You Are My Soft Spot - Bab 386 Kamu sedang panik, kan? (1)

Setelah Jordan Bo mengakhiri konferensi video, dia bangkit berdiri, berjalan kemari, dan duduk di sebelah Stella Han. Jordan Bo merentangkan tangannya, melingkari pinggang Stella Han, lalu dengan suara lembut bertanya, "Apakah ada yang kamu sukai?"

Pria itu mendekatkan tubuhnya pada Stella Han. Sang wanita merasa tubuhnya menjadi panas dan pipinya sedikit memerah. "Aku masih sedang melihatnya. Ada dua gaya fotografer yang bagus,” kata Stella Han.

Jordan Bo membungkuk kedepan, mengambil album foto yang telah diletakkan Stella Han disamping, dan membalikkan halaman-halamannya. Stella Han menatapnya dengan penuh harap dan berkata, "Bagaimana menurutmu? Mereka pada memiliki gaya dan mahir dalam pengambilan gambarnya.

Jordan Bo mengangguk kepalanya. “Baguslah kalau kamu menyukainya.”

Pipi Stella Han memerah. Dia dengan ringan berkata, "Foto pernikahan itu urusan kita berdua, mana bisa memilihnya hanya karena aku menyukainya, harus kita berdua menyukainya baru benar." Tujuh tahun yang lalu, Jordan Bo juga telah mengungkit untuk mengambil foto pernikahan. Lalu Tiffany mengalami kecelakaan dan Bretta Lin meninggal dunia. Hal ini tidak pernah diungkit lagi semenjak hari itu.

Jordan Bo mengulurkan tangan dan mengeluarkan sebuah kotak rokok. Dia mengambil sebatang rokok dan memasukkan ke dalam mulutnya. Sebelum dia dapat menyalakannya, Stella Han langsung mengambil rokoknya. “Kurangin kadar rokokmu. Ini tidak baik untuk tubuhmu,” kata Stella Han dengan tidak senang.

Tidak ada apa-apa di mulut pria itu. Pandangannya tidak henti menatap bibir merah Stella Han. Jakunnya naik turun menelan ludah, lalu dia membungkuk dan mencium bibir Stella Han.

Stella Han dibuat tertegun oleh ciuman Jordan Bo. Dia melihat wajah tampan di hadapannya semakin lama mendekat dan semakin mengabur. Dia pun tertawa kecil di tempat. Wajah tampan itu menjadi serius. Tangannya memegang wajah Stella Han, membuat sang wanita menelan tawanya.

Jordan Bo mencium dengan penuh perhatian. Beberapa saat kemudian, Stella Han ditenggelamkan dalam ciumannya yang luar biasa. Dia perlahan-lahan kehilangan napasnya dan mendorong pundaknya. Dalam waktu yang lama, sang pria baru melepaskannya. Stella Han membiarkan dirinya menopang bahu Jordan Bo. Mulut kecil itu sedang napas terengah-engah.

Raut Jordan Bo sangat lembut. Dagunya menopang pada puncak kepala Stella Han, mengendus aroma tubuhnya yang wangi. Jordan Bo merasa sangat bahagia. Dia dan Stella Han hanya melakukan hal kecil saja. Meskipun Jordan Bo tidak bersama Stella Han selama tujuh tahun ini, tapi setidaknya ketika Jordan Bo merindukan Stella Han, dia masih dapat melihatnya, memeluknya dan menciumnya. Setidaknya Stella Han masih tetap sehat.

Stella Han dapat merasakan perasaan yang begitu dalam dari sang pria. Setelah berhasil mengambil napasnya, Stella Han mendongak kepala, menatap Jordan Bo sambil bertanya, “Jordan Bo, apakah kamu mengalami suatu kesulitan?"

“Hah?” Jordan Bo mengangkat alisnya. Tidak disangka betapa perhatiannya Stella Han, sampai-sampai dapat menyadari perasaan yang telah dipendam Jordan Bo.

“Kamu tampak tidak bahagia.” Meskipun Stella Han terkadang bisa ceroboh, tetapi dia lebih sering kali bersikap layak seorang wanita. Meskipun Jordan Bo tidak menunjukkan ketidakbahagiaannya, tetapi auranya yang dipancarnya sangat suram.

Jordan Bo mengulurkan tangannya dan mengelus kepala Stella Han. "Kamu tidak memberiku merokok.”

“…” Stella Han terdiam. Apakah ini bisa dijadikan alasan dia tidak Bahagia? Setella Han dengan hati-hati memikirkannya. Tampaknya perusahaan Jordan Bo akhir-akhir ini baik-baik saja, bisnisnya pun sedang lancar. Bahkan pada awal tahun, Jordan Bo juga masuk ke dalam daftar sepuluh besar orang terkaya di Forbes. Dia tidak punya alasan untuk tidak bahagia, kan.

Jordan Bo memandang Stella Han yang sedang berpikir sembarangan. Dia mengulurkan tangannya, mencubit pipi Stella Han sambil berkata, "Masih ada setengah album yang belum dilihat. Cepatlah.”

“Oh.” Stella Han lanjut melihat album foto tersebut. Pada akhirnya, dia memilih empat gaya foto yang sangat disukainya. Masing-masing gaya fotonya berbeda, membuatnya bimbang serta mengalami kesulitan untuk memilihnya. “Jordan Bo, cepat lihat ini. Aku menyukai keempat set gaya foto ini, tolong bantu aku memilih satu set keluar.”

Melihat Stella Han mengerutkan alisnya, Jordan Bo pun berkata, “Kenapa harus sesusah itu, langsung ambil semua set untuk difoto saja.”

“Tapi mereka tidak sama…” Stella Han akhirnya memahami apa yang dimaksud dengan orang yang memiliki banyak uang. Orang ini dalam sekali hembus berkata untuk memfoto empat set. Mereka bahkan tidak sama.

“Jika kamu menyukainya, bahkan jika itu ada seratus pun, kita juga akan memfotonya, bahkan jika itu perayaan pernikahan ke 25 atau 50 kalinya. Nanti biarkan Bibi Liu membuat sebuah ruangan dan kita langsung difoto disana. Mengapa tidak sekalian mengadakan pameran fotografi pernikahan?” kata Jordan Bo. Memiliki uang banyak dapat membuat orang melakukan tindakan konyol.

Stella Han merasa geli mendengarnya. “Tolong jangan bercanda. Bagaimana kalau aku menutup mataku dan memilihnya, lalu kita menggunakan set yang kupilih itu?

Jordan Bo menggenggam tangan Stella Han, menatapnya dengan penuh cinta. Tatapan itu membuat sekujur tubuh Stella Han tidak nyaman. Jordan Bo berkata, " Stella Han, aku tidak bercanda. Kami sudah menikah selama tujuh tahun, dan selalu tidak pernah difoto. Jika kamu suka, kamu jangan sungkan untuk memilihnya. Suamimu memiliki kemampuan untuk membuat memfoto apapun yang kamu inginkan, paham?”

Stella Han merasa sangat terharu. Bagaimana mungkin dia masih bisa menolak yang pria seperti ini. “Tapi akan sangat melelahkan, dan kamu juga akan sangat sibuk.”

“Tidak apa-apa. Aku akan mengatur waktunya untutk menemanimu. Di dalam hatiku, tidak ada apapun yang jauh lebih penting dibandingmu.” Jordan Bo pun merayu Stella Han, membuatnya terlihat tidak jauh berbeda dengan paman-paman.

Pada akhirnya, Stella Han tidak lagi memusingkannya. Dia dengan mengangguk kuat dan berkata, “Baiklah.”

Pada sore hari, Stella Han masih tetap berada di kantor. Setelah Jordan Bo selesai mengurusi urusan bisnis, dia membawa Stella Han kembali ke Markas Militer. Mobilnya masuk ke dalam halaman kecil kediaman Keluarga Bo, diparkir di tempat pemakiran. Jordan Bo membantu Stella Han turun dari mobil. Hatinya Stella Han merasa tidak tenang begitu melihat kediaman yang terletak tidak jauh dari posisinya.

Ketika Stella Han akan menceraikan Jordan Bo, dia bersumpah bahwa dia tidak akan menginjak setengah langkah kembali ke rumah ini. Dia pun kembali teringat dengan hal yang sudah lama berlalu. Tuan besar Bo, yang sedang bersandar pada tongkat, sedang berjalan di kebun. Beberapa tahun yang lalu, kebun itu masih ditanami bunga-bunga. Kemudian, Tuan besar Bo menyuruh orang untuk memberantasnya dan menanami sayur-sayuran. Kebetulan ini adalah musim semi dan taman itu terlihat sangat hijau. Sang Tuan Besar pun sedang memegang pot siram, menyirami tanamannya.

Melihat mereka pulang, betapa bahagianya Tuan Besar begitu melihat mereka bergandengan tangan. Dia pun meletakkan pot siram dan berjalan ke arah mereka. Dia dengan senyuman bermakna berkata, “Aku sampai mengira bahwa aku akan selamannya tidak melihat kalian bergandengan tangan. Tidak sia-sia aku mengunggunya."

Stella Han dengan malu meneriaki kata kakek, malu menghadapi sang orang tua. Tuan Besar tidak mengatakan sepatah kata pun. Selama bertahun-tahun ini, sang Tuan Besar mengira mereka saling tidak jodoh begitu melihat pertengkaran mereka yang tanpa henti. Ujungnya, mereka masih tetap bersama juga.

"Masuklah. Jordan tadi pagi menelepon dan bilang bahwa kalian akan makan malam di sini. Ibumu dengan asisten rumah pergi ke pasar, membeli sayuran pulang. Mereka pun seharian memasak di dapur," kata Tuan Besar Bo sambil tersenyum.

Jordan Bo menggenggam erat tangan Stella Han. Stella Han dengan malu menatap sekilas Jordan Bo, lalu melepaskan genggaman tangannya, pergi memapah sang Tuan Besar. Melihat betapa perhatian Stella Han terhadap sang Tuan Besar, bibirnya Jordan Bo pun melengkung ke atas.

Setelah keduanya berjalan beberapa langkah, mereka melihat Nyonya Bo, yang sedang mengenakan celemek, berdiri di pintu masuk sambil menatap keluar. Setelah percakapan yang panjang dengan sang anak, Nyonya Bo pun memikirkannya dengan serius. Nyonya Bo sangat ingin putranya Bahagia. Selama beberapa tahun ini Nyonya Bu tidak pernah menerima Stella Han. Ini karena Stella Han tidak pernah membuat putranya Bahagia.

Karena putranya mengatakan bahwa dia hanya akan mencintai Stella Han seorang dalam hidupnya, Nyonya Bo akan mencoba untuk menerima Stella Han, mencintainya seperti mencintai Alicia.

Stella Han menghentikan langkah kakinya. Tuan Besar yang tampak menyadari keanehannya, menepuk pelan tangan Stella Han dan berkata, "Untuk apa tertegun begitu? Setelah sekian lama tidak pulang, kamu sampai lupa memanggil orang, kah?”

Stella Han yang malu berkata dengan ragu, “Bu, kami pulang.”

Nyonya Bo dengan sikap angkuh, mengangguk dingin. "Ya. Masuklah. Kami membuatkan makan malam kesukaanmu, iga goreng. Kamu sangat kurus sampai-sampai angin bisa menghembusmu pergi. Kamu selama sepanjang hari makan apa di luar sana?”

Meskipun sikap Nyonya Bo masih sangat dingin, tetapi nada bicaranya berbeda dari sebelumnya. Stella Han melirik sekilas Jordan Bo. Jordan Bo pun mengangguk padanya. Stella Han tahu Jordan Bo pasti telah melakukan banyak hal agar Stella Han dan Nyonya Bo dapat hidup dengan harmoni. Stella Han dengan jujur berkata, “Terima kasih, Bu. Aku sudah lama tidak makan iga goreng buatanmu.”

Nyonya Bo melirik Stella Han. Masih sulit bagi Nyonya Bo untuk tiba-tiba mengubah pikirannya terhadap sang menantu, yang tidak pernah diperlakukannya dengan baik. Nyonya Bo mengangguk kepalanya, berbalik dan segera pergi ke dapur.

Melihat sosok belakang Nyonya Bo, Stella Han merasa agak aneh. Dia pun membantu Tuan Besar Bo untuk duduk di sofa ruang tamu. Tuan Besar Bo berkata, "Ucapan ibumu itu memang keras, tapi hatinya itu sebenarnya lembut. Dia enggan untuk mengatakan apa yang ada dalam hatinya, tapi maksudnya sebenarnya baik. Gadis kecil, kadang-kadang para senior tidak dapat menunjukkan perasaan mereka yang sesungguhnya. Kamu juga harus bersabar, kerukunan keluarga itu yang penting.”

Stella Han yang mendengar pengajarannya berkata, “Baiklah. Kakek, aku sudah tahu apa yang seharusnya kulakukan.”

Stella Han bangkit berdiri, berjalan ke arah dapur. Begitu melihat Stella Han memasuki dapur, Jordan Bo berjalan ke sisi kakek dan duduk di sebelahnya. Dia menanyakan kondisi kesehatan Tuan Besar pada akhir-akhir ini. Tuan Besar Bo memandangnya dan berkata, "Aku dari awal tahu jika aku melepaskannya, aku akan mendapatkan hasil yang tidak terduga. Kalian tidak seharusnya menyia-nyiakan masa tujuh tahun ini. "

Jordan Bo menggelengkan kepalanya. "Kakek, jika aku tidak menyia-nyiakan masa tujuh tahun ini, aku tidak akan tahu betapa pedulinya dia terhadapku."

“Lihatlah perbuatanmu ini, pasti menggunakan cara yang mengerikan lagi, bukan?” Tuan Besar Bo dengan tidak puas mendengus. “Dengan sikapmu seperti ini, untungnya gadis kecil masih dapat menahannya. Jika itu orang lain, kamu dari awal sudah diceraikan seribu kali.”

“Kakek, kamu kali ini sedang memfitnahku. Dia memang bersedia untuk berdamai denganku. Aku sedikitpun tidak menggunakan cara apapun. Jika tidak percaya, coba saja tanya dia.” Jordan Bo pun menyangkalnya, tapi sebenarnya dia masih ada menggunakan beberapa cara.

“Baiklah, aku akan menanyakannya. Apakah aku akan malu melakukannya? Jangan sampai keuntungan yang didapatkan adalah hasil dari perbuatan tidak masuk akal. Karena kalian sudah bersama, langsung pergi melakukan prosedur pernikahan kembali dan sekalian mengadakan upacara pernikahannya lagi. Seorang gadis polos yang mengikutimu selama tujuh tahun ini bahkan tidak memiliki tenar dan status. Ini tidak benar.” Tuan Besar Bo masih tidak tahu seberapa hebat cucunya. Cara liciknya juga telah disembunyikan dari sang gadis. Ketika di depannya menggunakan perkataan manis untuk menipunya, jangan berharap itu dapat disembunyikan dari mata tajamnya.

Jordan Bo pun tertawa. Mengetahui sang kakek akan menyembunyikannya, dia berkata, "Pernikahannya sudah ada di agendanya. Tapi kamu kali ini mungkin akan kecewa."

“Apa maksudnya?” Tuan Besar Bo tertegun menatapnya.

“Maksudnya luarannya.” Jordan Bo enggan mengatakannya.

Tuan Besar Bo seakan dapat mencium sesuatu konspirasi. Dia pun berkata, “Aku tidak peduli apa yang akan kamu lakukan. Aku sudah tua, tidak dapat menganggunya, dan tidak ingin menganggunya. Selama kalian tahun depan dapat memberiku cicit yang imut, aku bakal merasa sangat puas.”

Jordan Bo memandang rambut putih Tuan Besar, sehelai rambut hitam pun tidak dapat ditemukannya. Jordan Bo pun mengangguk dan berkata, "Baiklah."

Ketika Stella Han berjalan ke dapur, dia mendengar Nyonya Bo memerintahkan asisten rumah untuk jangan menaruh lada, karena Stella Han sendiri tidak makan lada. Stella Han pun terharu mendengarnya. Meskipun perilaku Nyonya Bo terhadapnya masih dingin, tetapi dia masih detail dengan gaya kehidupannya. Stella Han dapat benar-benar merasakan perubahan Nyonya Bo terhadapnya.

Nyonya Bo pun mendapatkan bayangan Stella Han melalui sudut matanya. Dia membalik badan ke arahnya, berkata, “Kenapa sudah masuk kemari, sana duduk bersama kakekmu. Akhir-akhir ini, kakekmu sering berulang kali membicarakan kalian. Dia sudah tua, makannya suka suasana yang ramai.”

Stella Han menggulungkan lengan bajunya dan berkata, “Aku datang kemari untuk membantumu. Apakah ada yang dapat kubantu?”

Novel Terkait

After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu