You Are My Soft Spot - Bab 354 Ciuman yang Tidak Diduga (1)

Jordan Bo baru tiba di villa pada tengah malam. Stella Han tidak berniat menungguinya, tetapi tidak bisa terlelap juga meski sudah berbaring cukup lama di ranjang. Benaknya terasa kacau dan pening. Ia merasa tengah memikirkan banyak hal, namun pada saat bersamaan juga tidak merasa lagi berpikir apa-apa.

Ketika mendengar derum mesin Brabus dari luar, ia baru paham ia sebenarnya lagi menunggui Jordan Bo.

Yang ditunggui memasuki kamar dengan langkah sepelan mungkin. Ada dua lampu meja kuning yang menyala di dekat kasur. Jordan Bo berjalan ke kasur dan menatap Stella Han yang lagi berbaring di sana. Matanya tertutup, nafasnya juga stabil. Pria itu lalu melepaskan jas dan pergi ke kamar mandi.

Tidak lama kemudian, dari dalam kamar mandi terdengar suara pancuran air. Stella Han membuka mata dan menatap langit-langit dengan termenung. Lima menit kemudian, begitu suara pancuran tidak terdengar lagi, si wanita kembali memejamkan mata. Ia lalu merasakan sisi kasur sebelahnya ada tekanan, itu pasti Jordan Bo yang lagi naik ke ranjang. Si suami berbaring di sebelah Stella Han, merangkulnya dalam pelukan, dan segera terlelap.

Stella Han tidak berani bergerak dalam pelukan Jordan Bo. Ia merasakan aroma sabun yang sangat kuat dari tubuh suaminya, beruntung kali ini ia tidak merasa enek seperti sebelumnya. Wanita itu memejamkan mata sembari mendengarkan bunyi nafas Jordan Bo. Dalam sekejap, ia juga ikut terlelap.

Keesokan hari, Jordan Bo masih tidur ketika Stella Han bangun. Ini pertama kalinya pria itu tidak pergi olahraga subuh saat Stella Han bangun! Mungkin karena super kelelahan, Jordan Bo bahkan tidak bangun juga ketika wanitanya melepaskan pelukan dia dan turun dari ranjang.

Sekelarnya mandi, Stella Han melihat pakaian Jordan Bo yang ditaruh di keranjang sebelah. Ia refleks mengambil kemejanya dan menciuminya. Selain bau tubuh khas pria, pakaian itu juga memiliki bau disinfektan. Jadi Jordan Bo semalam ke rumah sakit lagi?

Stella Han mengembalikan kemeja Jordan Bo ke keranjang, lalu membawanya turun ke lantai bawah. Di anak tangga paling bawah, melihat benda yang ada di tangan bosnya, Bibi Liu buru-buru mengambil alih, “Nyonya yang terhormat, lain kali tidak usah begini lagi. Kedepannya, biar aku selesaikan sendiri hal-hal kelas rendahan. Kalau Tuan melihatmu seperti ini, bisa langsung dipecat aku.”

Si majikan wanita menggeleng sembari tertawa, “Bibi Liu, aku tidak terhormat gimana-gimana ah. Aku dari kecil dibesarkan di desa. Papa mamaku sibuk bertani, jadinya aku bertanggung jawab mencuci pakaian sekeluarga.”

“Itu dulu, sekarang kamu sudah jadi Nyonya Muda Besar keluarga Bo. Lain kali jangan sentuh benda ini lagi. Sudah dikasih enak, kok bisa-bisanya minta yang sulit sih kamu? Dasar.” Bibi Liu membawa pergi keranjang pakaian dan menaruhnya ke dalam ruang cuci baju.

Ruang cuci baju Halley City sudah mirip seperti tempat laundry. Perlengkapannya sangat lengkap, mulai dari mesin cuci biasa, mesin cuci sepatu, hingga mesin pengering. Stella Han pernah pergi ke sana sekali. Ia langsung ternganga begitu melihat isi ruangan.

Semua sisi kehidupan Jordan Bo benar-benar luar biasa. Ini bukan sesuatu yang layak dialami oleh Stella Han sebagai gadis kampung. Gila, mungkin dia memang tertimpa durian runtuh sampai bisa dinikahi olehnya!

Setelah menaruh keranjang pakaian di ruang cuci baju, Bibi Liu bergegas ke dapur dan menyiapkan sarapan buat Stella Han.

Di ruang makan, si wanita duduk dan menyantap susu sambil menikmati sarapan pagi. Mendengar langkah kaki dari belakang, ia menoleh dan menjumpai Jordan Bo yang turun dengan pakaian rapih. Wanita itu langsung menarik pandangan dan lanjut minum susu.

Jordan Bo berjalan ke kursi sebelah Stella Han, kemudian duduk. Tidak lama kemudian, Bibi Liu mengantarkan sarapannya dan pergi ke ruang cuci baju. Di ruang makan kini hanya ada mereka berdua. Si wanita menikmati sarapannya dalam diam tanpa bicara dengan si pria.

Kelar menyantap susu dan sarapan, Stella Han menaruh piring dan gelasnya ke nampan yang sudah disiapkan Bibi Liu. Ketika ia bangkit berdiri untuk bergegas, pergelangan tangannya ditahan oleh tangan Jordan Bo. Kaget dengan gerakan itu, ia buru-buru menarik tangannya biar terlepas. Si suami mengernyitkan alis, “Duduk, temani aku sarapan dulu baru boleh pergi.”

“Aku sudah hampir terlambat.” Stella Han hari ini harus pergi ke Bo’s Corp dan lapor bahwa dirinya sudah kembali dari cuti.

Jordan Bo merespon datar: “Aku bosmu, aku tidak akan potong gajimu.”

“Tidak bisa begitu. Aku tidak boleh dapat perlakuan spesial,” bilang Stella Han serius. Wanita itu lalu melangkah cepat keluar ruang makan.

Jordan Bo mengamati bayangan tubuh Stella Han dengan dingin. Tanpa menanggapi apa-apa, ia menarik pandangan dan lanjut menyantap sarapan dengan lebih cepat. Sepuluh menitan kemudian, waktu Stella Han turun dari lantai atas sambil menenteng tas kerja, Jordan Bo sudah menunggunya di lorong jalan dengan mengenakan sepatu pergi. Langkah wanita itu terhenti sejenak, namun kembali dilanjutkan. Stella Han mengambil sepasang sepatu hak tinggi warna hitam, memakainya, dan pergi keluar vila.

Melihat Jordan Bo dan Stella Han berjalan keluar, supir yang menunggu di luar dengan sigap membukakan pintu belakang mobil. Sayangnya, Stella Han malah melangkah ke VW kodok miliknya sendiri. Si pria menahan tangan si wanita sebelum jalannya semakin jauh: “Pakai sepatu hak tinggi begini, jangan menyetir lah kamu. Biar aku antar kamu.”

Stella Han menunduk melihat sepatu hak tingginya. Ia berdalih: “Di mobilku ada sepatu datar kok. Sebelum menyetir, aku bisa ganti sepatu dulu.”

Stella Han melepaskan tangan Jordan Bo dan melanjukan langkah menuju VW kodok. Ia masuk ke mobil, menukar sepatu hak tinggi dengan sepatu datar, lalu menaruh si sepatu hak tinggi ke kursi penumpang depan. Waktu ia mau menyalakan mobil, pintu penumpang depan dibuka oleh Jordan Bo yang buru-buru ikutan duduk.

Si penyetir menoleh pada si penumpang depan: “Aku sekarang mau ke rumah sakit dulu, ada beberapa hal terkait kasus dulu yang belum kelar. Rumah sakit tidak sejalan dengan kantormu, jadi kamu diantar supir saja.”

Jordan Bo menatap istrinya tidak senang: “Stella Han, kamu mau judes-judesan denganku?”

Stella Han jadi mau tertawa sendiri mendengar kata-katanya ini. Ia melipat kedua tangan di depan dada dan bertanya, “Mana kata-kataku yang judes coba?”

Setelah berpikir ulang, Jordan Bo merasa Stella Han memang normal-normal saja. Gila, semakin istrinya itu normal, pria itu malah merasa semakin tidak beres. Dengan kata lain, ia sejujurnya berharap Stella Han terus ribut dengan dirinya. Datarnya temperamen Stella Han hari ini membuat hatinya tidak senang. Suasana itu terasa seperti suasana sunyi sebelum hujan badai menerjang……

“Semalam, Bretta Lin……” Jordan Bo berusaha memberi penjelasan. Ia baru berucap tiga kata, bicaranya sudah dipotong Stella Han dengan tenang: “Urusan antara kamu dan Nona Lin tidak perlu dilaporkan ke aku. Aku cuma mau mengurusi urusan pribadiku saja. Soal kamu semalam menemani dia sampai tengah malam atau sampai subuh, kamu tidak perlu memberi penjelasan. Aku bisa memahami.”

Semakin Stella Han menampilkan sikap pengertian, Jordan Bo malah merasa semakin gelisah. Bibirnya bergerak-gerak seperti mau mengatakan sesuatu, namun akhirnya tidak ada yang keluar dari sana. Rasa-rasanya, tidak peduli dia menjelaskan sepanjang apa, Stella Han tidak bakal mendengarkannya dengan sungguh-sungguh sama sekali. Bukankah dia bakal rugi kalau masih memaksakan penjelasan?

Jordan Bo membuka pintu mobil dan menutupnya kencang. Pria itu kemudian pergi ke Brabus-nya dengan langkah cepat.

Stella Han mengamati bayangan tubuh suaminya yang lenyap di balik pintu. Ia mengernyitkan alis, kali ini marah-marah karena apa nih dia? Ia pengertian dan tidak mengajaknya ribut begini, kok dia masih tetap emosi sih?

Mobil Jordan Bo dan mobil Stella Han keluar dari vila satu per satu. Di perempatan depan, yang satu berbelok ke kiri dan yang satunya lagi berbelok ke kanan. Situasi ini sama seperti kehidupan mereka. Mungkin mereka bisa sejalan dalam satu waktu, tetapi tidak untuk seumur hidup.

Kelar mengurusi urusan di gedung pengadilan, Stella Han melihat Bretta Lin begitu keluar. Sambil mengamati sosok si wanita berjalan mendekat, Stella Han tersenyum dingin dalam hati. Benar-benar pucuk dicinta ulam pun tiba, dia selalu saja bertemu dengannya di mana pun!

Stella Han tidak sengaja menghindar dari Bretta Lin. Ia tidak punya utang apa-apa padanya, jadi buat apa menghindar?

Ekspresi Bretta Lin terlihat cukup baik, warna pipinya juga kemerahan dan segar. Ini berbanding terbalik dengan ekspresi Stella Han yang agak muram. Waktu mereka berpapasan, Bretta Lin tiba-tiba memanggil: “Pengacara Han, mohon tunggu sebentar.”

Stella Han malas meladeninya dan tetap melangkah menuruni tangga. Yang memanggil tadi mengamatinya sambil meyakinkan diri sendiri bahwa kemenangan sudah ada di tangannya. Sebentar lagi, Stella Han akan segera tahu bahwa dirinya lah yang paling penting dalam hati Jordan Bo! Hahaha, mampus kau!

Di dalam mobil, terbayang wajah Bretta Lin tadi, Stella Han jadi merasa resah. Jelas-jelas ia sudah membuat komitmen pribadi untuk tidak memedulikannya lagi, tetapi mengapa tiap bertemu dengan dia emosinya masih terpancing ya?

Si wanita menyalakan mesin mobil dan menengok ke Mercedes-Benz merah di sebelah mobilnya. Tanpa berpikir panjang, ia memutar setir ke arah tengokan dan melajukan mobil sambil menyerempet pinggir Mercedes-Benz. Stella Han merasa sangat puas melihat goresan panjang di bodi mobil itu. Sebentar lagi, Bretta Lin bakal menangis melihat benda kesayangannya lecet!

Stella Han menginjak gas dan melajukan mobil dengan kencang.

Setelah dari pengadilan, Stella Han pergi ke firma hukum dulu. Baru memasuki gedungnya, ia langsung disambut oleh si asisten, “Nona Han, akhirnya kamu mengantor lagi. Kita harus menghabisi si wanita setan tuh.”

Wanita setan adalah julukan asisten dirinya pada Bretta Lin. Sembari menenteng tas dan berjalan ke ruang kerja, Stella Han bertanya: “Selama aku cuti beberapa hari, apa ada klien yang datang mencari?”

“Ada. Aku bilang ke mereka kamu lagi cuti, mereka bilang oke akan menunggu sampai kamu kerja lagi. Oh iya, aku sempat mencari tahu siapa lawanmu dalam beberapa kasus yang lagi kamu tangani. Di semua kasus itu lawan kita hanya satu orang, siapa lagi kalau bukan si wanita setan. Nona Han, jangan-jangan si wanita setan diam-diam suka denganmu dan sengaja menerima semua kasus yang kamu pegang?”

“Entahlah, tidak ada yang tahu,” balas si wanita sambil tersenyum dingin. Stella Han berani bertaruh, Bretta Lin melakukan ini untuk terus menunjukkan eksistensinya. Wanita itu ingin terus mengignatkannya, akulah mantan pacar Jordan Bo! Ah peduli apa, dia masih jadi istri sahnya kok.

“Aku sudah menganalisis kasus-kasus yang pernah diterima si wanita setan. Di hampir semua kasus, ia selalu memegang posisi membela pria-pria peselingkuh. Apa maksudnya coba ini? Apa dia mendukung perselingkuhan?” tanya si asisten dengan semangat membara untuk memulai gosip.

Stella Han mengeluarkan setumpuk berkas dari tas kerja, “Fotokopi semua berkas ini masing-masing tiga kali. Segera lakukan.”

“Tetapi aku belum kelar bergosip…… Nona Han, ingat kata-kataku ini. Kamu tidak boleh berbaik hati pada wanita setan. Kamu harus selalu menghabisinya sampai titik terendah seperti waktu lalu.” Stella Han mendorong-dorong asistennya keluar ruang kerja. Diam ah, ia lagi pusing!

Sekembalinya si asisten dengan setumpuk fotokopian, Stella Han berjalan keluar firma hukum sambil menenteng tas kerja. Asisten menatap sosoknya yang menjauh dengan bergumam kesal. Ia sudah menahan diri berhari-hari. Ketika yang mau diajak bergosip datang, belum kelar ia bergosip, bosnya itu malah sudah pergi. Menyebalkan, sungguh menyebalkan!

Begitu memasuki parkiran, Stella Han melihat sesosok pria bersandar di sisi mobilnya. Pria itu mengenakan mantel hitam dengan dua jari yang lagi menjepit rokok. Di kakinya ada empat hingga lima batang rokok, kelihatannya dia sudah lama menunggu di sini……

Langkah Stella Han terhenti. Wanita itu belum pernah melihat si pria merokok, jadi ia merasa gelagatnya kali ini sangat asing.

Seperti menyadari tatapan seseorang, Ned Guo menoleh ke sumber tatapan. Mengetahui bahwa pemilik tatapan itu adalah Stella Han, si pria segera menjatuhkan batang rokok yang dipegang ke aspal dan menginjaknya biar mati. Ned Guo lalu melangkah menghampirinya, “Stella Han.”

Tanpa menyapa balik, Stella Han langsung bertanya: “Kok kamu bisa kemari?”

“Aku dengar kamu sudah masuk kerja lagi. Kamu baik-baik kan?” Jordan Bo mengamati Stella Han dari atas ke bawah. Tidak ada yang aneh sama sekali, hanya saja tatapannya agak redup.

Stella Han tertawa, “Penampilanku sekarang memang tidak terlihat baik?”

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu