You Are My Soft Spot - Bab 99 Simpul Cinta Dalam Untaian Intan (1)

Tiffany Song merasa begitu malu, hingga sangat ingin menyelinap ke dalam lubang. Sang wanita menurunkan pandangan matanya dan tak berani melihat sang pria, mengulurkan tangan mendorong dadanya yang begitu gagah dan kuat bagaikan batu besi, suaranya begitu manis, "Kamu sungguh jahil, jangan membahasnya lagi, aku telah merasa sangat malu."

Taylor Shen menundukkan kepala mencari matanya sang wanita, bercanda: "Benarkah? Kalau begitu apakah kamu merasa nikmat?"

"Menyebalkan." Tiffany Song mendorong wajahnya sang pria karena merasa malu, kalau sang pria terus menanyakannya lagi, dia pasti akan membara dengan sendirinya. Kenapa bisa ada orang yang begitu bersemangat membahas hal seperti ini?

Taylor Shen menarik tangannya, rasa kebahagiaan di dalam hati terasa begitu penuh hingga hampir tumpah, dengan pandangan mata yang membara melihat sang wanita, berkata dengan serius: "TIffany, jangan malu, ini adalah pertama kalinya diantara kita berdua, aku berharap bisa membuatmu merasa nikmat dan bahagia. Jika ada bagian yang kulakukan dengan tidak baik, katakanlah padaku, biar kita bisa berkembang dalam proses saling memperbaiki nantinya, bagaimana?"

Tiffany Song menahan rasa malu di lubuk hatinya, mengangkat tangan dan bertatapan dengan wajah sang pria yang penuh penantian. Meskipun pria ini telah kehilangan kendali kemarin malam, tapi tidaklah begitu melukainya. Sang pria telah mengatakan kata-kata cinta yang begitu terus terang di samping telinganya, memancing keluar seluruh gairah yang tersembunyi di dalam lubuk hati.

Sang wanita berkata: "Taylor, kamu kemarin malam begitu baik. Aku awalnya mengira aku akan merasa takut, tapi di detik-detik saat kita bersatu, hatiku hanya memiliki perasaan puas dan gairah. Kamu tidak perlu memperbaikinya, kalau kamu terus meningkatkan kemampuanmu, aku tidak akan bisa menahannya."

Taylor Shen baru pertama kalinya mendengar isi hatinya, seluruh dirinya merasa sangat bersemangat hingga sangat ingin menariknya dan melakukannya sekali lagi. Sang pria dengan erat memeluknya, bibir yang tipis melengket di bibir sang wanita, "Kalau begitu mari kita lakukan sekali lagi?"

Nafas Tiffany Song seakan-akan telah direbut, jantungnya berdebar karena gairahnya yang meluap, sangat menyukai perasaan ini. Ternyata dengan berani untuk melangkahkan kaki, benar-benar bisa membuat diri sendiri meraih kebahagiaan.

Alangkah bagusnya jika semua pasangan di dunia ini, bisa mendapatkan kebahagiaan? Tiffany Song tiba-tiba mengingat tentang Jennifer Li. Mengingat tangisannya yang begitu keras di bar semalam, mengingat setelah dia membawanya pulang ke rumah, dia berteriak di dalam mimpi "Kak Wayne, kenapa kamu membuatku kecewa", hatinya langsung merasa nyeri.

Ciumannya Taylor Shen menjadi semakin tidak terkendali, telapak tangannya dengan kuat menekan punggung sang wanita, seakan-akan ingin memasukkannya ke dalam tulang. Sang wanita tiba-tiba membuka matanya, sedikit mendorong sang pria, "Taylor, lepaskan aku dulu."

Taylor Shen kembali melengket sekali lagi, tidak bersedia untuk melepaskannya. Kejadian semalam hanyalah sekedar apetizer bagi Taylor Shen, sama sekali tidak cukup, dan harus mengikatnya di atas ranjang selama tiga hari tiga malam baru bisa menebus penantiannya selama beberapa tahun ini.

Tiffany Song melihat tubuhnya hanya memakai selembar celana dalam, bagaimana jika Jennifer Li kembali bangun dan melihat gambaran ini, dia pasti tidak akan berani bertemu dengan orang lain lagi. Nafas Tiffany Song menjadi kacau akibat ciumannya, suaranya putus-putus, "Ariana... berada... di rumah......, tidak bagus...... jika dilihat olehnya."

Taylor Shen mengangkat kepalanya, pandangan mata terus menatap pipinya yang merona, nafasnya sedikit berat, "Kamu bilang apa?"

Tiffany Song merapikan rok bajunya dengan baik, mendorong sang pria: "Jennifer berada di rumah, kamu pergi memakai baju dulu, tidak baik jika membuatnya melihatmu berpenampilan seperti ini, cepatlah pergi."

Seluruh tubuh Taylor Shen merasa tidak nyaman, dirinya tidaklah keberatan dilihat oleh orang lain, tapi mengingat muka sang wanita yang begitu tipis, sang pria dengan kuat menciumnya lagi, melihat bibir merahnya yang sedikit membengkak, berkata dengan tidak rela: "Setelah dia telah pergi, aku ingin kamu membuatku kenyang."

"......"

Taylor Shen kembali ke kamar untuk memakai baju, Tiffany Song lanjut memasak sarapan, dia menggigit bibirnya sejenak, di bibirnya masih tersisa aroma rokok yang ditinggalkannya, hatinya terasa manis. Kemudian kembali teringat akan Jennifer Li, seketika menjadi murung.

Dia berpikir sejenak, membalikkan badan dan keluar dari dapur, dan tiba di depan kamar yang dulu ditempati oleh Stella Han, mendorong pintunya dan masuk ke dalam. Tirai jendela kamar terbuka, setelah dia telah mulai terbiasa dengan cahaya dalam kamar, baru terlihat Jennifer Li sedang memeluk lututnya dengan sepasang tangan dan duduk bersandar di ujung ranjang.

Hatinya merasa sedih, berjalan mendekat dengan perlahan, berkata dengan lembut: "Kenapa tidak tidur? Kamu semalam telah minum begitu banyak bir, aku tidak tenang jika mengantarkanmu ke hotel, makanya membawamu pulang."

Jennifer Li melihat ke depan, pandangan matanya begitu hampa, ada tetesan air mata yang tidak berhenti mengalir keluar dari kelopak matanya. Tiffany Song duduk di hadapannya dengan kaki bersilangan, mengambil selembar tisu untuk membantunya mengusap air mata, "Jennifer, menangislah, tangisilah seluruh kesedihan hatimu keluar, setelah selesai menangis, kamu harus memberanikan diri untuk berdiri, dan melangkah maju ke depan."

Jennifer Li menguburkan kepalanya ke sela tangan, menangis tersedu-sedu bagaikan seekor hewan yang sedang terluka.

Tiffany Song merasa iba melihatnya, dia mengerti akan kepahitan hatinya, mengerti akan keputusasaannya, karena beberapa bulan yang lalu, dia juga pernah mengalami pengkhianatan, pengalaman seperti ini sangatlah membuat seseorang merasa hidup bagaikan kematian, dia bisa begitu mengerti karena pernah mengalaminya, seluruh ucapan nasihat terasa begitu hampa pada saat ini, dan tidak mampu meredakan kesedihan hatinya.

Dia mendekatkan dirinya, dengan lembut memeluknya, menemaninya tanpa bersuara, lebih berguna daripada ratusan ucapan nasihat.

Tidak tahu telah berlalu berapa lama, Tiffany Song merasa bahunya menjadi berat, memalingkan kepala, tenyata Jennifer Li telah tertidur dengan bersandar di bahunya. Dia menghela nafas panjang, dan membuatnya berbaring dengan baik di ranjang, menarikkan selimut untuk menyelimutinya.

Dia duduk di samping ranjang, mengulurkan tangan untuk memindahkan helaian rambut yang telah basah akibat air mata ke belakang telinga, berkata dengan lembut: "Tidurlah, tidak akan mengalami kepahitan di alam mimpi."

......

Di ruang tamu, Taylor Shen duduk di atas sofa melihat variety show, postur tubuhnya tinggi dan besar, terlihat sedikit tidak cocok saat duduk di atas sofa berwarna cream, terasa begitu memaksa. Melihat Tiffany Song telah keluar dari kamar, sang pria melambai-lambaikan tangannya, "Kemari."

Suasana hati Tiffany Song tidak baik, dia berjalan ke sana dengan begitu lambat, Taylor Shen mengulurkan tangan menggenggam pergelangan tangannya, menariknya untuk duduk di atas kakinya sendiri, berkata: "Bagaimana dengan keadaannya?"

"Sangat tidak bagus, terus menangis." Tiffany Song mengulurkan tangan merangkul lehernya, ekspresi di wajah begitu murung, menyandarkan kepalanya di bahu sang pria, suaranya begitu muram, berkata: "Taylor, apakah semua pria itu memang seperti ini, memakan makanan di dalam mangkuk sambil melihat ke arah panci, apakah kamu nantinya juga akan bersikap seperti ini dan menyakitiku?"

Taylor Shen memeluknya, tahu bahwa sang wanita kembali mengingat masa lalu yang buruk saat bersama dengan William Tang dulu, suara bagaikan telah mengandung percikan api, membakarnya hingga merasa begitu tidak nyaman, "Kamu begitu tidak yakin terhadapku?"

"Bukan, melainkan rayuan di dalam dunia ini begitu besar, dan pihak ketiga pun begitu ganas."

Taylor Shen mengangkat kepala sang wanita, memandang matanya, berkata: "Tiffany, kamu harus yakin terhadapku. Kita berdua berhasil bersatu setelah melalui berbagai rintangan bersama-sama, jangan merasa gundah dan ragu, aku hanya ingin memberikan kebahagiaan untukmu seorang."

Tiffany Song dengan serius menatap mata sang pria, terpancar aura yang membara di balik tatapannya, dan telah mengutarakan ketegasan dan tekad hatinya yang kuat kepada sang wanita, "Apakah kita benar-benar bisa bahagia?"

"Percaya padaku, pasti bisa!" Nada bicara Taylor Shen begitu yakin.

Tiffany Shen kembali bersandar di bahunya, berkata: "Taylor, aku pasti telah melakukan banyak kebajikan pada kehidupanku sebelumnya, makanya bisa bertemu denganmu pada keihdupan ini."

"Kalau begitu kebajikan yang kulakukan pasti lebih banyak darimu." Taylor Shen berkata, menundukkan kepala dan mencium keningnya, meskipun telah memasukkannya ke dalam pelukan, dirinya tetap merasa begitu tidak nyata. Sebenarnya bukan hanya sang wanita yang khawatir akan mendapatkan dan kehilangan, sang pria juga merasakan kekhawatiran yang sama. Takut dirinya tidak cukup baik, takut dirinya tidak bisa membuat sang wanita tetap tinggal.

Tiffany Song tersenyum, dia berpikir, mungkin mereka berdua benar-benar bahagia.

Setelah selesai makan sarapan, Tiffany Song mengantar kepergian Taylor Shen, Taylor Shen tidak ingin masuk kerja. Meskipun dia menetap di apartemen, tapi dengan keberadaan Jennifer Li di rumah, dia tetap tidak bisa memakan mangsa yang ada di depan mata, dan hanya akan membuat dirinya semakin tersiksa, makanya terpaksa masuk kerja.

Sang pria berdiri di depan pintu, melihat pergerakan tangannya yang begitu bodoh dalam memakaikan dasinya dengan wajah yang serius, hati sang pria menjadi tak karuan, sepasang tangannya merangkul pinggangnya, dengan nada bicara yang jahil berkata: "Aku akan datang nanti malam, ingat untuk mempersiapkan makan malamku."

Tiffany Song menggelengkan kepalanya, "Kamu untuk sementara jangan datang kemari, suasana hati Jennifer sedang buruk, aku ingin lebih sering menemaninya."

Wajah tampan Taylor Shen seketika langsung murung, berkata: "Lebih penting teman atau pacar?"

Tiffany Song berkata sambil tertawa sesaat: "Tentu saja pacar yang lebih penting, tapi Jennifer tidak memiliki teman baik ataupun kerabat di kota Tong, hanya mengenal aku seorang diri, jika aku hanya mempedulikan percintaanku sendiri, hal ini akan menambah kepahitan hatinya, bukankah aku sangatlah tidak baik?"

"Aku jamin akan langsung masuk ke kamar setelah pulang, tidak akan mengganggu kalian, bagaimana?" Taylor Shen membujuknya sekali lagi, sungguh tidak ingin berpisah dengannya, sang wanita menganggukkan kepala, berkata: "Baiklah."

Taylor Shen menundukkan badannya mencium pipinya sejenak, mengulurkan tangan merangkul pinggangnya, dan menciumnya dengan semakin panas, hingga nafas dari kedua orang itu menjadi terengah-engah, baru sang pria melepaskannya, berkata: "Ini adalah bunganya, aku ingin kamu menebusnya dengan tuntas beserta bunganya nanti malam."

Tiffany Song memegang bibir yang sedikit bengkak, melihatnya telah membalikkan badan dan segera pergi, sang wanita berdiri di depan pintu sambil melamun selama beberapa menit, baru membalikkan badan memasuki apartemen.

Taylor Shen keluar dari gedung, mengeluarkan ponsel, menghubungi sebuah nomor telpon, "Kamu berada di mana?"

Pihak yang dihubungi telah melaporkan alamat, lalu dia berkata "Kamu tunggu di sana", dan langsung menutup panggilannya. Menaiki mobil, mengemudikan mobilnya menuju Vanke City. 40 menit kemudian, mobilnya melaju memasuki sebuah daerah kediaman mewah, dia menghentikan mobilnya, berjalan dengan langkah cepat.

Menaiki lift ke atas, menekan bel, pintu langsung terbuka tidak begitu lama kemudian, sekumpulan aroma bir berhembus ke wajah, dia mengerutkan keningnya sambil menatap pria yang telah mabuk, berkata dengan tidak senang: "Ada apa sebenarnya?"

Taylor Shen datang ke sini bukanlah untuk menginterogasi, melainkan ingin segera membuat Jennifer Li bisa keluar dari rumah secepatnya, agar tidak menghalanginya bermesraan dengan Tiffany Song. Dengan keberadaan Jennifer Li di rumah, sang wanita selalu saja melamun, hal ini membuat sang pria merasa sangat tidak senang.

Wayne Shen mengambilkan sebotol whisky, dengan sempoyongan berjalan ke ruang tamu. Taylor Shen dengan cepat mengejarnya, merebut botol bir yang ada di tangannya. Tidak disangka Wayne Shen yang telah mabuk masih bisa bereaksi dengan cekatan, tangannya dihempaskan ke samping, berhasil menghindari tangannya Taylor Shen.

Taylor Shen melototinya, "Wayne, apa gunanya jika kamu mabuk?"

Wayne Shen dengan tertatih-tatih tiba di sofa, wajah tampannya berkerut, dirinya tahu mabuk tidaklah berguna, tapi saat ini, apa lagi yang bisa dia lakukan selain menjadi mabuk? Tidak peduli sebanyak apa dia menyalahkan orang lain, dalam keadaan penuh dengan pertanyaan mengapa, dia sendiri malah tidak mampu mengenali wanita yang berada di bawahnya bukanlah Jennifer Li, ini sudah merupakan kesalahan yang tak mampu dimaafkan.

"Kak, hatiku begitu sakit, sangat sakit hingga tak mampu untuk hidup lagi." Wayne Shen memukul dadanya dan menghentakkan kakinya, Jennifer tidak akan memaafkannya lagi, tidak peduli seberusaha apa dirinya mencoba untuk menjelaskan, semuanya sudah tak berguna.

Taylor Shen melihat penampilannya yang seperti ini, berkata dengan emosi: "Memangnya masalah ini begitu besar? Sampai membuatmu ingin mati di sini?" Dirinya sendiri malah telah lupa, saat dirinya ditolak oleh Tiffany Song dulu, dirinya pernah pergi menghancurkan bar milik orang lain.

Wayne Shen kembali mengangkat botol bir dan meminumnya, semua orang mengatakan saat bir memasuki perut, kegundahan akan menjadi semakin parah, akhirnya dia telah mengerti dengan maksud dari perkataan ini, "Kak, saat Jennifer berumur 12 tahun dulu, dia menerobos masuk ke dalam diskotik, dan bersembunyi sambil menangis di sana, aku mendengar suara tangisannya, hatiku sangatlah sakit, aku keluar dari kegelapan ruangan, memikirkan berbagai cara untuk menghiburnya, tapi tetap tidak menemukan sebuah cara yang efektif, lalu aku menciumnya."

Taylor Shen menggelengkan kepala, berjalan ke samping sofa dan duduk, mendengarkan cerita tentang memorinya dulu.

"Dia saat itu melototkan matanya menatapiku, air mata tergantung di kelopak mata hendak mengalir namun tak jadi, pada detik itu, aku telah melihat bayangan diriku sendiri dari pantulan di bola matanya, lalu aku bersumpah dalam hati, bahwa aku tidak akan menikahi wanita lain selain dia." Wayne Shen menutupi matanya, telapak tangannya panas dan basah, memorinya menjadi semakin terlihat jelas, dan rasa sakit dihatinya menjadi semakin tak karuan.

"Aku pura-pura bersikap keren, dengan susah payah bisa mengalihkan seluruh perhatiannya padaku, tapi aku malah pergi menyetubuhi wanita lain di hadapannya." Di balik suaranya Wayne Shen, terkandung rasa putus asa dan perasaan bersalah, kalau bisa, dia lebih memilih dirinya disiksa oleh gairah hingga mati saat kemarin malam, daripada melangkahkan kaki memasuki kamar.

Taylor Shen mengerutkan kening, "Ada apa sebenarnya? Katakan dengan jelas."

"Aku telah diberikan obat oleh seseorang kemarin malam, dan menganggap Angela He sebagai Jennifer Li, bahkan sampai dipergoki oleh Jennifer Li bulat-bulat." Sebelum perkataan Wayne Shen selesai, langsung terdengar suara Taylor Shen yang dikatakan sambil menggertakkan gigi: "Memang pantas untukmu!"

"Benar, memang pantas untukku, aku sendiri bahkan tidak mampu mengenali wanita yang kucintai, aku memang pantas menanggungnya."

Taylor Shen melihat keadaan ini, menghela nafas sejenak, "Kesalahan sudah terjadi, kamu tidak pergi memohon maaf terhadapnya, malah bersembunyi di sini dan mabuk-mabukan, apa gunanya? Pergilah, daripada membuat kepahitan diantara kamu dan dia menjadi berkali-kali lipat."

"Aku masih memiliki hak apa untuk pergi memohon pengampunannya? Dia mengatakan dia membenciku, merasa aku telah kotor." Wayne Shen berkata dengan suara serak, mengingat terhadap pandangan matanya yang penuh kebencian, sang pria langsung merasa sedih hingga sulit untuk bernafas, bagaimana pun juga, dirinya tidak berani berdiri di hadapannya.

"Jadi kamu berencana untuk terus seperti ini? Setelah melakukan kesalahan, kamu tidak lagi memiliki upaya untuk meminta maaf dengan tulus dan menyesal dari lubuk hatimu, jadi atas dasar apa kamu mengharapkannya bisa memaafkanmu dengan perasaan bahagia?" Nada bicara Taylor Shen begitu tajam.

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu