You Are My Soft Spot - Bab 206 Sungguh Ingin Merobek Bajumu (1)

Setelah kesenangan berlalu, yang tersisa hanya rasa iba yang berkelanjutan. Wayne Shen memegang erat-erat setir mobil dan menginjak gas dengan semakin kencang.

Jennifer Li itu wanita yang kuat. Ia bisa memutuskan minta cerai begini pasti karena sudah saking kecewa dan tidak tahannya.

Wayne Shen masih ingat apa yang ia lakukan pada hari melahirkan Jennifer Li. Wanita itu kesakitan melahirkan di dalam, sementara ia hanya bisa menunggu dan terus menunggu dalam mobil di parkiran luar rumah sakit. Ia sungguh berharap bisa mendampingi si wanita menghadapi rasa sakit, namun itu tidak lebih dari khayalan semata.

Ada banyak orang menunggui Jennifer Li di depan kamar bersalin, hanya ia saja yang tidak ikutan. Bila ia ikut, orang-orang akan menilai tindakannya tidak etis. Sekhawatir-khawatirnya ia pada Jennifer Li, ia tidak mau membuat wanita itu dihujat orang-orang ketika menjalani masa sulit. Memang punya hak apa ia ikut serta menunggui istri orang melahirkan?

Hati Wayne Shen pilu memikirkan ini. Ponselnya tiba-tiba berdering. Telepon itu dari Jules Li, “Wayne Shen, putra Jennifer Li sudah lahir dengan selamat. Pulanglah.” Di belakang suara si penelepon, ia bisa mendengar samar-samar suara bayi menangis.

Wayne Shen menghembuskan nafas lega mendengar kabar ini. Ia kemudian baru sekujur tubuhnya berkeringat dingin seperti baru keluar dari kolam. Ia tahu, mulai detik itu, kebahagiaan Jennifer Li tidak ada hubungannya dengan dirinya lagi.

Wayne Shen mematikan telepon dan mengamati gedung rumah sakit. Di bawah cahaya mentari fajar yang merah, gedung rumah sakit terlihat kokoh berdiri di depan gedung-gedung lain. Mata si pria berkaca-kaca. Ia sudah mengusahakan cinta mereka bertahun-tahun, tetapi pada akhirnya ia tidak punya pilihan lain selain melepaskannya.

Si pria tidak bergegas pergi, melainkan turun dari mobil. Di toko bunga kecil samping urmah sakit, ia membeli sebuket anyelir yang baru distok beberapa jam lalu. Di atas kepak bunga merah masih ada butiran-butiran embun peninggalan subuh. Butiran-butiran yang jumlahnya tidak banyak tapi tidak sedikit itu menambah kecantikan bunga.

Wayne Shen naik ke lantai atas rumah sakit dengan membawa bunga. Dari depan kamar pasien Jennifer Li, ia bisa mendengar si wanita dan suaminya sedang berbincang mesra. Nada bicara sang wanita terdengar kelelahan, tetapi penuh rasa puas. Wayne Shen bahkan bisa membayangkan ekspresi wajahnya sekarang. Rasa bahagia yang Jennifer Li alami jauh lebih kuat daripada rasa sakit yang barusan ia lewati.

Kelopak-kelopak bunga diremas Wayne Shen dengan perasaan cemburu. Tetes-tetes embun yang ada di atasnya pun menetes ke lantai rumah sakit seolah darah segar yang menetes keluar dari luka pada kulit. Ia akhirnya tidak jadi masuk. Ia pergi dengan hancur dan membuang bunga ke tong sampah.

Setibanya di depan pintu rumah sakit, si pria berbicara pada dirinya sendiri. Wayne Shen, Jennifer Li sudah bahagia, sekarang kamu juga perlu mencari kebahagiaanmu sendiri.

Belum sebulan momen itu berlalu, kabar Jennifer Li cerai langsung menghebohkannya. Ia tiba-tiba merasa rasa senang yang ia alami barusan sangat kejam dan tidak simpatik. Ya sudahlah, tidak peduli soal kejam-kejaman dan simpatik-simpatikan, ia pokoknya mau menemani wanita itu. Mereka sudah tujuh tahun berpisah. Wayne Shen sudah melewatkan momen ketika si wanita berada dalam kondisi paling lemah, juga momen ketika ia sebenarnya bisa menemani si wanita bangkit berdiri lagi. Kali ini, ia tidak mau melewatkan momen paling menderita si wanita.

Tidak peduli seberapa besar penolakan yang Jennifer Li tunjukkan, ia tidak akan melepaskan tangannya.

Mobil balap merah Wayne Shen berjalan kencang seperti roket. Ia ingin jadi pria yang tiba paling awal di hati si wanita.

Dua jam kemudian, mobil memasuki rumah kediaman keluarga Li. Seperti tahu ia akan datang, Jules Li sudah menunggu di pinggir jalan. Ketika melihat sosok pria itu, mata Wayne Shen terasa hangat. Di dunia ini, memang Jules Li yang paling paham dia.

Begitu Wayne Shen turun dari mobil, Jules Li langsung menepuk bahunya, “Aku sudah bilang jangan datang, mengapa kamu tetap kemari?”

Jawaban Wayne Shen tertahan di tenggorokan. Sepanjang jalan bibirnya sakit sekaligus panas. Tanpa harus bercermin, ia tahu di bibirnya timbul jerawat. Sekalinya gelisah memikirkan sesuatu, ia memang selalu begini.

Jules Li pernah menertawainya soal ini dan meledek ia tidak cocok melakukan hal jahat. Tuh kan, begitu melakukan, jerawat pasti langsung muncul.

Setelah menatap wajah Wayne Shen lekat-lekat, Jules Li membuang nafas panjang, “Wayne Shen, jangan tampil begini. Kalau Jennifer Li lihat, hatinya pasti sakit.” Empat tahun, ketika Jennifer Li menderita depresi, Jules Li sibuk dengan urusannya sendiri. Ia tidak mengabari Wayne Shen soal ini. Kalau saja ia waktu itu memberitahukannya, penderitaan Jennifer Li pasti bisa diringankan.

“Iya, kakak,” jawab Wayne Shen pelan.

Jules Li tercengang. Ini pertama kalinya ia mendengar Wayne Shen memanggil dia “kakak”. Ia merasa sangat dituakan dan dihormati. Pria itu menepuk punggung lawan bicaranya lagi: “Mandi dan bersih-bersih diri dululah di Harvest Park. Aku akan suruh asisten rumah menyiapkan baju. Kamu harus terlihat segar ketika bertemu dia agar tidak memicu ia menangis. Ia saat ini masih dalam masa istirahat sesudah melahirkan, aku cemas kalau dia menangis pemulihannya akan terhambat.”

“Baik,” jawab Wayne Shen dengan nada berat. Ia sudah tidak seceria saat mendengar kabar perceraian untuk pertama kalinya tadi lagi.

“Ayo jalan,” tutup Jules Li sambil merangkul bahu Wayne Shen dan mengajaknya berjalan ke Harvest Park.

Setengah jam kemudian, Wayne Shen sudah berdiri dengan sangat rapi di hadapan cermin. Ketika menata rambut, si pria tiba-tiba gelisah. Ia harus pakai sika papa menemui Jennifer Li?

Kalau sikapnya terlalu serius, bukankah itu akan menambah beban hati Jennifer Li? Di sisi lain, kalau sikapnya terlalu santai, bukankah itu akan membuat Jennifer Li mendapat kesan ia bahagia mendengar soal perceraiannya?

Wayne Shen berpikir keras, tetapi tidak juga menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. Begitu pikir kamar mandi diketuk, ia buru-buru keluar. Tidak boleh buang-buang waktu lagi, bukankah hal yang paling ia inginkan saat ini adalah bertemu Jennifer Li?

Jules Li bisa merasakan kegugupan yang dialami Wayne Shen. Ia bisa memahaminya. Tanpa berucap sepatah kata pun, mereka berjalan keluar.

Ruamh kediaman keluarga Li tidak sama dengan rumah kediaman keluarga Shen. Ketika di rumah kedua para anggota keluarga Shen tinggal dalam satu bangunan yang sama, di rumah pertama tiap anggota keluarga Li punya rumah masing-masing. Ketika sudah menginjak dewasa, semua anak di keluarga itu diberikan rumah masing-masing untuk hidup sendiri. Ini sesuai dengan filsafah raja-raja kuno. Anak dan cucu tidak tinggal bersama para raja, tetapi juga tidak berjarak terlalu jauh.

Setibanya di pekarangan rumah Jennifer Li, Wayne Shen menyadari patung kapal bajak laut yang ia berikan sudah tiada. Memang, ketika si wanita menikah, patung itu sengaja disingkirkan untuk menghapus kenangan masa lalu. Itu hadiah ulang tahun Wayne Shen pada Jennifer Li entah kapan. Saking besarnya, patung kapal bajak laut itu memakan setengah dari total luas pekarangan rumah Jennifer Li.

Suasana pekarangan jadi terasa kosong. Dari lantai atas, terdengar suara bayi menangis yang diikuti dengan suara bujukan untuk diam dari ibunya.

Dalam ingatan Wayne Shen, Jennifer Li bukan tipe wanita yang sabar membujuk. Si pria sedih mengingat hal ini. Jennifer Li yang sekarang sudah bukan Jennifer Li yang dulu……

Wayne Shen bergegas masuk rumah dan berjalan ke tangga. Jules Li tidak ikut naik. Setelah pria yang ditemani masuk rumah, ia berbalik badan dan pergi.

Sekelebat pemikiran melintas di benak Wayne Shen ketika ia menengok ke pekarangan. Waktu itu, di tempat itu, ia melihat Jennifer Li digandeng Patrick Song berangkat ke aula pernikahan. Hatinya saat itu benar-benar pedih. Wanita yang ia cintai terang-terangan jadi milik orang lain di hadapannya.

Saat ini hati Wayne Shen pedih juga, sebab Jennifer Li tidak bahagia dengan pernikahannya.

Si pria naik ke atas. Ia tahu kamar si wanita yang mana, sebab ia tidak sekali saja pernah berkunjung kemari. Tujuh tahun lalu, ia bahkan sempat merasa sangat nafsu di kamar itu. Pada akhirnya, ia menahan nafsu itu dan bilang baru akan mencumbuinya di malam pernikahan.

Tetapi malam pernikahan mereka tidak pernah tiba. Sebabnya, ia kehilangan Jennifer Li karena satu kesalahan besar.

Setibanya di depan pintu kamar, suara bayi menangis semakin kencang. Jennifer LI, yang awalnya masih sabar menenangkan, sekarang sudah mulai kesal. Setiap raungan si anak terdengar bak jarum yang menusuk-nusuk kesabaran.

Wayne Shen membuka pintu dan berjalan masuk, lalu mengangkat bayi yang sedang menangis ke gendongannya. Sungguh aneh, si bayi langsung diam ketika ia bopong. Kedua matanya yang bulat kini menatap Wayne Shen lekat-lekat.

Ini pertama kalinya si pria melihat bayi si mantan pujaan hati. Anak ini sangat mirip dengan Jennifer Li. Alisnya, matanya, hidungnya, bibirnya, semuanya sangat mirip. Merasakan kelembutan kulit bayi, hati Wayne Shen ikut terenyuh.

“Siapa namanya?” Wayne Shen sebenarnya tidak tahu cara menggendong bayi, jadi gerakannya agak canggung.

Jennifer Li tidak menyangka Wayne Shen akan datang. Ia juga tercengang melihat anaknya yang daritadi menangis tiba-tiba langsung diam saat digendong sip ria.

Berselang beberapa saat, Jennifer Li baru bangkit dari lamunannya. Ia menjawab: “Adam Song.”

Wayne Shen menatap si anak dengan lembut. Ia memainkan bibirnya untuk meledek si anak seperti ayah-ayah muda yang sering tampil di televisi. Tidak ada yang lucu dengan tingkah ini, tetapi pemirsa suka dengan suasana hangat antara anak dan orang tua yang ditimbulkannya. Wayne Shen memuji: “Adam Song, kamu tampan sekali. Entahlah berapa banyak wanita yang tergila-gila padamu saat kamu besar nanti.”

Nada bicaranya penuh kebanggaan.

Jennifer Li termenung menatap Wayne Shen. Kedatangan pria itu pasti ada kaitannya dengan berita perceraian dirinya. Ia merasa agak cangung berada di dekatnya. Patrick Song adalah orang yang ia pilih sendiri jadi suami setelah putus dari Wayne Shen. Sayang, pada akhirnya ia gagal menjalani pernikahan ini.

Soal anak itu……

Sekalinya teringat Adam Song, hati Jennifer Li gatal seperti digigiti semua. Anaknya sepenuhnya mirip dia dan tidak mirip dengan Patrick Song sama sekali. Sementara itu, anak wanita selingkuhan Patrick Song yang sangat cantik malah sangat mirip dengan ayahnya.

Jennifer Li sudah menyabarkan diri selama empat tahun. Pada akhirnya, ia memutuskan mengakhiri hubungannya dengan si pria brengsek.

Adam Song tertawa gembira sepanjang diajak main Wayne Shen. Ketika si pria mendongak menatap Jennifer Li, ia baru sadar wanita itu sedang menatapnya dengan pikiran yang mengembara entah ke mana. Dalam hati, Wayne Shen bertanya-tanya siapa yang sedang dia pikirkan?

Ah, tetapi ini semua tidak penting. Fokusnya sekarang adalah Adam Song. Ia memanggil sambil tersenyum tipis: “Jennifer Li, lihat deh Adam Song senyum padaku. Dia senyum padaku!”

Jennifer Li perlahan tersadar dari lamunannya. Ia tiba-tiba melihat Wayne Shen meringis, lalu mencium sebuah bau aneh. Si wanita buru-buru memindahkan anaknya dari gendongan Wayne Shen ke gendongannya sendiri, lalu berjalan cepat ke kamar mandi. Sebelum pergi, ia menengok sekilas cairan basah berwarna kuning yang membasahi kemeja Wayne Shen. Telinga dan mukanya pun langsung jadi merah karena tidak enak.

Si pria malang tercengang, lalu melompat-lompat panik: “Duh, duh, daritadi tertawa karena punya maksud lain ya jangan-jangan!”

Asisten rumah dan babysitter tertawa keras melihat Wayne Shen melompat-lompat panik. Mendengar tangisan dan jeritan bayi dari kamar mandi, ia langsung bergegas ke sana. Urusan si tamu pria ini nanti dulu deh, pikirnya.

Adam Song tidak suka diajak tidur, juga anti mandi. Setiap dimandikan sehabis kencing atau pup, ia selalu menangis sambil menjerit-jerit. Jennifer Li, asisten rumah, dan babysitter paling pusing kalau sudah begini……

Begitu urusan bayi dipindahtangankan ke asisten rumah dan babysitter, Jennifer Li baru ingat soal Wayne Shen. Ia buru-buru balik ke kamar tidur. Dengan tidak enak hati, wanita itu berucap: “Aku ambilkan baju ganti untukmu.”

Jennifer Li berjalan cepat ke ruang pakaian. Di rumah ini, ia masih menyimpan pakaian-pakaian Wayne Shen. Bertahun-tahun sudah berlalu, namun ia tetap tidak rela membuangnya begitu saja. Pada akhirnya, pakaian-pakaian itu terlupakan di dasar lemari. Dua hari lalu, babysitter sempat meminta pakaian bekas untuk dijadikan pokok Adam Song. Kalau pakai pakaian baru, kulit bayi bisa iritasi.

Ketika mencari pakaian bekas yang dibutuhkan, Jennifer Li kembali menemukan pakaian-pakaian Wayne Shen itu. Jumlahnya cukup banyak. Si pria tujuh tahun lalu tidak suka pakai kemeja, jadi semua yang tertinggal di sini adalah t-shirt.

Jennifer Li keluar dengan membawa t-shirt hitam. Mata Wayne Shen merasa familiar dengan t-shirt ini, namun ia tetap menyangka itu milik Patrick Song. Ia jadi agak risih. Sekalinya bertemu mantan pujaan hati, masak iya harus dipipisi anak si mantan sekaligus disuruh pakai baju suaminya?

Wayne Shen tidak mengungkapkan pikiran ini. Tanpa pikir panjang, ia menerima sodoran baju dari Jennifer Li dan langsung melepaskan kancing kemejanya di hadapan si wanita.

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu