sakit.

Dia pindah dari Halley City, tapi Bibi Liu terkadang masih akan meneleponnya, mengatakan bahwa Tuan juga sudah jarang pulang ke sana, Stella Han pada saat itu tahu, Jordan Bo pasti menginap di apartemen lain di luar.

Menaiki lift naik ke atas, hingga tiba di lantai teratas, Stella Han berjalan ke sana, Vincent Xu menyambutnya, mempersilahkannya masuk ke ruang rapat. Dia membuka pintu ruang rapat, Jordan Bo sedang duduk di kursi utama, sela jari-jari tangannya menjepit sebatang rokok yang telah dihisap setengah, sedang menempatkannya ke arah bibir, lalu menghisapnya, dan mengeluarkan gumpalan asap.

Kecanduannya terhadap rokok semakin berat, saat melihat asbak bening di hadapannya, semuanya telah dipenuhi dengan puntung rokok. Dulu, Stella Han pernah mencoba untuk mengontrolnya, tidak membiarkannya merokok, tapi dia hanya sekedar tersenyum melihatnya, "Nyonya Bo, kamu tidak mengizinkanku merokok, jadi sebaiknya aku harus melakukan apa? Memainkanmu?"

Wajah Stella Han selalu dibuat merah akibat perkataannya yang tak tahu malu itu, tapi Jordan Bo tidak hanya sekedar bercanda, pria yang tidak merokok sangat brutal, menggunakan satu tangan menarik tangan Stella Han, memasukkannya dalam pelukan, Jordan Bo yang beraroma rokok pekat mendekat, menciumnya hingga seluruh tubuhnya melemah, menciumnya dengan sesuka hati, melihat napas Stella Han telah kacau akibat siksaannya, baru bersedia melepaskannya.

Stella Han berdiri di depan pintu ruang rapat, melihat kepulan asap rokok dari sela jarinya, entah kenapa tiba-tiba malah teringat dengan gambaran mersa itu, wajahnya sedikit memerah, mengalihkan pandangan matanya, tapi malah bertatapan dengan pandangan mata sang pria yang melihat kemari, daun telinganya langsung merah menyala.

Jordan Bo melihatnya dengan mendalam dari balik asap rokok, melihat pipinya yang memerah, hatinya bergetar, hatinya tiba-tiba merasa kacau, Jordan bo mendekatkan rokok di tangan ke mulut, menghisapnya sejenak, setelah itu baru mampu menekan kegusaran hati dengan paksa.

"Sudah datang?" Jordan Bo menanyakan sebuah omong kosong.

Stella Han menganggukkan kepala, melepaskan pintu, dan masuk ke dalam, lalu duduk di sebelah kanannya, membuka tas kantor, mengeluarkan sebuah dokumen, berkata: "Ini adalah surat perceraian yang kubuat, coba kamu lihat, kalau tidak ada masalah, cukup dengan bertanda tangan di dalamnya."

Mata Jordan Bo memancarkan kemurungan, hanya saja sudah langsung sirna dengan cepat, sang wanita tidak menyadarinya. Tangan putihnya yang panjang dan ramping mengambil dan membuka dokumen, mulai membacanya, dalam sebuah surat perceraian yang sederhana, Stella Han sama sekali tidak menuntut apapun, hanya menginginkan hak asuh Evelyn.

Jordan Bo menyipitkan mata, matanya memancarkan cahaya yang pekat, sepasang tangan dengan elegan meremas dokumennya, lalu terdengar suara robekan, dokumennya telah terbagi menjadi dua bagian, lalu membuangnya ke tong sampah. Stella Han merasa panik hingga raut wajahnya memucat, bangun dengan mendadak, melototi Jordan Bo dengan tajam, membentaknya: "Jordan, kamu mengingkari janji!"

Jordan Bo tidak meladeninya, hanya menepukkan tangan, Pengacara Xin masuk dari luar pintu, tangannya membawakan dokumen, dia semalam telah dipaksa bangun oleh Jordan Bo, untuk menyusun surat perceraian, dengan isi ketentuan yang sangat aneh, ini merupakan kasus paling aneh yang pernah dia tangani sendiri.

Dia meletakkan dokumen rangkap dua dan meletakkannya masing-masing di hadapan Jordan Bo dan Stella Han, lalu keluar, memberikan ruang untuk sepasang suami istri ini.

Stella Han tidak tahu apa yang dimaksudkan olehnya, dia tidak menyentuh dokumen itu, berkata: "Permintaanku sangat sederhana, selain Evelyn, selebihnya tidak kuinginkan."

"Lihat dulu baru bahas." Jordan Bo menjentikkan ujung rokok, ekspresinya datar, sama sekali tidak terdapat niat untuk menyulitkannya.

Stella Han membungkam bibir, Jordan Bo sepertinya telah berselisih dengannya, tapi tetap hanya menatapnya dengan pendiam, terkadang akan menghisap rokok, kepulan asap terbang ke atas, Stella Han semakin tidak mengerti dengan pria di depannya yang misterius ini.

Kemudian, dia mengalah, mulai membuka dokumen dan membacanya, dokumen hanya ada dua halaman, halaman pertama adalah mengenai harta benda, Jordan Bo sangat murah hati, dia memberikan sejumlah uang yang sangat besar untuknya.

Stella Han spontan mengangkat pandangan mata melihatnya sekilas, sang pria tetap bersikap seperti semula, pandangan matanya masih begitu mendalam, terus memandang dirinya hingga tertegun. Jordan Bo setuju untuk bercerai, tapi masih saja memberikan uang sebanyak ini untuknya, otaknya bermasalah ya?

Stella Han lanjut melihat, akhirnya mampu melihat masalah yang paling diperhatikannya, yaitu tentang hak asuh Evelyn, tertulis seperti ini di dalam dokumen, demi tidak membuat Evelyn merasa dirinya telah ditelantarkan oleh orang tua sendiri, maka setelah bercerai, Hari Senin, Rabu dan jum'at sang anak diasuh oleh Stella Han, Hari Selasa dan Kamis di asuh oleh Jordan Bo, Hari Sabtu dan Minggu diasuh oleh mereka berdua bersama-sama.

Saat Stella Han melihat kata diasuh bersama ini, dia langsung meledak, "Jordan, apa maksudmu?"

"Pernyataan yang tertulis di dalam sudah sangat jelas, Evelyn pernah mengalami trauma, sekarang baru saja sembuh, dokter berkata, jiwanya sangat rapuh, tapi karena kamu begitu buru-buru ingin bercerai, maka aku tidak akan menahanmu, tapi tanggung jawab yang harus dilakukan, tetap harus dipenuhi. Kalau tidak, kita jangan bercerai saja bagaimana?"

Stella Han mengangakan mulut, kehilangan kata-kata untuk menanggapinya, dia merasa kesal dan menundukkan kepala, demi bercerai, dia akan menerimanya! Lalu melihat ke ketentuan berikutnya, setelah bercerai, tidak boleh berpacaran dengan lawan jenis dalam waktu 3 tahun, tidak boleh memiliki anak dengan lawan jenis dalam waktu 5 tahun.

Stella Han mengepalkan tonjokan dengan erat, ketentuan ini, juga dia tahan, dia pada awalnya memang tidak berencana untuk memiliki anak lagi, juga tidak berencana untuk berpacaran lagi. Tapi apa maksud dari ketentuan terakhir, setelah bercerai, kalau kedua belah pihak saling memerlukan, boleh one-night stand!

Otaknya yang lambat, sesaat kemudian baru mulai mengerti apa makna dari kata one-night stand yang baru populer ini, ini adalah istilah for one night yang dulu disebutkan, Stella Han merasa murka, mengangkat kepala melototi Jordan Bo, berkata: "Apa maksudmu, bercerai tapi tidak berpisah dari ranjang?"

Jordan Bo merenggangkan bahu, "Kelihatannya Nyonya Bo sangat merindukan ranjangku, bagaimana kalau kita sekarang melakukannya sekali?"

"Jordan!" Stella Han naik pitam, tidak pernah menemui seseorang yang tak tahu malu hingga tak tahu batasan seperti ini, dia menggertakkan gigi, berkata: "Aku tidak setuju."

"Kalau begitu jangar bercerai, sebenarnya aku rasa, di antara tidur secara legal dan one-night stand bersamamu, one-night stand bersamamu sesekali pasti akan terasa lebih menggairahkan." Pandangan mata Jordan Bo dengan tanpa rasa malunya menerawang bentuk badannya yang gemulai, setelah melahirkan anak, bentuk badannya kembali seperti semula dengan sangat cepat, terutama kelembutan yang tak mampu ditampung oleh sepasang tangan, ukurannya kembali bertambah besar, membuat darah orang langsung mengalir deras saat menyentuhnya.

"Dasar tak tahu malu!" Stella Han merasa kesal hingga wajah memerah, sudah diduga dia tidak akan bercerai dengannya begitu mudah.

Salah satu tangan Jordan Bo dengan elegan menopang dagu, melihat penampilannya yang hampir menangis karena kesal, sudah sepenuhnya kehilangan rasa tenang saat baru saja masuk tadi, seakan-akan hanya Jordan bo lah yang mampu mendesaknya memperlihatkan wujud asli dan penampilan yang sangat lemah itu.

Jordan Bo berkata: "Apanya yang tak tahu malu, lagipula kamu bukanlah tidak pernah kutiduri, oh iya, kamu mungkin tidak mengerti, yang tertulis di dalamnya adalah jika kedua belah pihak saling memerlukan, kalau kamu tidak memerlukannya, itu sudah menjadi dua hal berbeda."

Stella Han menggertakkan gigi, jantung terus kembang-kempis di rongga dada, menjadi malu karena diusiknya, dan kesal hingga mengamuk, "Aku tidak akan bertanda tangan di dalam surat perceraian yang begitu aneh seperti ini!"

"Bagus, kalau begitu kita masih menjadi sepasang suami istri yang sah." Jordan Bo menyipitkan mata melihatnya, Stella Han tahu, ini adalah sikap ketika dia berniat melakukan kejahilan.

Stella Han tahu, tidak mudah untuk membuatnya melepaskan tangan, meskipun dia terus menggugat perceraian selama 7 tahun, belum tentu bisa berhasil bercerai dengannya, Stella Han membungkam bibir, mengeluarkan sebuah bolpen dari kantong baju, dengan cekatan bertanda tangan di dalam surat perceraian, lalu melemparkan surat dokumen itu ke wajah tampan Jordan Bo yang tak tahu malu itu, mencengkram tas kantor dan pergi dengan cepat.

Pintu ruang rapat terbuka lalu tertutup lagi, wajah Jordan Bo tergores sedikit akibat lemparan dokumen itu, pipinya merasa sedikit sakit, lalu mengambil surat perceraian, membuka ke halaman kedua, melihat tanda tangan yang begitu bertenaga hingga menembus kertas, hatinya tiba-tiba menjalar sebuah rasa sakit, Stella Han begitu tak sabaran, bahkan ketentuan yang tak masuk akal pun disetujuinya, memangnya kamu begitu ingin bercerai denganku?

Jadi sore kemarin, kenapa kamu berjongkok di pinggir jalan dan menangis?

Jordan Bo menutup dokumen, dengan murung memejamkan sepasang mata, Stella, setelah membiarkanmu menandatangani surat perceraian, apakah kamu sudah merasa lega, apakah kamu merasa, selanjutnya tidak akan memiliki hubungan apapun lagi denganku?

Stella, sedetik saat kamu menandatanganinya, apakah kamu pernah merasa ragu? Apakah kamu akan merasa tidak merelakanku?

Stella Han menyerbu keluar dari Bo's Corp., masuk ke dalam mobil, hatinya tidak merasa sedih, segala rasa sakit telah berubah menjadi amarah akibat ketentuan yang tak masuk akal, sungguh telah meremehkan pria itu, kenapa dia begitu hebat, bahkan saat membuatnya menandatangani surat dokumen itu, dirinya sangat marah hingga gemetaran!

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu