You Are My Soft Spot - Bab 232 Vero, Mari Kita Berpacaran (2)

Ruang tamu kecil seketika berubah menjadi sunyi, Jacob Shen menggerutu, mengeluh dalam hati, tidak boleh melukai orang yang menjelang umur paruh baya, berbeda dengan seorang pemuda tampan seperti sang putra, yang masih penuh dengan semangat membara.

Jacob Shen tidak lagi menghasilkan suara, tapi malah terlihat bagaikan seekor cacing kepanasan di atas sofa, bergeliat ke sana dan kemari, terus bergerak tanpa henti. Taylor Shen melihat bayangan tubuhnya yang terus bergerak, membuat kepalanya menjadi pusing.

Bocah ini, tidak mengizinkannya bernyanyi, malah bergerak sembarangan, dirinya telah sengaja batuk ataupun melancarkan dahak, tapi kenapa dia tetap tidak bisa tenang? Sebenarnya apa yang membuatnya senang?

"Jacob, masuklah, ada yang ingin kubicarakan." Taylor Shen memanggilnya.

Jacob Shen merinding, dengan penurut masuk ke dalam, berjalan ke samping Papanya, Taylor Shen menunjuk ke kursi, memberi isyarat padanya untuk duduk, Jacob Shen memanjat ke atas dan duduk dengan baik, saat berhadapan dengan ekspresi mata Papanya yang penuh tekanan, dia dalam hati berpikir, seorang ksatria tidak boleh takluk, seorang bangsawan tidak boleh menjadi pecundang, tidak boleh menundukkan kepala terhadap kekuatan jahat.

Tapi setelah Taylor Shen menatapnya, dia menundukkan kepala dengan sangat cepat dibandingkan dengan yang orang lain, dalam hati berpikir seseorang yang bijaksana adalah orang yang mampu menyadari situasi.

Taylor Shen melihat penampilannya yang menyusut seperti itu, dia merasa sedikit iba, mengingat perkataan Bibi Lan hari ini terhadapnya saat mengantarkan makanan, sang pria sengaja membuat ekspresi wajahnya lebih lembut sedikit, agar tidak menakutinya, "Katakan padaku, bagaimana hari ini saat bermain bersama dengan temanmu?"

Jacob Shen merasa senang, awalnya mengira dia hari ini pun akan diomelin, tapi tidak disangka Papanya malah sedang memperhatikannya, dia segera menganggukkan kepala, "Sangat baik, temanku sangatlah ramah, bahkan mentraktirku makan hotpot, hotpot sangat enak!"

Taylor Shen mengernyitkan kening, mengendus dengan teliti, ternyata benar, di tubuhnya terdapat aroma hotpot, "Bagaimana dengan PR, sudah selesai dikerjakan?"

"Sudah, Papa." Jacob mengatakan.

"Keluarkan untuk kulihat." Taylor Shen mengangkat alisnya, PR Jacob Shen dari dulu merupakan sebuah masalah yang sulit ditangani, setiap kali sebelum tiba detik-detik akhir pekan berakhir, dia tidak akan pernah menyelesaikan PR dia, kenapa hari ini begitu patuh, sungguh aneh.

Jacob Shen semakin kaget, Papa biasanya tidak pernah peduli terhadap PR dia, dia bergegas melompat turun dari kursi, secepat kilat mengambil buku PR keluar, memberikannya kepada Taylor Shen, Taylor Shen melihatnya selembar demi selembar, tulisannya sangat berantakan, bagaikan cakaran kucing, tapi tingkat kebenaran jawaban sangat tinggi, hampir tidak ada jawaban dari pertanyaan yang salah.

Taylor Shen spontan melihat Jacob Shen sekilas, Jacob Shen duduk dengan penurut, menunggu omelan, setelah menunggu cukup lama, dia mendapatkan sebuah ucapan semacam penyemangatan dari Papanya, "Bagus, pertahankanlah, tapi tulisanmu terlalu jelek, nanti akan meminta Bibi Lan membelikan copybook untukmu, sering latihlah tulisanmu."

"......" Hati Jacob Shen "Siungg" telah ditusuk oleh panah es, dia setengah senang setengah sedih. Papa tidak pernah memujinya, di dalam matanya, setiap hal pada dirinya bagaikan penuh dengan kesalahan. Hari ini jarang-jarang bisa mendapatkan pujian, tapi sedetik kemudian malah merasa risi lagi.

Sang putra menerima buku PR dia kembali bagaikan menerima sebuah titah dari kaisar, baru saja hendak keluar, dia kembali dipanggil oleh Taylor Shen, "Tempat temanmu yang kamu tujui hari ini, bernama siapa?"

Jacob Shen khawatir sang pria tidak akan membiarkannya pergi, makanya berbohong padanya bahwa dirinya pergi ke rumah teman untuk mengerjakan PR bersama-sama, supir mengantarnya hingga di depan rumah temannya, setelah melihat sang supir telah pergi, dia bergegas memanggil sebuah taxi, pergi ke Parkway Plaza mencari Vero He.

"Adalah...... rumah Ivar." Jacob Shen berbohong, dia dikucilkan oleh teman-temannya di sekolah, semua orang tidak suka padanya, lagipula mereka tidaklah menyukainya, Ivar He selalu bekerja sama dengan teman yang lain untuk menindasnya, dia tidak akan mencarinya untuk bermain bersama.

Taylor Shen menyipitkan matanya, tidak lanjut menanyakan, dia melambaikan tangan, berkata: "Keluarlah, Bibi Lan sebentar lagi akan datang untuk menjemputmu pulang."

Jacob Shen bagaikan telah mendapatkan pengampunan, bergegas lari memeluk buku PR dan keluar, Taylor Shen melihat sosok punggungnya keluar bagaikan sedang kabur, hatinya kembali mendapatkan pukulan, apakah dirinya benar-benar begitu menakutkan, hingga membuat anak ini begitu takut?

Jacob Shen baru saja keluar, ponselnya langsung berdering, dia melihat nama yang muncul di layar, diam-diam melirik ke dalam kamar dalam, lalu berkata dengan mengecilkan suara: "Halo?"

"Jacob, aku telah tiba di rumah." Terdengar suara Vero He yang lembut dari ponsel, Jacob Shen menganggukkan kepala, "Hmm hmm, aku sekarang sedang berada di kamar pasien menemani Papa, Papa tadi baru saja memujiku."

Vero He berdiri di pinggir balkon villa, mendengar suara sang anak yang terdengar bangga, sang wanita tertawa: "Kalau begitu, kamu harus terus menambah semangatmu ya."

"Hmm."

Keduanya mengobrol sejenak, baru Jacob Shen mematikan panggilan, dia membalikkan kepala, melihat Taylor Shen sedang melototinya dengan tatapan mata yang gelap, punggungnya langsung merinding, menyusutkan lehernya, berpura-pura sedang menghafalkan puisi, "Matahari di balik gunung arah barat terbenam, air Sungai Kuning mengalir ke lautan. Jikalau hendak melihat pemandangan yang lebih luas, maka pergilah ke tempat yang lebih tinggi."

Taylor Shen: "......"

......

Vero He kembali ke kamar, karena dalam waktu yang hampir mencapai 2 tahun ini terus berada dalam kehidupan bagaikan disekap, tingkat kewaspadaannya sangat tinggi, baru saja membuka pintu, dia langsung menyadari ada orang yang telah memasuki kamarnya. Pandangan matanya menerawang ke seluruh kamar, peletakkan alat make up di meja rias tidak benar, sudah pernah disentuh oleh seseorang, lukisan terlihat sedikit miring, juga pernah disentuh. Dia berjalan perlahan-lahan, berjalan ke samping ranjang.

Arah peletakan bantal pun tidak sama, selimut juga pernah dibuka oleh seseorang, tidaklah rata, saat dia berjalan hingga ke pintu ruang pakaian, terlihat ada sehelai rambut di karpet, dia memungutnya, rambut ini bukanlah miliknya, ini adalah rambut bergelombang berwarna merah wine.

Orang yang berambut merah wine bergelombang di dalam rumah, selain Nyonya He, tidak ada orang lain lagi.

Sang wanita mengerutkan kening, berjalan memasuki ruang pakaian perlahan-lahan, bajunya pernah disentuh, lacinya pun terdapat jejak pernah dibuka, dia berjongkok, menarik lacinya, baju dan celana dalam di dalam laci disusun terpisah, sekarang juga terlihat berantakan.

Nyonya He datang menggeledah kamarnya, sebenarnya ingin mencari apa?

Hatinya merasa panik, bergegas keluar dari ruang pakaian, datang ke kamar, menarik laci kedua rak rias, mengeluarkan sebuah kotak dari dalam. Debaran jantungnya bertambah cepat, dia membuka kotak itu, saat melihat barangnya masih terletak di sana dengan aman, baru sang wanita menghela nafas lega.

Ini merupakan satu-satunya barang yang ditinggalkan oleh Karry Lian kepadanya, dia selalu menyimpannya dengan sangat baik, tapi sekarang kelihatannya, kediaman Keluarga He sudah bukan sebuah tempat yang aman. Sang wanita mengulurkan tangan mengeluarkan anting-anting toumaline biru keunguan, mengingat penampilan Karry Lian merebah di atas salju, dengan darah yang melumuri salju bagaikan bunga-bunga yang bermekaran.

Mereka pernah berjanji, untuk kabur bersama, tapi pada akhirnya, hanya dirinya seorang yang berhasil keluar hidup-hidup. Sang wanita memejamkan mata, hatinya terasa sangat sakit, sang pria datang demi mencarinya, dan terakhir mati demi menyelamatkannya, hutang budi ini, sebenarnya dia harus bagaimana membalasnya?

Sang wanita spontan mengingat sosok bayangan yang begitu familiar di pinggir jalan hari itu, apakah matanya yang telah kabur? Ataupun itu adalah dia? Dia tidak mati? Tapi kalau dia tidak mati, setelah bertahun-tahun ini, kenapa sang pria tidak datang mencarinya?

Di dalam kotak, masih terdapat selembar foto, dirinya yang ada di dalam foto, memiliki bentuk tubuh yang sedikit berisi, di kepalanya memakai sebuah topi ibu hamil, memeluk seorang anak perempuan yang dibalut dengan selimut merah muda, Karry Lian berdiri di belakangnya, ini merupakan satu-satunya foto yang terdapat Anna di dalamnya, juga merupakan satu-satunya foto yang sempat dipotret.

Sang wanita memegang fotonya dengan erat, rasa sakit di hati bertambah berkali lipat, dengan dua nyawa yang telah direngut, bagaimana caranya dia mampu memaafkan Taylor Shen?

Saat makan malam, Vero He tidaklah mengungkit masalah tentang kamarnya pernah digeledah, Papa akan langsung memalingkan muka terhadap Nyonya He demi dia, Kakaknya setelah menikah pun, jarang pulang ke rumah juga demi dia, pada saat seperti ini, bagaimana mungkin dia boleh tidak tahu diri, dan membuat mereka saling berselisih.

Awalnya, merekalah yang merupakan satu keluarga, sedangkan dirinya merupakan seseorang yang menerobos masuk.

James He duduk di sampingnya, melihat dirinya yang sepanjang hari ini terlihat sering melamun, pandangan mata tanpa sadar tertuju pada anting-anting tourmaline biru keunguan di telinganya, hatinya tertusuk. Dia pernah melihat anting-anting ini, saat dia baru saja membawanya pulang, sang wanita setiap hari membawakan anting-anting ini, terus tidak melepaskannya.

Kemudian, setelah kondisi penyakitnya lebih stabil, baru dia menyimpannya, sekarang, dia kembali memakainya, apakah telah terjadi suatu hal yang tidak diketahuinya?

"Vero, dengar-dengar dari Papa, tekananmu belakangan ini begitu besar, aku dan Papa telah berdiskusi, mumpung sekarang masih belum begitu sibuk, kita sekeluarga pergi berlibur ke Switzerland, menurutmu bagaimana?" James He bertanya.

Sudah hampir akhir tahun, mereka sangat sibuk, sebenarnya semuanya tidak akan bisa meluangkan waktu, tapi belakangan ini telah terjadi begitu banyak hal, dia khawatir jika tekanan Vero He terlalu besar, perasaannya akan kembali kambuh, dan ingin mengambil kesempatan sekarang untuk membawanya menenangkan suasana hati.

Vero He kembali sadar, baru menyadari, semua orang sedang menatapnya, pandangan matanya menatap ke semua orang, dan terakhir mendarat di tempat Nyonya He, Nyonya He tentu saja telah menyadari anting-anting yang ada di telinganya, dia balik melihatnya tanpa terdapat ekspresi apapun, sama sekali tidak merasa bersalah.

"Tidak perlu, belakangan ini perusahaan begitu sibuk, ada begitu banyak hal yang harus ditangani, Kakak, He's Corp. bukankah akan lebih sibuk di akhir tahun?" Vero He mamalingkan kepala melihat James He, merasa sangat berterima kasih terhadap mereka, karena hanya satu kalimat sembarangan darinya, mereka langsung berniat untuk membawanya pergi berlibur menenangkan hati, bahkan keluarga kandung pun belum tentu bisa berbuat seperti itu.

"Tidak masalah, ada Wakil CEO di perusahaan, aku ada atau tidak, sama-sama tidak akan mempengaruhi apapun."

"Sungguh tidak perlu, kalau benar-benar telah lelah, aku akan meliburkan diriku sendiri, kalian tenang saja." Vero He menggelengkan kepala.

Felix He dan James He saling bertatapan, Felix He berkata: "Kalau begitu, aturlah untuk beristirahat di akhir pekan, temani Papa pergi memancing, sekalian memenangkan suasana hati."

Vero He memandang ekspresi Felix He yang ramah, bersama rambut putih yang berkilau di bawah sinar lampu, dia menganggukkan kepala, berkata: "Baik."

Saat Angela He melihatnya, dia langsung berkata: "Aku juga ingin ikut, kalian jangan sampai menelantarkanku."

"Mana mungkin meninggalkanmu? Semuanya akan pergi bersama." Felix He tertawa lepas, putra putrinya semua berbakti, ini adalah hal yang membuatnya sangat senang.

......

Kehidupan Lindsey Song belakangan ini dilewati dengan tidak baik, sepulangnya dari rumah sakit, karena dia hanya melahirkan putri, juga membuat keributan di acara tarian demi selembar foto, meskipun Taylor Shen telah menarik tuntutannya, tapi Arthur masih belum melepaskannya.

Akhir-akhir ini Arthur didesak oleh Taylor Shen hingga menghadapi jalan buntu, amarah dalam dirinya tidak ada tempat untuk dilampiaskan, sepulang rumah melihat anaknya adalah seorang perempuan, semua amarahnya langsung dilampiaskan pada sang putri, membenci Lindsey Song telah melahirkan seorang anak yang tidak berguna.

Lindsey Song yang dulu, akan sangat disanjung oleh Arthur setinggi mungkin, sangat ingin mencium ujung kakinya, sekarang setelah melahirkan anak, bentuk tubuhnya tidak bisa kembali normal dalam waktu singkat, juga sekaligus dikucilkan oleh Arthur.

Sang wanita menahan amarahnya, berpikir jika bisa menahan ya tahan saja dulu demi sang anak, tapi alhasil, Arthur malah semakin menjadi-jadi, saat pulang setelah mabuk, langsung menangkapnya untuk dipukuli, terakhir dia sudah tak tahan lagi, menggendong anaknya dan pulang ke rumah orang tuanya sendiri.

Benjamin Song dan Nyonya Song melihat tubuh Lindsey Song penuh dengan bekas luka, mereka merasa sangat sedih, Benjamin Song menambahkan perhitungan ini kepada Taylor Shen sekaligus. Selama ini, Arthur selalu menyukai Lindsey Song, sama sekali tidak rela melukai selehai rambutnya, kalau bukan karena Taylor Shen telah mengakuisisi perusahaannya, dan hendak menendangnya keluar dari anggota dewan, mana mungkin dia akan memperlakukan Lindsey Song sekejam ini?

Karena itu, rasa bencinya terhadap Taylor Shen spontan bertambah sedikit lagi.

7 tahun lalu, celaka dan tindakan mempermalukan Lindsey Song masih belum diperhitungkan, 7 tahun kemudian, dia baru saja kembali ke Kota Tong, lagi-lagi membuat Lindsey Song mengalami kepiluan seperti ini, kalau dia terus menahannya, maka dia tidak pantas menjadi ayahnya.

Di saat yang bersamaan, Arthur juga sangat tidak mampu menerimanya, terus memikirkan cara untuk membalikkan keadaan. Taylor Shen sudah bertekad kuat untuk menendangnya keluar dari anggota dewan, dia tidak bisa berbuat apa-apa terhadapnya, tapi ini bukanlah berarti dia tidak bisa menyerang melalui cara lain.

Di dalam villa, seorang pria yang berwajah aneh melihat seorang pria yang duduk di sofa kulit dengan ketakutan, berkata: "CEO Qin, hal yang kamu suruh untuk kuselidiki telah ada hasil."

"Katakan!" Arthur menghisap rokok, di tengah kepulan asap rokok, raut wajahnya terlihat sangat buruk.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu