You Are My Soft Spot - Bab 172 Tidaklah Beruntung Jika Ada Darah di Gaun Pengantin (2)

Felix He menyodorkan berkas kontrak ke Tiffany Song, “Aku percaya dengan kemampuanmu.”

Tiffany Song menerimanya dan menandatangani kolom yang kosong. Ia pada waktu yang bersamaan juga menyodorkan berkas yang ia tandatangani duluan ke Felix He. Penandatangannya dua pasang berkas sudah selesai. Sambil memegang berkas yang jadi punyanya, Felix He bertanya: “Nona Song, boleh beri aku sepuluh menit untuk menanyakan sesuatu padamu?”

Tiffany Song menoleh sekilas Christian yang berdiri di samping. Pria itu sudah was-was dengan Felix He karena tingkahnya yang berlebihan barusan, jadi ia jelas menggeleng. Setelah berpikir sejenak, Tiffany Song merasa masih percaya dengan kepribadian Felix He. Ia mengangguk: “Boleh, Tuan He mau bicara apa?”

Felix He menoleh ke Christian: “Tolong minta dia keluar dulu.”

“CEO Song……” Christian merasa Felix He ingin menghindar darinya. Ia jelas punya motif tersembunyi. Selama bertahun-tahun kerja dengan Taylor Shen, Christian sudah bertemu banyak sekali orang-orang munafik. Ia khawatir Tiffany Song ditipu Christian saking polosnya.

Tiffany Song menggeleng dan mempersilahkan Christian keluar. Ini kantornya, ia percaya Felix He tidak mungkin berani cari masalah di sini. Barusan tindakannya memang sangat impulsif, tetapi ketika ia melakukan ini, Tiffany Song merasa raut pria itu seperti tengah mengingat-ingat sesuatu. Felix He harusnya sih tadi hanya salah orang dan tidak punya maksud aneh-aneh.

“CEO Song, aku berjaga di depan.” Christian keluar dengan patuh. Kata-kata ini ia tujukan ke Tiffany Song sekaligus Felix He. Kalau ia mau macam-macam, siap-siap saja langsung dilabrak.

Pintu ruang rapat sudah ditutup Christian. Tiffany Song berseru canggung, “Tuan He, Kak Yan memang suka was-was begitu.”

“Dia asisten Taylor Shen yang paling lihai. Taylor Shen bersedia mengalihkannya ke kamu bukan hanya karena dia peduli kamu, tetapi juga dia percaya dengannya. Aku bisa mengerti kok,” tutur Felix He datar.

Tiffany Song menatap Felix He bingung. Ia tidak menyangka pria di hadapannya bahkan tahu soal status Christian sebagai mantan asisten Taylor Shen.

Felix He merasa ekspresi bingung Tiffany Song ini sangat menggemaskan. Ia tersenyum tipis, “Christian adalah asisten Taylor Shen, ini sudah jadi rahasia umum. Aku pernah lihat suatu kalimat lucu di koran. Katanya, kalau di mall ketemu Christian, berarti Taylor Shen ada tidak jauh dari Anda. Dia benar-benar simbol dari Taylor Shen.”

Tiffany Song tertawa, “Haha, ternyata begitu.”

Felix He terhenyak melihat Tiffany Song tertawa lebar. Semakin lama wanita ini semakin mirip dengan wajah yang ada di bayangannya. Kok bisa sih ada dua orang semirip ini di dunia? Ia memulai topik pembicaraan utamanya, “Nona Song, kamu sangat mirip dengan kekasih lamaku.”

“Aku sudah menebaknya,” jawab Tiffany Song ramah. Ketika pertama bertemu, Tiffany Song tidak sengaja menyenggol Felix He. Pria itu langsung bengong seperti meliaht hantu ketika melihat wajahnya. Ia pun barusan mau mengelus wajahnya sambil memanggil satu nama. Felix He pasti menganggapnya benar-benar sebagai kekasih lama.

“Kamu pintar sekali,” puji Felix He.

“Bukan pintar, tetapi memang sudah ada firasat kamu akan berkata begitu. Kalau kamu di sini untuk macam-macam dan bukan untuk mengatakan itu, aku jelas sudah mengusirmu dari tadi,” ledek Tiffany Song usil.

Felix He tertawa sambil geleng-geleng, “Yang terjadi di kemarin aku sudah diceritakan pekerjaku. Kedua pekerja bermulut tajam itu sudah mendapat hukuman berat. Soal pelecehan yang dilakukan istriku padamu, aku sungguh minta maaf dari lubuk hati yang paling dalam.”

Pria itu kemudian bangkit berdiri dan membungkuk pada Tiffany Song.

Si wanita langsung bangkit berdiri dengan canggung. Ia tidak menyangka cara minta maaf Felix He seserius ini. Ia sungguh tidak enak hati dihormati gini. Ia buru-buru berkata: “Tuan He, tidak perlu begini, aku malah jadi tidak enak. Kata-kata Nyonya He tidak aku masukkan ke hati kok.”

Felix He adalah pria yang berani berbuat dan berani menanggung risiko. Kesalahan yang dilakukan istrinya bahkan ia hitung sebagai kesalahannya juga. Ia berujar: “Bagaimana pun juga pelecehan itu terjadi di kantorku, jadi itu juga tanggung jawabku,”

“Tuan He, tidak perlu sungkan. Silahkan duduk lagi. Selain minta maaf, kamu pasti masih punya hal lain untuk dibicarakan kan ujar Tiffany Song.

Keduanya kembali duduk. Felix He memulai pembicaraan lagi: “Nona Song, di keluargamu ada siapa saja?”

“Aku?” Tiffany Song menunjuk dirinya sendiri. Melihat anggukan Felix He, ia tersenyum kecut: “Aku sebenarnya anak sebatang kara.”

“Anak sebatang kara?” tanya Felix He tidak paham.

“Benar, waktu usia tiga tahun aku diadopsi oleh nenekku. Karena sakit parah, ia kemudian menitipkanku ke keluarga Song dan aku tumbuh besar di sana. Aku dulu selalu mengira aku anak keluarga Song, tetapi ternyata bukan. Beberapa waktu lalu, CEO Dong dari Shine Group pulang dari luar negeri. Aku kira ia ibu kandungku, ternyata kemudian aku tahu bukan. Aku sekarang sama sekali tidak tahu siapa orangtuaku.”

Felix He tidak menyangka masa lalu Tiffany Song kelam begini. Ia dulu pernah menyuruh orang menyelidiki Tiffany Song, namun hasil yang ia dapat adalah “Tiffany Song merupakan putri Benjamin Song dan Callista Dong”. Kalau wanita di hadapannya ini tidak cerita, ia tidak akan tahu dia anak sebatang kara sampai kapan pun.

“Maaf,” ujar Felix He dengan penuh rasa bersalah. Ia sama sekali tidak bermaksud mengungkit memori kelam.

Tiffany Song tertawa, “Tidak perlu minta maaflah, kan yang buang juga bukan kamu.”

Felix He terdiam. Tiffany Song masih bisa bercanda, berarti suasana hatinya masih oke-oke saja. Ia melanjutkan pembicaraan soal topik utama: “Kamu sungguh mirip dengan kekasih lamaku. Aku sering sekali teringat dia setiap menatapmu.”

“Sungguh mirip sekali ya memang?” tanya Tiffany Song penasaran.

Felix He mengangguk. Ia dengan hati-hati mengeluarkan selembar foto dari kantong jas, lalu menyodorkannya ke Tiffany Song. Yang disodorkan menerimanya dan mengangkat foto itu. Di dalam foto, Felix He berdiri dengan seorang wanita. Mereka sangat muda, si wanita tersenyum lebar menatap kamera. Yang membuat Tiffany Song terkaget-kaget adalah wanita itu nyaris sama persis dengan dirinya.

Tiffany Song mendongak menatap Felix He. Ia teringat James He juga pernah cerita soal ini dengannya. Ia bertanya pelan: “Tuan He, ini……”

“Mantan istriku, Amelia. Ia sudah meninggalkan rumah kediaman keluarga He dua puluh enam tahun. Aku sudah mencoba banyak sekali cara untuk mencarinya, tetapi ia hilang bak menguap begitu saja. Sedikit pun petunjuk sama sekali tidak ada,” ujar Felix He serak.

Tiffany Song menatap foto lagi. Ia sebelumnya belum pernah melihat ada orang yang semirip ini dengan dirinya. Ia bertanya lagi: “Masa sedikit pun petunjuk tidak ada? Kan dia benar-benar pernah hidup?”

Felix He memejamkan mata dengan sedih. Ia menjelaskan: “Amelia bilang ke aku, dia anak sebatang kara. Ia besar di panti asuhan. Begitu ia menghilang, aku pergi ke panti asuhan yang pernah ia ceritakan, tetapi orang-orang di sana bilang tidak pernah mengasuh anak bernama Amelia. Namanya ini berarti palsu.”

Tiffany Song makin terkejut, “Bagaimana bisa namanya palsu?”

“Aku pernah menanyakan pertanyaan ini ke diriku sendiri dua puluh enam tahun yang lalu. Aku bahkan berpikir pasti banyak juga pembicaraan kami yang sebenarnya palsu,” Felix He menjawab datar. Ia terlihat seperti seorang pria yang terjebak dalam memori masa lalu.

Tiffany Song tidak menyangka Felix He punya memori yang sesedih ini. Ia biasanya melihat pria ini sebagai hakim yang gagah, serius, dan punya hak menentukan hidup dan mati terdakwa kasus pelanggaran hukum. Sekarang, Felix He berubah bak seorang pria yang pernah tersakiti oleh cinta. Ia jadi merasa lebih dekat dengannya. Tiffany Song mencoba menenangkan: “Mungkin ia hanya ingin melupakan masa lalu dan tidak sama sekali bermaksud bohong padamu.”

Felix He menggeleng, “Nona Song, kalau bukan karena kalian sangat mirip, aku juga tidak akan bercerita soal ini padamu. Kelakuan impulsifku hari ini mohon jangan disimpan dalam hati.”

“Aku bisa memahaminya kok. Tuan He benar-benar menganggapku teman sampai mau bercerita begini. Selain mendengarkan, aku tidak bisa bantu apa-apa,” jawab Tiffany Song putus asa.

“Kamu bersedia dengar saja aku sudah sangat senang kok. Maaf sudah mengganggu pekerjaanmu, aku pamit ya.” Felix He bangkit berdiri dengan diikuti Tiffany Song. Wanita itu menyodorkan foto barusan padanya sambil berucap: “Aku antar kamu ke depan.”

Felix He menunduk memandangi foto, lalu menatap Tiffany Song. Ia menerima sodoran Tiffany Song dan dengan hati-hati kembali menaruh foto itu ke kantong jas. Jelas sekali ia sangat sayang dengan foto ini. Felix He keluar dari ruang rapat sambil menenteng berkas kontrak.

Tiffany Song mengantar Felix He ke lift. Ia kemudian berbalik badan dan melihat Christian tidak jauh darinya. Ia menghampiri asistennya itu dan tertawa: “Ternyata aku dan mantan istri Tuan He sangat mirip. Kamu pernah dengar soal mantan istri dia?”

“Tidak, keluargaku tidak pernah berhubungan dengan keluarga He, jadi tidak pernah tahu-menahu soal masa lalu mereka,” balas Christian.

Tiffany Song mengangguk. Ia menyerahkan berkas kontrak ke Christian, lalu kembali ke ruang kerja.

Taylor Shen menjemput Tiffany Song ketika jam pulang kantor tiba. Sejak Angelina Lian pindah ke rumah kediaman keluarga Shen, Tiffany Song merasa sangat tenang tinggal di Sunshine City. Setelah makan, ia langsung masuk kamar, sementara Taylor Shen pergi ke ruang buku untuk mengurusi beberapa e-mail.

Sehabis mandi, Tiffany Song melihat Taylor Shen sudah masuk kamar. Pria itu tengah duduk di sisi ranjang sambil baca buku. Tiffany Song pergi ke meja dandan, duduk di kurisnya, lalu sambil membilas muka bercerita: “Suamiku, hari ini Hakim He datang ke kantorku untuk menandatangani kontrak. Ia menceritakan sesuatu yang sangat menarik.”

Taylor Shen mendongak dari balik majalah, “Apa?”

“Pantas saja tatapan Hakim He padaku selalu agak aneh, aku ternyata sangat mirip dengan mantan istrinya. Ia sepertinya sangat sayang sekali dengan wanita itu,” lanjut Tiffany Song sambil mengoleskan pelembab wajah.

Taylor Shen mengernyitkan alis, “Tapi ia tidak mengajakmu macam-macam hanya karena kemiripan kalian kan?”

“Ih apaan sih, aku aja seusia anaknya. Aku rasa ini sangat aneh, masa di dunia ini ada dua orang yang begitu mirip.” Tiffany Song sudah selssai mengurusi wajah. Ia berjalan ke sisi ranjang, “Sayang, begitu keluar dari rumah kediaman keluarga He, mantan istrinya itu langsung menghilang tanpa jejak. Semua hal yang mereka pernah bicarakan palsu, termasuk nama wanita itu juga palsu.”

“Heh beneran?” tanya Taylor Shen dengan alis terlipat lagi. Ia cukup percaya dengan kepribadian Felix He. Pria itu tidak mungkin punya niatan macam-macam dengan Tiffany Song. Yang ia khawatirkan adalah motif James He mendekati Tiffany Song. Meski begitu, ia sekarang tidak perlu khawatir apa-apa lagi, sebab mereka sudah punya buku nikah. Satu buku nikah bisa langsung mematikan semangat ribuan lawan cinta, apalagi yang lebih kuat dibanding buku ini?

“Iya, aku juga tidak bisa memahami ini.” Tiffany Song naik ke ranjang dan menyelimuti diri. Ia duduk di sebelah Taylor Shen dan berkata, “Mantan istrinya hebat juga yah begitu pergi bisa langsung menghilang tanpa bekas gitu.”

Taylor Shen menaruh majalahnya di kepala ranjang. Ia mendekap Tiffany Song dalam pelukannya, lalu menciumi lehernya dan memuji serak: “Wangi sekali.”

Tiffany Song geli. Ia menggeser kepala Taylor Shen dengan kedua tangannya, lalu tertawa: “Geli tahu, jangan sentuh-sentuh leherku.”

Tingkah Taylor Shen ini sebenarnya hanya untuk mengalihkan perhatian istrinya. Ini hari pertama mereka dapat buku nikah, jadi ia cemburu kalau Tiffany Song terus membicarakan Felix He dibanding dirinya. Begitu memeluk Tiffany Song, nafsu Taylor Shen secara tidak sengaja malah terpancing. Ia sontak menimpa istrinya ini, “Kalau sentuh bagian yang lain boleh?”

Tiffany Song paham maksud di balik kata-katanya. Wajahnya merah, lalu dengan panik mengelak: “Tidak mau, aku sduah mandi.”

“Nanti aku bantu mandi lagi.” Tatapan Taylor Shen semakin lama semakin tajam. Tiffany Song aslinya ingin menolak, tetapi Taylor Shen langsung menciuminya tanpa memberi kesempatan bagi bibirnya untuk mengucap tidak.

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu