You Are My Soft Spot - Bab 133 Jika Dia Bukanlah Tiffany, Siapakah Dia? (2)

Taylor menatapi kedua mata Tiffany yang melotot, dia lalu mencium bibirnya, dan melepaskannya, dia lalu berkata, "Sangatlah serius, apakah kamu mau mempertimbangkannya?"

Kali ini, Tiffany tidak ragu-ragu, dia menganggukkan kepalanya, "Baik, akan aku pertimbangkan."

Kejutan ini datang secara tiba-tiba, Taylor tidak menyangka bahwa Tiffany akan setuju, bagaimanapun juga, sesuai dengan sifat Tiffany yang kekurangan rasa aman, seharusnya akan berpacaran dengannya selama satu tahun keatas barulah akan mempertimbangkan untuk menikah dan melahirkan anak, tidak disangka bahwa dia benar-benar menyetujuinya.

Tiffany melihat ekspresi Taylor yang senang bercampur kejut, dia tersenyum, "Sepertinya sekali-kali juga aku harus berubah....."

Sebelum dia selesai berkata, dia sudah dicium oleh Taylor, Taylor mengigit bibirnya dan sambil berkata, "Kalau begitu kita mulai membuatnya sekarang>"

Tiffany tidak menyangka bahwa Taylor begitu cepat, sekali mengatakannya langsung melakukannya, dia bergegas menahan Taylor, "Taylor, sekarang masih pagi hari, dan sekarang masih dirumah sakit, bagaimana jika ada yang masuk....."

"Tidak akan ada yang masuk, jangan takut." Kedua tangan Taylor merambat kedalam baju Tiffany, karena terluka, Tiffany juga semakin lemah, dia begitu kurus, bagaimana mungkin bisa bertahan untuk melahirkan anak untuknya?

Tiffany tidak begitu seberani Taylor, melihat tangannya yang semakin merambat ketempat berbahaya, Tiffany kaget, dan bergegas menangkap tangannya, dia berkata dengan nafas terengah-engah, "Taylor, benar-benar tidak boleh!"

Seluruh nafsu Taylor sudah di rangsang oleh Tiffany, namun Tiffany tidak bersedia, Taylor tidak ingin memaksanya, dia mengeluarkan tangannya, dan bersandar di bahu Tiffany, ancaman diatasi, Tiffany menghempaskan nafas panjang, sesuai dengan sifat Taylor, untuk berhenti disaat begini hampir tidak mungkin baginya.

Taylor menimpa Tiffany, dia menenangkan dirinya sangatlah lama, barulah nafasnya menjadi stabil, dia mengigit bahu Tiffany, Tiffany kesakitan dan sedikit gemetaran, lelaki ini sungguh kekanak-kanakan, sekali nafsunya tidak dipenuhi, dia mengigit orang.

Disaat ini, bebek yang berjalan disamping kasur tiba-tiba berteriak dengan nada mesum, Tiffany melihat badan lelaki yang gagah ini terpaku, dia lalu tertawa, Taylor bangkit dari badan Tiffany, bajunya berantakan, dia melirik kearah bebek dan bebek itu langsung diam.

Tiffany tertawa sambil memukul kasur, lalu meledek, "Taylor, kamu sungguh akrab dengannya!"

Wajah Taylor berubah, dia menatapi Tiffany dan mengancamnya, "Sembarangan berbicara lagi, percaya tidak akan aku atasi kamu?"

"Percaya, percaya." Tiffany mengalah, dia tidak bisa mengalahkan Taylor dibidang tenaga, ditambah lagi sekarang dia adalah pasien, jika Taylor ingin melakukan sesuatu hal orang dewasa, itu mudah sekali.

Taylor turun dari kasur, dia merapikan pakaiannya, selain kemejanya masih terlihat sedikit lekukan, dia tetaplah lelaki tampan yang elegan.

Dia mengeluarkan sebuah pakaian wanita diatas kasur, "Gantilah ini, aku sudah menyuruh Cristian untuk menyelesaikan administrasi keluar rumah sakit, kita pulang."

Mendengar kata pulang, Tiffany sedikit terharu tanpa alasan, dia sudah tinggal dirumah sakit begitu lama, dia benar-benar ingin sekali untuk pulang.

Tiffany mengganti pakaian, Cristian sudah menyelesaikan administrasi dan menunggu diluar, dia mengetuk pintu, mendengar suara Taylor, barulah dia mendorong pintu untuk masuk, "Direktur Taylor, administrasi sudah selesai, dokter mengingatkan untuk kembali setengah bulan lagi untuk membuka plasternya."

"Baik, aku sudah tahu." Taylor menoleh kearah Tiffany, dia memeluknya, Tiffany bergegas menarik leher Taylor, awalnya dia mengira Taylor akan meletakkannya diatas kursi rodam tidak disangka Taylor langsung memeluknya keluar dari ruang pasien.

sepanjang jalan, para suster melihat mereka dengan tatapan iri, Tiffany melirik Taylor, wajah tampan yang sungguh berlebihan ini, benar-benar kemana-mana bisa mendapatkan tatapan cinta dari berbagai orang.

Lift tiba di lantai satu, Taylor membawanya untuk keluar dari rumah sakit, Budi membuka pintu belakang mobil, dan berkata kepada Tiffany, "Nona Tiffany, selamat telah keluar dari rumah sakit."

"Terima kasih." Tiffany diletakkan oleh Taylor dengan hati-hati kedalam mobil, dia bergeser kekiri sedikit, lalu Taylor masuk kedalam mobil, Cristian membawa koper dan duduk dimobil didepan mereka, dua orang pengawal duduk dimobil belakang mereka, sebuah pasukan mobil melaju pergi dari rumah sakit, sungguh meriah.

Tidak kebetulan sekali, hari ini juga adalah hari Lindsey keluar rumah sakit, dia didorong oleh Nyonya Song keluar, lalu mereka melihat Taylor memasukkan Tiffany dengan lembut kedalam mobil, lalu pasukan mobil pergi dengan meriah, dia dendam hingga menggertakkan giginya.

Semua ini awalnya milik dia. Semua ini karena Tiffany si wanita jalang ini merebut darinya.

Nyonya Song melihat pasukan mobil yang meninggalkan rumah sakit, dia juga dendam, awalnya mereka tidak suka dengan Taylor dan mengatakannya adalah impoten, dan merasa sebanyak apapun uang yang dia miliki juga tidak bisa membuat Lindsey bahagia, namun sekarang melihat dia begitu lembut terhadap Tiffany, barulah dia mengerti bahwa Taylor tidak pernah peduli dengan Lindsey sama sekali.

Waktu itu jika dia memperlakukan Lindsey setengah dari kelembutan dia terhadap Tiffany, Lindsey juga tidak akan bercerai dengannya, mungkin ini adalah perbedaan cinta dan tidak cinta, sama seperti dirinya yang berhasil mengusir Callista, dan menjadi istri Benjamin, namun 20 tahun lebih ini, hati Benjamin terus saja dikurung oleh Callista, bahkan demi Callista, Benjamin memukulnya.

Sepasang anak dan ibu ini telah menghancurkan kebahagiaan miliknya dan Lindsey, dia tidak akan mengampuninya begitu saja.

Nyonya Song memanggil sebuah taksi, Lindsey langsung marah ketika melihat taksi, dia sekarang sudah menjadi kondisi harus naik taksi, ini benar-benar tidak bisa diterima.

.......

Pasukan mobil masuk kedalam Sunshine City, yang pertama terlihat adalah sebuah pintu yang dibuat dari balon berwarna pink didepan villa, ini mirip dengan kondisi pernikahan orang lain, diatas sana masih tertulis, selamat menyambut Tiffany pulang, Tiffany belum pernah begitu dianggap oleh orang lain, dia terharu hingga air matanya berkucuran, dia mengangkat kepalanya dan menatapi Taylor, "Semua ini kamu yang mempersiapkannya?"

"Iya, apakah kamu suka?" Taylor melirik kearah luar pintu mobil, dari pintu villa hingga ke tempat parkir, jarak ini dipenuhi dengan karpet berwarna merah, disamping karpet merah terletak pot bunga ala Eropa. didalam pot terdapat bunga lily yang melambangkan percintaan yang tulus, ini dipersiapkan oleh Taylor, dia ingin membuat kejutan baginya.

Tiffany menganggukkan kepalanya, "Suka, terima kasih, Taylor."

"Dasar bodoh!" Taylor mengelus kepalanya, Tiffany tidak perlu mengatakan terima kasih, semua yang dilakukan Taylor untuknya hanya ingin dia senang saja, Taylor mendorong pintu dan turun, dia memeluknya dan berkata, "Tiffany, kita sudah pulang."

"Iya!" Air mata Tiffany berkucuran, dia hanya ingin waktu berhenti pada detik ini, maka mereka akan tetap bahagia terus.

Bibi Lan dan dua orang pembantu yang asing berdiri didepan taman bunga untuk menyambut mereka, didalam tangan bibi Lan ada sebuah keranjang kecil berwarna biru, didalam sana penuh dengan air dari daun jeruk, ketika melihat Taylor memeluk Tiffany berjalan melewati karpet, dia berjalan perlahan kesamping mereka dan mengambil daun jeruk lalu mencelupkan air lalu menyiramnya kearah Tiffany, setelah menyiraminya, Bibi Lan berkata, "Siraman pertama untuk menghilangkan nasib buruk, setelah ini kalian terus beruntung, siraman kedua untuk menghilangkan sakit, kedepannya terus sehat tanpa penyakit, siraman ketiga untuk menghilangkan orang jahat, kedepannya hidup dengan bahagia selamanya."

Mata Tiffany penuh dengan air mata, dia masih ingat ketika dia keluar dari rumah sakit ketika berumur 17 tahun, dia pulang kerumah, didalam rumah sangatlah sepi, bahkan pembantu saja juga tidak suka mempedulikannya, sedangkan Benjamin dan Nyonya Song juga membawa Lindsey pergi ke Hong Kong.

Tidak ada yang ingat bahwa hari itu dia keluar dari rumah sakit, dan juga tidak ada yang akan mempersiapkan beginian untuknya, dia merengek, "Bibi Lan...."

Bibi Lan panik, dia bergegas berkata, "Nona Tiffany, kamu jangan menangis, ini adalah tradisi kami di kampung, ketika keluar dari rumah sakit harus menyiram air dari daun jeruk untuk menhilangkan nasib buruk."

Tiffany mengangkat tangan dan menghapus air matanya, dia berkata, "Aku terlalu terharu, terima kasih kalian."

"Duh, Nyonya Tiffany, kamu jangan sungkan, ini memang yang harus kami lakukan, tuan, cepat peluk Nona Tiffany kedalam rumah, jangan membuatnya masuk angin." Bibi Lan menyayangkan Tiffany karena terluka, ketika Tiffany pingsan, kening Taylor yang dikerutkan terus bertahan.

Taylor memeluk Tiffany kedalam villa, Angelina keluar dari dapur, dipinggangnya terikat celemek, dia melihat Taylor memeluk Tiffany masuk, dia tersenyum, "Aku masih lagi pikir kapan kalian pulang, Nona Tiffany, selamat atas keluarnya dari rumah sakit."

Tiffany menganggukkan kepalanya, "Terima kasih."

"Baju Nona Tiffany sepertinya basah, Taylor, kamu bawa Nona Tiffany untuk mengganti pakaian dulu baru turun, sebentar lagi boleh makan." Angelina terlihat baik didepan Taylor, sama sekali tidak terlihat, bahkan Tiffany saja curiga dengan Angelina yang pergi ke rumah sakit waktu itu adalah mimpinya saja.

Oleh karena itu, barulah Angelina membuatnya takut, wanita seperti ini tidaklah biasa, dia lebih bisa berakting daripada Lindsey, dia tahu dia harus berlagak seperti apa dihadapan Taylor.

Dibandingkan dengannya, Lindsey yang polos dan sama sekali tidak menutupi kebenciannya itu lebih mudah untuk dihadapi, sedangkan Angelina, dia tidak tahu kapan Angelina menjadi ular berbisa kapan menjadi wanita cantik.

Oleh karena itu, ketika berhadapan dengannya harus lebih berhati-hati dan tidak boleh terjebak olehnya.

Taylor memeluk Tiffany keatas dan ke kamar tuan rumah, dia meletakkannya dikursi didepan kasur, lalu dia pergi menggambil pakaian, ketika dia keluar sambil mengambil pakaian dia melihat Tiffany tengah termenung dan melongo, dia pergi kesampingnay dan bertanya, "Apa yang kamu pikirkan?"

Tiffany sadar dan mengangkat kepalanya untuk melihat Taylor, dia sungguh unggul, baik dari penampilan maupun isi hatinya, semuanya mampu membuat wanita tertarik dengannya, sebelumnya adalah Angela, sekarang adalah Angelina, bersama dengannya terus saja membuat Tiffany tidak memiliki rasa aman.

"Taylor, mengapa kamu begitu unggul?" jika dia lebih biasa sedikit apakah dirinya bisa menangkapnya?

Taylor membungkukkan badannya, dan bertatapan dengan Tiffany lalu berkata, "Jika aku tidak cukup unggul, bagaimana bisa aku bisa cocok denganmu?"

"Tapi aku sangatlah buruk." Tiffany menundukkan tatapannya, sebuah rasa ancaman muncul dalam hatinya.

Taylor mengulurkan tangan dan memegang dagunya, dia mengunakan sedikit tenaga dan langsung mengangkat kepala Tiffany, untuk membuatnya saling bertatapan, "Mengapa kamu tiba-tiba takut kehilangan?"

"Tidak ada, aku ingin mengganti pakaian." Tiffany menarik tangan Taylor, dan membuka jaket, Bibi Lan juga tidak banyak menyiram air diatas badannya, jadi hanya ada jaketnya yang sedikit basah saja, setelah mengganti jaket, Taylor mengulurkan tangan dan ingin memeluknya turun lagi, namun dicegat olehnya.

"Aku jalan sendiri saja, kaki ini juga tidak tahu kapan bisa sembuh, aku tidak boleh terlalu bergantung kepadamu terus, aku juga harus berusaha untuk beradaptasi." Tiffany tidak mempunyai maksud lain mengatakan ini, namun Taylor menggabungkannya dengan perkataan tadi, dia seketika mengerti dengan apa yang dikhawatirkan Tiffany.

Dia menghempaskan nafas dan menelepon telepon rumah internal untuk menyuruh pembantu mengambil sebuah tongkat untuk naik, terkadang Taylor mengira dirinya bisa memberikan cinta kepadanya yaitu ketika dirinya berusaha menjadi tangan dan kakinya, untuk membuatnya tidak perlu khawatir akan apapun, asalkan bisa bahagia disampingnya saja sudah cukup.

Namun yang diinginkan oleh Tiffany mungkin saja bukan seperti begini.

Dengan cepat pembantu mengantarkan tongkat, Taylor pergi mengambilnya dan memberikannya kepada Tiffany, melihat gerakan Tiffany yang hebat untuk menggunakan tongkat kearah pintu, Taylor mengikutinya dari belakang, dia merasa sedikit kehilangan, seolah Tiffany tidak lagi membutuhkannya, dan juga bisa berjalan dengan baik.

Tiffany sudah belajar menggunakan tongkat dengan waktu sangat lama di rumah sakit, awanya dia sering terjatuh, sampai terakhir dia semakin mahir, dia terus saja tidak memberitahu Taylor, sebenarnya dia ingin memberikannya sebuah kejutan.

Ketika dia keluar dari pintu, dia melihat kearah Taylor yang mengikutinya dari samping, "Apakah aku jalannya sangatlah baik?"

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu