You Are My Soft Spot - Bab 391 Jordan Bo Mendadak Senang Dalam Hati (2)

Di Firma Zoey, seorang asisten berjalan masuk dan menyerahkan sebuah dokumen ke depan Stella Han, ia berkata, “Kak Stella, ini adalah dokumen penerusan kontrak dari Bo’s Corp, CEO Bo berkata bahwa harus kamu yang pergi sendiri, dia baru akan tanda tangan.”

Stella Han sibuk tujuh keliling, dia menatap dokumen itu selama tiga detik, lalu berkata, “Kamu letakkan di sana saja.” Setelah asisten pergi, dia mengambil dokumen penerusan kontrak, dalam hati ia mengatainya sentimental.

Tadi malam ketika Jordan Bo pulang ke rumah, dia sudah memberitahunya bahwa kontrak penasehat hukum sudah hampir berakhir, menyuruhnya untuk menandatanganinya. Pria itu meliriknya dengan tatapan serigala, Stella Han melihat tampangnya seperti itu, dalam hatiinya panik.

Beberapa tahun yang lalu, di antara mereka selalu terasa canggung, tetapi ketika tiba di saat menandatangani kontrak penerusan, Jordan Bo menjadi raja sentimental, siapapun yang pergi juga tidak ada gunanya, dia tidak ingin tanda tangan ya tidak tanda tangan, haruslah Stella Han yang pergi.

Akan tetapi, pria ini tidak begitu mudah, dia pergi maka Jordan Bo tanda tangan, itu ada syaratnya, yaitu membuatnya senang maka dia akan tanda tangan, membuatnya tidak senang maka dia akan mengulurnya tanpa batas waktu.

Beberapa kontrak penerusan di kantor, semua mengikuti Jordan Bo, jika Jordan Bo telah tanda tangan, maka beberapa kontrak penerusan itu tidak sulit. Tetapi jika Jordan Bo tidak tanda tangan, maka susah dibicarakan.

Stella Han menahan emosi dan bersabar, hanya bisa menggunakan segala cara untuk menyenangkan pria itu, tetapi dia sama sekali tidak menerimanya. Traktir makan, minum teh sore, dan lainnya, semua tidak dia hiraukan. Tatapan matanya yang lurus hanya menunjukkan satu informasi, yaitu ingin Stella Han menghiburnya.

Stella Han tidak ingat bagaimana dia memulai setiap kalinya, intinya keaktifannya akan menjadi pasif pada akhrinya.

Tadi malam, agar dia tanda tangan, dia sekali lagi menghiburnya. Dalam hal kemesraan, dia sudah dilatih Jordan Bo menjadi semakin berani. Setelah itu, Jordan Bo berjanji bahwa hari ini akan tanda tangan. Namun sekarang dia justru berlagak mahal.

Setelah Stella Han selesai mengurusi pekerjaan di tangannya, dia mengambil kontrak penerusan itu dan menyetir ke Bo’s Corp. Begitu memasuki aula, resepsionis langsung berdiri dan mengangguk hormat kepadanya. Stella Han membalas dengan senyum, lalu berjalan memasuki lift, dan naik ke lantai atas.

Ketika tiba di zona kantor CEO di lantai paling atas, Vincent Xu sedang berdiri di luar lift menunggunya. Kemudian, dia mengantarkan Stella Han ke depan pintu kantor CEO, membuka pintu dan mempersilahkannya masuk ke dalam. Stella Han berjalan masuk dan melihat pria di belakang meja kerja.

Pria itu sedang membaca dokumen, mendengar suara langkah kaki, dia bahkan tidak mengangkat kepala, “Kamu duduk di sofa dan tunggu dulu, sebentar saja.”

Stella Han menekan bibir dan tidak bersuara, siapa suruh dia adalah bos? Dia duduk diaatas sofa, dan Vincent Xu menanyakannya ingin minuman apa. Awalnya dia ingin meminum kopi, tetapi ragu sejenak, dia menggantinya menjadi air mineral.

Tidak lama kemudian, Vincent Xu mengambilkan segelas air mineral ke dalam, Stella Han berterimakasih padanya. Setelah Vincent Xu meninggalkan ruangan, di dalam kantor kembali hening, terkadang ada suara halaman kertas yang bergerak. Perlahan-lahan sambil mendengarnya, Stella Han mengantuk, dan tertidur.

Ketika dia terbangun lagi, malam telah larut di luar jendela, lampu neon dari kota ini menerangi setengah langit. Dia mengedipkan mata dan duduk sambil memeluk selimut tipis yang menyelimutinya. Dia sepertinya di dalam ruang istirahat Jordan Bo. Dia mengenakan sepatu dan turun dari kasur, berjalan keluar dari ruang istriahat. Dia melihat ke arah meja kerja, tetapi tidak ada orang, dia menggosok matanya, lalu terdengar suara pintu terbuka. Dia menoleh ke arah pintu, dan melihat Jordan Bo berjalan masuk membawa pesanan makanan. Melihat Stella Han sedang duduk di sana, Jordan Bo mengangkat alis, “Sudah bangun?”

“Iya.” Stella Han mengangguk, “Berapa lama aku tertidur?”

“Empat jam lebih.” Jordan Bo berjalan ke samping sofa dan meletakkan pesanan makanan di atas meja kecil. Dia berkata kepada Stella Han, “Cuci tangan dulu, kita makan malam.”

Mendengarnya, Stella Han beru menyadari perutnya sudah berbunyi keroncongan. Dia dengan turut pergi mencuci tangan, ketika dia kembali, Jordan Bo sudah menata makanan. Dia duduk dia atas sofa dan mengambil sumpit yang disodorkan Jordan Bo, lalu makan dengan pelan.

Tidak tahu apa ayng dia makan, dalam hatinya terasa mual, dia segera mendekap mulutnya sambil berlari ke arah kamar mandi. Melihatnya, Jordan Bo segera mengikuti, dia melihat bahwa Stella Han berjongkok dan memegangi toilet, tetapi tidak ada yang bisa dimuntahkan. Jordan Bo bertanya, “Apakah kamu tidak enak badan?”

Stella Han bergeleng, baru saja dia ingin mengambil tisu, Jordan Bo sudah menyodorkannya. Dia mengambilnya dan menyeka mulut, lalu berkata dengan tidak bersemangat, “Tidak tahu kenapa, akhir-akhir ini selalu merasa ngantuk, sedikit mual, dan pusiing ketika melihat komputer, Jordan Bo, apakah aku terkena kanker?”

Jordan Bo tersenyum lucu, dia menyeka hidung Stella Han dan berkata tersenyum, “Apa yang tidak baik kamu pikirkan, kenapa berpikir terkena kanker?”

Jordan Bo merasa seharusnya berhubungan dengan nafsunya yang kuat akhir-akhir ini. Setelah pernikahan, mereka hampir setiap malam melakukan sekali, selain masa menstruasinya…. Benar, menstruasi, sepertinya sejak pulang dari kutub selatan, dia belum datang bulan lagi, dirinya bahkan melupakan hal yang penting seperti ini.

Mata pria yang berbinar menatap Stella Han, suaranya juga sedikit bergetar, dia bertanya, “Stella Han, terakhir kali kamu datang bulan, kapankah itu?”

Stella Han tertegun, “Tanggal tiga bulan lalu.”

Jrodan Bo menghitung harinya, “Hari ini tanggal berapa, dua puluh sembilan, sudah telat satu bulan setengah.” Dalam hati Jordan Bo merasa senang, dia membungkuk dan menggendong Stella Han keluar dengan sangat hati-hati, takut akan menjatuhkannya.

Jordan Bo meletakkan Stella Han di atas sofa, dia bertanya dengan wajah girang, “Kamu duduk di sini jangan bergerak, makan dulu, aku turun ke bawah sebentar.”

“Hei!” Sebelum Stella Han sempat berkata apa-apa, Jordan Bo sudah melesat pergi bagaikan angin. Stella Han terbengong, tidak menyadari ada apa dengan Jordan Bo. Sebenarnya juga tidak bisa salahkan dia, ketika dia mengandung Evelyn, sama sekali tidak ada gejala hamil.

Tidak lama kemudian, Jordan Bo dengan cepat mendorong pintu dan masuk ke dalam. Dia meletakkan selusin strip tes kehamilan yang bermacam-macam di depan Stella Han, dan berkata, “Setelah makan kamu pergi tes, katanya hasil tes pagi hari paling baik, tetapi tidak apa-apa, aku membeli beberapa macam, pasti ada satu yang akurat.”

“....” Stella Han terbengong melihat strip tes kehamilan di depannya. Ketika mengandung Evelyn, dia pun tidak pernah menggunakannya, dia tahu dari hasil pemeriksaan di rumah sakit setelah dia pingsan.

Melihat Stella Han terbengong, Jordan Bo melihat ke bawah bahwa makanan belum tersentuh, selama dia turun-naik, makanan itu sudah dingin. Jordan Bo tidak mendesak Stella Han untuk makan, mengetes apakah hamil adalah hal yang lebih penting.

Jordan Bo menggendong Stella Han ke kamar mandi, dan meletakkannya di atas toilet duduk, hendak melepaskan celananya. Akhirnya Stella Han sadar, dia mendorong tangan Jordan Bo dengan wajah merah, dan berkata cemass, “Apa yang kamu lakukan?”

Wajah tampan Jordan Bo menjadi canggung, dia berkata, “Pergi tes, aku menunggumu di luar.” Seteah memasukkan selusin strip tes kehamilan ke dalam pelukan Stella Han, dia berbalik badan dan berjalan keluar.

Melihat punggungnya, hati Stella Han terasa sedih, dia melihat ke bawah pada strip tes kehamilan di tangannya. Betapa bersemangatnya dia, sampai membeli begitu banyak untuk dia tes?

Jordan Bo berdiri di luar pintu dan menunggu dengan gelisah. Hampir semua masalah dalam hidupnya berjalan dengan bergitu lancar, tidak pernah ada satupun hal yang membuatnya begitu gelisah. Dia bersandar pada dinding, sesaat kemudian menegakkan badannya, sesaat kemudian bersandar kembali.

Semakin menunggu semakin hatinya gelisah, sangat ingin dirinya berjaga di dalam menunggu hasil tes. Dia mengeluarkan kotak rokok, menghisap sebatang di mulutnya, teringat akan ada ibu hamil segera, dia mengambil rokok itu dan membuangnya ke dalam tong sampah.

Waktu penantian sangat menyiksa, Jordan Bo menunggu dan menunggu, tetap tidak jawaban. Dia tidak tahan menunggu lagi, dia langsung membuka pintu dan masuk ke dalam. Dia melihat bahwa Stella Han sedang duduk di atas toilet duduk, tangannya memegangi beberapa strip tes kehamilan, dan dia sedang melamun.

Dia berjalan ke sana dan mengambil satu dari tangannya, di atasnya ada dua garis merah. Dia mengambil lagi satu, masih dua garis merah, mengambil satu lagi, masih dua garis merah.

Jordan Bo sedikit liinglung, dan bertanya, “Apa artinya ini?”

Stella Han terus melamun. Melihat tampangnya seperti itu, Jordan Bo juga tidak mengandalkannya, dia mengambil satu kotak dan membandingkan dengan yang tertera di kertas instruksi penggunaan. Dia melihat sambil mengernyit, berkali-kali melihatnya, hanya ada satu hasil, “Sudah ada?”

Awalnya nadanya masih tidak percaya, melihat sekali lagi, dia tersenyum lebar, melihat sekali lagi, dia tertawa dan membuang strip tes kehamilan itu. Dia menggendong Stella Han dan berputar sambil tertawa, “Sayang, kamu hebat sekali, sudah ada, oh, tidak, aku yang hebat sekali.”

Seberapa bahagianya dia, sampai begitu memuji diri dengan tanpa malu?

Stella Han tertawa melihat tampang Jordan Bo. Kedua tangan Stella Han merangkul lehernya, takut dia akan menjatuhkan dirinya, lalu dia menepuk pundak Jordan Bo, dan berkata, “Kamu turunkan aku, aku pusing.”

Jordan Bo segera berhenti, dan menggendongnya berjalan ke luar kamar mandi sampai tiba di samping sofa. Dia meletakkan Stella Han di atas sofa, dia berjongkok dan menempelkan kepalanya di perut Stella Han, lalu ia berkata dengan suara rendah, “Baby, aku adalah ayah, apakah kamu mendengar suara ayah? Selamat datang di keluarga kami, kamu masih ada seorang kakak perempuan, namanya Evelyn.”

Stella Han menatap ke bawah pada kepala pria itu yang hitam, rambutnya menusuk pada perutnya, terasa sedikit gatal. Suara Jordan Bo lembut dan pelan, juga membawa kegairahan yang tidak tertutupi. Awalnya dia khawatir bahwa Jordan Bo akan meengabaikan Evelyn karena ada baby baru, tidak disangka dia sama sekali tidak melupakan keberadaan Evelyn.

DIa mengulurkan tangan meraba rembut pendeknya dengan pelan, dalam hatinya merasa bahagia dan tentram.

Setelah Jordan Bo berbincang dengan baby kecil, dia mengangkat kepala menatap Stella Han, dan berkata dengan serius, “Istri, delapan bulan berikutnya, kamu akan bersusah.”

Mata Stella Han terasa panas, dan air mata menetes turun tanpa diduga. Hati Jordan Bo bergetar, dia mengangkat badannya dan mencium bibir Stella Han dengan gerakan yang lembut, menyedot semua air matanya, “Jangan menangis, juga jangan takut, suami akan selalu menemanimu, tidak akan pergi ke manapun.”

Siapa tahu perkataannya justru membuat air mata Stella Han menetes dengan lebih cepat. Stella Han memeluknya dengan erat, tidak bisa berkata apa-apa. Dia bersyukur kepada Tuhan, karena tidak melewatkan dia, pria yang begitu mencintai dirinya.

Keesokan harinya, Jordan Bo menemani Stella Han pergi ke rumah sakit swasta, memeriksa urin pagi hari, dan memastikan bahwa dia hamil. Jordan Bo sangat girang, dia berdiri di koridor dan memegangi hasil pemeriksaan sambil tersenyum bodoh, setelah itu, dia memegangi wajah Stella Han dan menciumnya.

Melihat Jordan Bo yang mencium istrinya tanpa memikirkan citra, para calon ayah dan ibu yang sedang menunggu giliran pemeriksaan di koridor tidak tahan untuk mengeluarkan ponsel dan memotret adegan ini. Saking malunya, Stella Han bersembunyi di dalam pelukan Jordan Bo. Jordan Bo memeluknya dan tersenyum bahagia, bagaikan kepuasan di mana dia telah mendapatkan seluruh dunia.

Dokter memberitahu mereka bahwa kondisi badan Stella Han sangat baik, setelah tiga bulan barulah pergi melakukan pemeriksaan B-Ultrasound, Sindrom Down, dan lainnya. Jordan Bo mendengarkan dengan saksama, hanya kurang mencatatnya di buku.

Keesokan harinya, warta Kota Tong menerbitkan foto calon ayah dan ibu yang paling disukai, yaitu foto Jordan Bo mencium Stella Han sambil memegangi hasil pemeriksaan. Seketika, telepon pengucapan selamat datang tak hentinya, pria itu mengangkat telepon dengan puas, ekspresinya tidak berdaya, tetapi suaranya sangat bersemangat.

“Iya, lusa malam kemarin baru diketahui, bukankah pemerintah sudah membuka kebijakan, kami kebetulan mendukung kebijakan nasional.” Ini adalah nada yang serius.

“Tidak juga sangat bahagia, hanya bahagia biasa saja.” Ini adalah nada congkak.

“Istriku hebat, posisi, dari belakang, dari depan? Banyaklah, tidak ingat posisi yang mana hamilnya.”

“....” Mendengar perbincangan Jordan Bo dengan temannya yang tidak senonoh, Stella Han merasa canggung dan malu, lalu melemparkan guling kepada Jordan Bo. Pria itu menoleh melihat wajah Stella Han yang sudah merah sepenuhnya, dia segera berkata, “Adik ketiga, istriku marah, aku tutup dulu.”

“....” Taylor Shen di ujung telepon sana kebingungan, kakak tertua sudah girang tujuh keliling, jelas-jelas dia adalah adik keempat, dia berkata bahwa dia sangat sedih.

Jordan Bo menutup telepon dan segera pergi menghibur istrinya. Sekarang istri yang paliing besar, tidak boleh marah, tidak boleh mengernyit, terlebih lagi tidak boleh menangis, jika tidak, baby kecil yang dilahirkan pasti suka menangis.

Masa awal kehamilan Stella Han, selain sering tidur, yaitu muntah. Apa yang dimakan maka apa yang dimuntahkan, kecuali sambal yang dibuat oleh Ibu Han, jika dipaketkan dengan bubur maka bisa mnghabiskan dua mangkuk. Jordan Bo khawatir jika dia makan sambal maka anak akan panas dalam, sehingga dia tidak mengizinkan Stella Han untuk memakannya. Namun, ibu hamil tidak masuk akal, Jordan Bo tidak mengizinkannya untuk makan, dia pun menangis, Jordan Bo langsung menyerah, tetapi tidak membiarkannya makan banyak. Setelah makan sambal, juga harus banyak makan buah dan minum air.

Ayah dan Ibu Han awalnya berencana untuk kembali ke desa setelah pernikahan mereka, tetapi Stella Han hamil dan sangat suka dengan masakan Ibu Han. Makanan yang dirancang oleh ahli gizi yang diundang Jordan Bo, dia memuntahkannya langsung setelah makan.

Demi Stella Han memakan banyak makanan, Jordan Bo dengan tulus memohon Ayah dan Ibu Han untuk tinggal menetap, setidaknya sampai Stella Han melahirkan anaknya dengan lancar. Melihat menantu mereka merendahnkan diri memohon mereka untuk tinggal, Ayah dan Ibu Han pun menetap, hanya saja mereka tidak bersedia untuk tinggal di sini, takut akan mengganggu ketenangan orang muda, sehingga tinggal di vila lain. Mereka pagi dan malam akan datang menemani Stella Han, setelah Jordan Bo pulang, mereka juga pulang.

Setelah Stella Han hamil, Tuan Besar Bo dan pasangan suami istri Alfred Bo juga datang mengunjunginya, dan membawa banyak suplemen gizi. Tuan Besar Bo menatap cucu menantunya dengan senyum berseri-seri, “Gadis, maaf kamu bersusah.”

Stella Han bergeleng dengan malu, “Kakek, aku tidak susah.”

Alfred Bo menanyakan detail dalam kehidupan sehari-hari, Stella Han menjawabnya satu per satu. Nyonya Bo duduk di sebelah, berkali-kali ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya tidak mengucapkannya. Mengenai menantu ini, kesan buruknya hilang semua.

Ketika mereka hendak pergi, Nyonya Bo baru berkata, “Stella, kamu sedang hamil, biarlah Evelyn ikut dengan kami, kami akan merawatnya. Setelah kamu melahirkan, barulah jemput dia kembali.”

Stella Han sudah ingin membicarakan hal ini sejak awal, dia bergeleng, “Ibu, terima kasih, tetapi Evelyn mengikuti kami lebih baik. Sekarang aku hamil, Evelyn akan sangat tidak aman, akan mengira aku tidak menginginkannya. Jika membiakannya bersama kami, dia juga bisa lebih dekat dengan baby di dalam perut, menurut Anda?”

Stella Han berbicara dengna Nyonya Bo selalu akan menanyakan pendapatnya, ini akan membuatnya merasa dirinya dihormati.

Nyonya Bo berpikir sejenak dan berkata, “Kamu berpikir lebih mendalam, baiklah kalau begitu, jika kalian kewalahan, nanti aku akan pindah menginap bersama kalian.”

Alfres Bo takut Nyonya Bo akan merepotkan putra dan menantunya, dia segera berkata, “Di sini ada asisten rumah dan ahli gizi, kamu datang untuk apa, jika kamu kemari, di kediaman hanya tersisa aku dan ayah berdua pria tua saja, kamu tega?”

Wajah Nyonya Bo menjadi canggung, dia memelototi suaminya, tetapi dalam hatinya manis.

Setelah mengantarkan ketiga orang tua Keluarga bo, Stella Han merasa lelah. Akhir-akhir ini nafsu makannya besar, setelah makan dia muntah, setelah muntah dia lanjut makan. Ahli gizi mengontrol asupannya dengan ketat, sekali hanya bisa makan sedikit, tetapi sehari bisa makan tujuh, delapan kali. Menurut perkataan mereka, dengan begini makan lemak tidak akan tertumpuk, postur badannya juga bisa segera pulih setelah melahirkan.

Baiklah, demi kecantikan, dia tahan.

Pada masa awal kehamilan, dia sama sekali tidak bisa bekerja, Jordan Bo membantunya mengambil cuti panjang. Dia tidak memiliki semangat yang cukup untuk bekerja, juga tidak cocok pergi bekerja setiap harinya. Untungnya ayah dan ibu ada di sini, setiap pagi akan menemaninya berjalan, malam hari ketika Jordan Bo pulang, dia juga akan menemaninya berjalan di luar.

Kehormatan ini, bahkan tidak ada ketika dia mengandung Evelyn. Terkadang dia berpikir, jika sifatnya lebih melunak ketika dia mengandung Evelyn, mungkin mereka tidak akan menyia-nyiakan tujuh tahun.

Untungnya, semuanya sudah tidak ada apa-apanya lagi.

Setelah masa kehamilan Stella Han mencapai tiga bulan, Jordan Bo menemaninya pergi melakukan pemeriksaan, saat itu, perut Stella Han sudah sedikit menonjol. Stella Han ingat, ketika dia mengandung Evelyn, perutnya baru menonjol ketika empat bulan setengah, lalu perutnya bagaikan meniup balon, semakin membesar.

Jordan Bo membantunya berbaring ke atas kasur, dokter menggulingkan alat pemeriksaan di perut Stella Han. Jordan Bo menatap layar komputer dengan gelisah, sama sekali tidak tahu yang mana anak, yang mana cairan ketuban.

Dokter mengambul pena infrared dan menunjukkan padanya. Jordan Bo terbengong, tetapi pertama kalinya melihat keadaan baby di dalam perut, dia merasa sangat baru dan terharu. Dokter menggulingkan alat pemeriksaan, lalu tiba-tiba mengernyit dan berkata, “Aneh, kenapa tiga kaki, bukan, empat kaki, lima kaki, enam kaki?”

Jordan Bo seketika panik, melihat Stella Han membelalak padanya, dia segera menenangkannya, lalu dia bertanya kepada dokter sambil mengernyit, “Dokter, ada apa? Apakah bayi tidak sehat?”

Masa kehamilan tiga bulan, pada dasarnya bayi sudah terbentuk, dokter menghitung sejenak, di atas benar-benar ada enam kaki, dia berkata terkejut senang, “Bayi sangat sehat, selamat Tuan Bo, ini adalah kembar tiga.”

Jordan Bo terbengong, lalu senyumannya semakin melebar. Dia berjalan ke samping kasur, membungkuk dan mencium keras pipi Stella Han, “Istri, kamu hebat sekali, kembar tiga.”

“....” Stella Han juga terbengong, kembar tiga, sama sekali tidak terpikir olehnya, satu tembakan tiga peluru, ya Tuhan!

Meninggal rumah sakit, Jordan Bo merangkulnya dan memapahnya hati-hati menaiki mobil. Senyum di bibirnya tidak pernah hilang sejak mengetahui itu adalah kembar tiga. Melihat Jordan Bo menatapnya dan tersenyum bodoh, Stella Han pun ingin menangis, dia mendorong wajahnya dan berkata kesal, “Satu sudah cukup susah, bagaimana dengan tiga?”

Mendengar adalah kembar tiga, supir segera memberi ucapan selamat kepada mereka. Jordan Bo tersenyum dan berkata, “Bagaimana apa? Kamu lahirkan saja, aku sanggup membesarkannya.”

Infromasi mengenai Stella Han mengandung kembar tiga tersebarluas, baiklah, Jordan Bo sendirilah yang membeberkannya. Setelah pulang ke rumah, dia mulai menelepon satu per satu kepada temannya.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu