You Are My Soft Spot - Bab 274 Kamu Tidak Mau Aku, Aku Pun Tidak Mau Kamu (2)

Hati Taylor Shen sontak berdesir. Ia jelas paham apa yang James He maksud dengan “kejadian tujuh tahun lalu”. Ia pun bertanya untuk memastikan pemikirannya, “Jadi, kamu mau bilang bahwa papaku dari awal sudah tahu Angelina Lian bukan Tiara?”

“Jangan pura-pura bodoh ah di hadapanku. Meski aku tidak punya bukti, kita bisa melihat dengan eksplisit sekali papamu lumayan suka dengan orang yang pura-pura jadi adikmu itu. Dengar-dengar dia memberikan dua puluh persen saham Shen’s Corp untuknya, entah kamu dikabari dulu atau tidak.” Melihat keluarga Shen yang begini, James He sejujurnya agak khawatir menyerahkan Vero He padanya.

Kalau disuruh mendeskripsikan keluarga Shen dengan satu frasa, ia akan menyebutnya sebagai “tempat orang-orang penuh tipu muslihat berkumpul”!

“Aku tidak memedulikannya!” Taylor Shen tidak menyayangkan dua puluh persen saham Shen’s Corp ini. Ia waktu itu tidak merebutnya dari tangan Angelina Lian juga karena tidak ingin merusak hubungannya dengan sang ayah.

Bagaimana pun juga, Tuan Besar Shen adalah orang yang sudah merawat dan membesarkannya. Setidak suka apa pun dia pada keputusannya, ia tidak boleh bertindak kelewatan.

“Yang aku mau bahas bukan kamu peduli atau tidak peduli, melainkan atas dasar apa dia memberikan dua puluh persen saham ini untuknya? Oh iya, dengar-dengar kamu mengirimnya ke luar negeri?” James He dengar kabar ini tanpa sengaja dan bukannya karena sengaja mengikuti kabar terbaru Taylor Shen.

“Kamu di Kota Tong itu dewa atau apa sih? Kok bisa tahu semua hal?” tanya si lawan bicara dengan setengah meledek.

“Aku hanya kebetulan dapat kabar saja. Ini balas dendam kamu pada dia atas semua yang dia lakukan padamu?” tanya James He tanpa menanggapi ledekannya.

“Benar. Sejak dia memfitnah Tiffany Song, aku sebenarnya sudah tidak percaya sedikit pun pada dia, namun aku tahan-tahan. Aku baru mengirimnya ke luar negeri sekarang karena sudah tidak bisa menahan diri lagi,” jawab Taylor Shen dengan wajah yang kembali sepenuhnya serius.

“Aku tidak mau ikut campur urusanmu dengan urusan orang lain, tetapi kalau kamu berani macam-macam pada Vero He…… Jangan salahkan aku kalau kamu dapat balasan berat!” ultimatum James He dengan tegas.

Taylor Shen bereaksi begini, “Langit jadi saksi siapa yang lebih menyusahkan yang lainnya sejak aku balikan dengan Vero He.”

“Sialan!” maki James He dengan senyum. Suasana percakapan langsung jadi lebih rileks. Ia kemudian teringat sesuatu yang perlu diceritakan, “Semalam, aku sudah bilang ke papa bahwa kamu sudah tahu. Kami tidak mau menyembuyikan hal ini darimu.”

“Iya, yang penting aku tahu meski agak terlambat,” respon Taylor Shen. Ia dari awal memang sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres, namun tidak menyelidikinya lebih lanjut.

“Kehilangan satu musuh, hatimu rasanya bagaimana? Dulu-dulu kamu menganggapku sebagai musuh dan lawan, jadi pasti kamu sering memakiku dalam hati. Mengetahui Vero He adalah adikku, aku yakin kamu menghembuskan nafas lega. Fiuh, hilang satu pesaing cinta, begitu ya?” ledek James He. Ia dalam hati berkeyakinan Taylor Shen datang kemari untuk pamer sudah “menang” darinya.

Taylor Shen menatap James He dengan tersenyum, “Aku sebenarnya tidak begitu menganggapmu sebagai pesaing cinta sih. Aku hanya bingung saja, berhubung kamu tidak mencintainya, mengapa kamu baik sekali padanya?”

“Ini karena kurang luas pemikiranmu. Siapa bilang harus ada cinta baru bisa memperlakukan orang dengan baik sekali?” James He duduk di sofa dengan mengimajinasikan dirinya sebagai kakak ipar Taylor Shen. Hatinya merasa canggung membayangkan bakal dipanggil Taylor Shen sebagai “kakak” kedepannya!

Taylor Shen bertanya lagi: “Kalian tidak berencana cerita semuanya pada Vero He?”

Ditanyakan hal ini, wajah James He kembali serius. Pria itu menjawab, “Aku dan papa pernah mempertimbangkannya, tunggulah nanti kalau waktunya sudah pas. Sekarang, kami tidak mau bertaruh dengan risiko kehilangan dirinya.”

“Ada perlu bantuanku?” tanya Taylor Shen.

“Tidak,” tolak James He lugas. Orang di rumah semua mengenal Vero He sebagai anak keluarga He. Papa menyuruh semua dari mereka untuk tutup mulut rapat-rapat. Siapa pun yang berani bicara macam-macam di depan Vero He bakal langsung ditendang keluar dari rumah detik itu juga.

Si Nyonya He bahkan hanya berani ribut-ribut begitu di depan papa. Wanita itu tidak bakal berani meributkan itu di depan Vero He, itu namanya cari mati!

Terkadang, James He malah berharap ada orang yang membuka semua tirai ini. Tidak peduli apa konsekuensi yang bakal mengikutinya, situasi yang terbuka bakal terasa jauh lebih melegakan dan nyaman dibanding situasi sekarang yang serba ditutup-tutupi.

Taylor Shen mengernyitkan alis tanpa bicara lagi. Ia tidak lama kemudian berpamitan.

James He mengantarkan Taylor Shen ke depan lift. Sebelum berpisah, ia tiba-tiba bercerita: “Ada satu hal, entah Vero He cerita padamu atau tidak. Kamu ingat kejadian dia membanting ponselnya sendiri karena menerima sebuah pesan bergambar? Isi pesan bergambar itu adalah gambar bergerak berupa dia yang terus menusukkan pisau ke dadamu.”

Taylro Shen bertanya hati-hati, “Jadi maksudmu ada orang yang pakai cara ini untuk mengancam dia memutuskanku?”

“Aku tidak tahu maksud gambar bergerak ini adalah ancaman atau peringatan. Yang jelas, aku pikir kamu harus selalu was-was tiap saat.” James He sekarang bisa terbuka secara sukarela begini pada Taylor Shen karena dia tahu di dunia ini Taylor Shen-lah yang paling perhatian pada Vero He.

Dia adalah kakak Vero He. Tidak peduli seberapa tidak rela dipisahkannya dirinya dari Vero He, ia tetap berharap ada pria yang datang dan memberi kebahagiaan pada adiknya itu.

“Baik, paham. Tidak peduli ancaman atau peringatan, kalau suatu hari aku mati di tangan Vero He, aku tidak akan menyesal,” kata Taylor Shen. Ia tidak bohong sama sekali dengan pernyataannya ini, namun jelas ia sama sekali tidak berharap hari itu benar-benar ada.

James He tidak menanggapi lagi. Lift bergerak turun dengan Taylor Shen bersandar pada salah satu sisinya. Tatapan pria itu agak sedih dan muram. Meski Felix He dan James He untuk tidak berencana bercerita yang sebenarnya pada Tiffany Song, tetapi itu hanya untuk sementara waktu.

Sering berjumpa namun tidak bisa saling mengenal dengan benar, penderitaan macam apa ini? Taylor Shen tidak mau ikut campur, tetapi juga ingin melihat mereka terus berada dalam situasi begini. Pada akhirnya, titik keseimbangan yang sudah bertahan lama ini harus berani diketok. Siapa tahu hasil akhirnya tidak semenakutkan yang mereka semua bayangkan?

……

Sore hari, Vero He menerima sebuah panggilan telepon dari wali kelas Jacob Shen. Wali kelas itu bilang si anak bertengkar dengan anak lain dan memintanya datang ke sekolah. Setelah mematikan telepon, ia bertanya bingung pada dirinya sendiri mengapa dia yang ditelepon.

Pertanyaan ini hanya dipikirkan sejenak, sebab Vero He segera mengambil tas, memakai mantel, dan keluar. Erin ikut dari belakang. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore ketika mobil tiba di depan gerbang sekolah. Berhubung kelas sudah bubar sejak lama, di sekolah kini hanay tersisa dua tiga anak saja.

Vero He dan Erin bergegas ke ruang kerja guru kelas satu. Dari jauh, mereka langsung mendengar orang yang marah-marah dengan suara lantang, “Anak tidak punya mama ini sungguh tidak punya tata krama. Lihat tuh, Victor Ning anakku dipukuli olehnya sampai bagaimana coba? Anak sialan yang tidak pernah dibina siapa-siapa, apa kamu lihat-lihat?”

Katap-kata si orangtua murid makin lama makin tidak enak didengar hingga Vero He melipat dahi. Ketika bertemu Jacob Shen, ia melihat wajah anak itu sudah memar di sana sini. Si wanita berjongkok dengan maksud hati mengecek luka-lukanya, namun si anak tiba-tiba malah marah, “Pergi kamu. Aku tidak ingin lihat kedatanganmu, pergi!”

Jacob Shen lalu mendorong Vero He. Karena tidak siap, si wanita jadi jatuh ke lantai. Mata si anak berkaca-kaca setelah melakukan aksi itu. Tanpa berucap apa-apa, Jacob Shen kemudian berlari keluar ruangan sekencang-kencangnya.

Melihat Vero He didorong jatuh, orangtua murid yang tadi marah-marah merasa mendapat dukungan untuk semakin mengata-ngatai Jacob Shen. Wanita itu memaki lagi: “Benar-benar tidak punya tata krama. Keluarga macam apa yang bisa punya anak seperti ini? Tolonglah, jangan buat nama kelas dan sekolah jadi jelek.”

Erin memapah Vero He untuk berdiri, lalu disuruh untuk mengejar Jacob Shen. Sebelum pergi mengejar si anak, ia menatap sekilas orangtua murid yang ada di depannya. Wanita itu mengenakan mantel bulu dengan dandanan yang menor seolah ingin memberitahukan semua orang bahwa dia berduit. Beberapa jarinya juga dipakaikan perhiasan emas. Orang ini nampaknya orang kaya baru, begitu impresi yang muncul dalam benak Erin.

Vero He sudah bertemu dengan berbagai macam orang, namun ini pertama kalinya dia bertemu orang yang memaki anak kecil sekasar ini. Ia bertanya dengan nada yang dilembutkan: “Nyonya, daritadi kamu bilang dia tidak punya tata krama. Memangnya kamu lebih punya tata krama sejauh apa?”

“Kamu!” Si wanita seketika terpancing emosi, “Berani kamu bicara begini denganku? Suamiku kepala dinas lalu lintas, kalau tidak percaya coba aku bakal suruh orang untuk membuatkan kamu surat tilang. Biarlah seumur hidup kamu kerja mati-matian hanya untuk bayar tilang itu!”

Vero He malas meladeni orang yang begini. Sedikit-sedikit bawa suami, memang tidak takut suaminya kemudian kena masalah ya? Ia jadinya bertanya pada wali kelas, “Guru, aku baru tiba. Aku belum tahu kronologis masalahnya.”

Si wali kelas merasa agak familiar dengan sosok Vero He. Ia merasa pernah berjumpa dengannya, entahlah di mana. Ketika mau menceritakan kronologis pertengkaran kedua anak dengan lengkap, nyalinya ciut karena aura Vero He yang intimidatif. Ia memutuskan merangkum ceritanya dalam satu kalimat saja: “Mereka awalnya hanya bercanda, tetapi akhir-akhirnya bertengkar.”

Vero He akhirnya paham pertengkaran ini dimulai oleh lawan Jacob Shen. Anak itu pada mulanya mengejek Jacob Shen tidak punya mama, lalu Jacob Shen pun membalasnya dengan serangan fisik dan mereka berdua bertengkar. Wanita itu lalu mengamati luka di wajah lawan Jacob Shen. Lukanya tidak bisa dikatakan lebih ringan dari Jacob Shen. Ia berlutut di hadapan si anak dan berkata lembut: “Kamu Victor Ning ya? Jacob Shen salah karena memukulmu, aku minta maaf padamu. Tetapi, kamu juga salah karena kamu memakinya tidak punya mama. Aku berharap kamu bisa minta maaf juga pada Jacob Shen, lalu kalian kembali berteman akrab lagi. Boleh?”

“Atas dasar apa kamu ingin anakku minta maaf pada anak haram itu? Kamu siapa? Anakku dipukul sampai begini, aku ingin membawa dia pergi cek luka,” kata si orangtua murid gusar.

Vero He mengernyitkan alis dan bangkit berdiri, “Pertengkaran di antara anak kecil itu hal biasa. Orang tua pasti akan khawatir kalau anaknya luka, jadi aku paham suasana hatimu. Yang jadi masalah, kamu memaki-maki anak orang begini bukankah itu sangat tidak bagus? Bukankah itu juga bisa disebut tidak kenal tata krama?”

“Siapa yang kamu bilang tidak kenal tata krama?” Si orangtua murid menaruh tas Louis-Vuitton-nya di meja kerja guru dan merapikan kerah baju seperti siap bertengkar dengan lawan bicaranya.

Vero He sama sekali tidak menyangka ada orangtua murid yang seegois ini. Ketika ia mau menanggapi, si wali kelas duluan berbicara, “Aku sudah ingat kamu. Kamu Nona He? CEO He’s Corp itu kakakmu?”

Mendengar pertanyaan ini, kemarahan si orangtua murid seketika melemah. Vero He ini dandanan dan gayanya biasa-biasa saja, namun ia bisa mengenali salah satu pakaiannya adalah pakaian edisi terbatas keluaran sebuah mereka terkenal. Wah, ternyata ia sudah terlalu meremehkan wanita ini!

Vero He tidak membantah sama sekali. Ia lanjut bicara pada si orangtua murid: “Kalau kamu masih mau bawa anakmu cek luka, ayo kita pergi bareng. Aku mau sekalian cek luka Jacob Shen juga.”

Raut wajah si orangtua murid tadi juga langsung berubah begitu mengetahui Vero He adalah anggota keluarga He. Ia menanggapi sungkan seolah tidak mau memperpanjang lagi semuanya, “Nona He, semua ini salah paham saja. Seperti yang kamu bilang, pertengkaran di antara anak kecil itu hal biasa. Kalau tidak bertengkar, mana bisa saling kenal kan? Tidak usah cek luka deh.”

“Yakin kamu? Kalau nanti-nanti ada luka internal di kepala anakmu atau di mana, jangan salahkan kami loh.”

“Iya, Nona santai saja. Sekencang-kencangnya pukulan antara anak kecil pasti tetap pelan lah.” Tanpa disangka-sangka, wanita itu lalu menggenggam pergelangan tangan Vero He dan berujar pelan: “Nona He, dengar-dengar Parkway Plaza baru mendapatkan hak agensi mereka terkenal asal Italia ya? Bolehlah pertimbangkan bisa beri aku diskon atau bagaimana gitu……”

“……” Vero He diam saja.

……

Sekeluarnya dari ruang kerja guru, Vero He berjalan ke ruang piano karena melihat sosok Erin di depan sana. Si asisten memberi kode tangan, yang artinya adalah mengabarkan Jacob Shen ada di dalam. Vero He membuang nafas panjang dan melangkah masuk dengan cepat. Ia langsung menemukan sosok Jacob Shen yang wajahnya memar-memar tengah berjongkok di bawah deretan tuts piano.

Vero He berjongkok dan berujar pelan: “Bukannya aku sudah bilang tenaga itu hanya cadangan kekuatan? Kalau bisa pakai mulut saja bertengkarnya, ya jangan pakai tangan.”

“Pergi kamu, aku tidak ingin melihatmu!” teriak Jacob Shen kencang. Ia menatap Vero He dengan mata melotot seolah berharap itu bisa membuatnya takut dan benar-benar pergi.

Vero He bertanya, “Kalau tidak mau melihatku, terus mengapa kamu menyuruh guru meneleponku?”

Menyadari kekeliruannya, Jacob Shen jadi malu sendiri. Untuk menutupi rasa malu itu, ia mengusir Vero He dengan suara yang makin kencang: “Pokoknya aku tidak mau melihatmu, pergi sana. Huhuhu, kamu tidak mau aku, aku pun tidak mau kamu.”

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu