You Are My Soft Spot - Bab 77 Kok Mukamu Masih Tetap Memerah Sih? (3)

Harry Si mengernyitkan dahi. Teman kantor lainnya juga menatap Tiffany Song dengan tidak senang. Jelas-jelas yang menggoda CE Li adalah Tiffany Song, kok dia di malah menyalahkan orang lain sih! Benar-benar sialan orang ini!

Berhasil menghindari lemparan pecahan kaca dari Nyonya CEO Li, Tiffany Song tetap takut wanita itu akan kembali melempar pecahan kaca lainnya dan mengenai wajahnya. Mendengar Dea Meng berteriak dari luar, ia sungguh marah. Sambil menghindar dari Nyonya CEO Li, ia berjalan ke arah pintu.

Nyonya CEO Li kini seperti orang gila. Ketika kembali memungut pecahan kaca, pecahan kaca itu jatuh ke tangannya dan membuat tangannya itu mengalami luka sobek cukup panjang. Ia merintih kesakitan. Tiffany Song berlari ke sisi pintu, menahan pinggang Dea Mmeng, lalu mendorong-dorongnya ke sisi Nyonya CEO Li sambil berkata: “Nyonya CEO Li, yang berskandal itu orang ini, kamu jangan salah orang.”

Tiffany Song sebenarnya sangat memedulikan hubungannya dengan teman sekantor. Ia tidak menyangka Dea Meng bisa berteriak seperti barusan dan memfitnahnya. Untuk apa coba wanita ini mengambinghitamkannya?

Dea Meng jatuh berdua dengan Nyonya CEO Li ke lantai. Nyonya CEO Li menatap Dea Meng lekat-lekat, dan wanita itu langsung menggeleng hebat, “Tidak, Nyonya CEO Li. Yang berskandal bukan aku, tapi dia. Ia mengambinghitamkan orang lain untuk mengalihkan perhatianmu.”

“Kamu pikir aku semudah itu ditipu. Hei wanita bejat, aku akan menghabisimu.” Nyonya CEO Li mengalihkan tatapannya dari Dea Meng ke Tiffany Song. Ia bangkit dari posisi duduknya. Ia mengambil satu potongan kaca lagi dan bersiap melemparnya ke Tiffany Song.

“Semuanya diam!” CEO Li datang tepat waktu. Melihat istrinya tengah memegang potongan kaca untuk dilemparkan ke Tiffany Song, ia buru-buru mendorong Tiffany Song. Lemparan potongan kaca itu pun mendarat ke bahu CEO Li.

Semua orang terkejut, termasuk Nyonya CEO Li sendiri. Ia terpelanting beberapa langkah, ia tidak percaya lemparannya mengenai suaminya sendiri. Ia berkata: “Kalau kamu mau melindunginya, kamu harus berani menggantikannya untuk dipukul. Aku ingin bercerai denganmu dan membiarkanmu hidup tanpa harta sepeser pun!”

“Omong kosong apa lagi ini? Ia nyonya muda keluarga Shen. Kalau kamu sakiti dia, itu sama saja kamu memulai permusuhan dengan seluruh anggota keluarga Shen. Kamu punya otak tidak?” ujar CEO Li sambil menahan rasa nyeri di tangannya.

Nyonya CEO li terhenyak. Ia jelas tahu Shen’s Corp. Tidak peduli seberapa menjanjikannya kedudukan Winner Group Saat ini, perusaahaan suaminya ini masih kalah jauh dari perusahaan itu. Ia tidak menyangka Tiffany Song adalah orang keluarga Shen. Ia seketika panik.

Nyonya CEO Li menoleh ke Dea meng, yang tengah bangkit berdiri. Ia menatapnya dengan marah: “Jadi kamu? Yang menggoda suamiku pasti kamu!”

Dea Meng ketakutan hingga refleks bersembunyi di belakang tubuh CEO Li. Ia sebenarnya hanya iseng dan hanya ingin memberi Tiffany Song sedikit pelajaran, ia tidak menyangka Nyonya CEO Li bisa seberingas ini. Tiiffany Song…… Wanita ini ternyata bukan orang yang mudah dikalahkan. Ia bahkan berani mendorongnya.

CEO Li melindungi Dea Meng di belakangnya, lalu memerintah: “Masih belum cukup malu kamu? Pulang sana sekarang juga!”

Nyonya CEO Li mana mungkin menganggap ini semua bisa selesai dengan semudah itu? Ia duduk meraung-raung di lantai sambil protes mengapa CEO Li begitu jahat dengannya dan punya wanita lain di luar. Semua yang ada di ruangan jadi iba padanya. Dea Meng merasa cukup malu dengan tindakannya sendiri. Ia sudah memfitnah Tiffany Song, juga membuat Nyonya CEO Li meraung-raung begini. Setebal apa pun urat malunya, ia tidak mungkin lanjut bekerja di Winner Group. Ia menggertakan gigi dengan kesal. Tiffany Song sudah merebut proyeknya, merebut posisinya sebagai direktur pengawas, dan kini mennedangannya keluar dari Winner Group! Sungguh pukulan yang telak dan bertubi-tubi!

Akhirnya, CEO Li memanggil satpam untuk menggendong keluar Nyonya CEO Li yang tidak juga berhenti meraung. Ia merasa wajah dan nama baiknya dicoreng habis olehnya.

Suasana ruang kerja kembali tenang. CEO Li menyuruh Sally Yun menemani Tiffany Song ke rumah sakit untuk mengobati lukanya. Ada urusan apa pun, nanti saja bicarakannya. Tiffany Song melihat CEO Li, pria paruh baya ini seketika terlihat jauh lebih tua. Wajahnya dipenuhi ketidakberdayaan.

Tiffany Song dalam hati merasa bersalah. Ia berkata pelan: “CEO Li, maaf, aku tidak seharusnya membawa-bawa Dea Meng.”

“Tiffany Song, ini bukan salahmu, melainkan salahku. Kamu urus saja lukamu itu dulu, kalau sampai infeksi William Tang pasti akan buat perhitungan denganku,” ujar CEO Li. Bibir Tiffany Song bergerak-gerak seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya ia tidak berkata apa-apa dan keluar.

Dea Meng sama sekali tidak merasa bersalah. Selama ini, ia selalu menyebarkan rumor negatif tentang teman-teman kantornya, dan setiap kali terjadi konfrontasi di antara mereka akibat rumor buatannya, ia selalu bersembunyi di kamar mandi. Ia tidak menyangka Tiffany Song jauh lebih kuat dari yang ia kira.

Kegagalan ini sungguh tidak bisa diterima!

---------------

Sesampainya Taylor Shen di kantor, Christian langsung mendatanginya dan buru-buru berkata: “CEO Shen, Kakek Shen datang. Ia menunggumu di ruang kerja dari pagi.”

Taylor Shen mengernyitkan dahu. Ia kemudian mengiyakan: “Baik. Beritahu para petinggi perusahaan, setengah jam lagi pergi ke ruang rapat untuk mulai rapat.”

Dengan satu tangan dimasukan ke kantong celana, Taylor Shen masuk ke ruang kerja CEO. Kakek tengah berdiri di samping jendela sambil memandangi Tower Howey. Mendengar ada suara di belakangnya, ia menoleh. Seperti yang ia kira, itu adalah Taylor Shen.

Ia bertanya tegas: “Taylor Shen, kamu semalam ke mana?”

Taylor Shen duduk di kursi kerjanya. Ia menjawab dingin: “Aku pergi ke mana memang harus laporan denganmu?”

“Kamu membawa pergi Tiffany Song di depan umum, memang tidak takut nama baik keluarga Shen rusak?” Meski Kakek Shen sudah merencanakan semuanya, namun realisasinya masih tidak sesuai dengan yang ia inginkan. Ia pagi-pagi sekali datang ke gedung Song’s Corp untuk menunggu Taylor Shen, tetapi orang yang dicari itu ternyata belum datang. Barusan, begitu melihat Taylor Shen berjalan masuk dengan tenang dan bukan dengan kondisi marah seperti di kediaman keluarga He semalam, hatinya agak terusik.

Ia membawa pergi Tiffany Song, mungkinkah mereka sudah……

Taylor Shen melipat kedua tangannya di dada, lalu menjawab dingin, “Aku ingat lima belas tahun lalu kamu menendangku keluar dari keluarga Shen, dan sekarang kamu mau aku mempertimbangkan nama baik keluarga Shen? Kamu tidak punya urat malu atau bagaimana?”

Lima belas tahun lalu, ketika ia berusia 15 tahun, ibunya mati terpanggang dalam kebakaran besar. Sebelum ia pulih dari kedukaannya, ia sudah diusir keluar dari keluarga Shen. Hari itu, di bawah hujan yang sangat lebat, ia berjanji ia akan membalas dendam pada orang-orang yang menyebabkan kematian ibunya! Darah harus diganti darah juga!

Mendengar hal ini, Kakek Shen sangat marah. Taylor Shen bisa jadi seperti sekarang ini, itu semua berkat jasanya. Taylor Shen adalah anak yang paling pandai, tapi sekaligus juga yang paling absurd, di antara semua anaknya. Ia khawatir, kalau ia tetap tinggal diam, hubungan Taylor Shen dengan Tiffany Song ini cepat atau lambat akan semakin sulit diputuskan.

Kakek Shen mendeham dingin lalu berkata: “Taylor Shen, kalau ibumu tahu kelakuanmu sekarang, ia pasti tidak tenang di alam kubur sana.”

“Jangan bawa-bawa ibuku!” Taylor Shen menggebrak meja dan bangkit berdiri. Hatinya sungguh sakit mendengar kata-kata barusan. Ia berteriak, “Di dunia ini tidak ada orang yang berhak membawa-bawa namanya, termasuk kamu!”

“Kamu masih mau benci aku sampai kapan?” Kakek Shen mengernyitkan dahi. Lima belas tahun berlalu, ia kehilangan istri yang paling dicintainya, juga kehilangan anak yang paling ia sayangi.

Taylor Shen menekankan setiap kata yang diucapkannya, “Sebelum, kamu, mati, tidak, akan, berhenti!”

Kakek Shen mundur selangkah. Ia mendongak menatap Taylor Shen. Kemarahan yang ia rasakan sudah sangat menumpuk hingga ia tidak kuat menahannya. Ia memejamkan mata sejenak, lalu kembali membukanya dan memberi peringatan keras: “Taylor Shen, hubunganmu dengan Tiffany Song tidak akan berhasil. Kalau pun aku sudah sakit-sakitan, aku juga akan terus menghalangi kalian. Sebelum aku mati tidak akan berhenti!”

Taylor Shen juga tidak kalah marah dengan Kakek Shen. Nafasnya naik turun dengan kencang. Ia melawan: “Sekali pun kamu mau membunuhku, aku tetap menginginkan dia! Kalau kamu mau beradu denganku, kita lihat saja nanti siapa yang tersenyum paling akhir!”

Kakek geleng-geleng. Inilah yang paling ia takutkan, yakni keteguhan hati Taylor Shen dalam menginginkan Tiffany Song. Semakin teguh hatinya, maka luka dan kepedihan yang ia rasakan akan semakin berat. Kakek Shen mengakhiri: “Aku tidak akan membiarkan dia merusakmu!”

Kakek Shen berbalik badan dan keluar.

Saking marahnya, dada Taylor Shen sampai sakit sendiri. Sambil berkacak pinggang, ia mengitari ruang kerjanya untuk menenangkan diri. Namun, usahanya itu tidak berhasil, emosinya tetap saja masih kacau. Ia menyapu semua barang yang ada di atas meja kerjanya dengan kesal. Barang-barang itu langsung jatuh berantakan semua di lantai.

Kakek Shen menoleh sebentar ke ruang CEO dengan muram. Ia kemudian pergi.

Christian bangkit berdiri. Ia mengamati Kakek Shen yang berjalan keluar, lalu menoleh ke ruang kerja CEO. Wajahnya agak cemas. Semua orang tahu hubungan CEO Shen dan Kakek Shen tidak baik, tetapi dulu-dulu ketegangannya tidak pernah separah ini. Sekarang, setiap bertemu, mereka pasti bertengkar.

Ketika ia ragu apakah harus menghampiri ruang kerja CEO atau tidak, pintu ruang kerja itu tiba-tiba terbuka. Taylor Shen keluar dari dalam, lalu berkata dingin padanya: “Christian, beritahu Departemen Perencanaan untuk berusaha habis-habisan membeli Winner Group.”

“Baik, CEO Shen,” jawab Christian cepat-cepat.

Taylor Shen dalam hati bertekad, mulai sekarang, ia harus menjaga setiap langkah dan gerakan Tiffany Song. Tidak boleh dan tidak akan boleh ada orang yang menyakitinya!

“Aku dengar sepupu perempuanmu sudah mau magang kan? Beri dia posisi di Winner Group. Tiffany Song kebetulan juga sedang cari teman sewa apartemen bareng, suruh sepupu perempuanmu itu tinggal di sana.”

Christian tidak tahu apa yang dibicarakan Taylor Shen dan Kakek barusan, tapi kok semua perintahnya sekarang berkaitan dengan Tiffany Song ya? Ia mengangguk patuh: “Baik, CEO Shen, akan segera saya kerjakan.”

---------------

Tiffany Song baru selesai mengobati lukanya di rumah sakit. Ia tidak sengaja berpapasan dengan Lindsey Song. Beberapa hari tidak bertemu, wanita itu terlihat lebih letih dan kurus dibanding biasanya. Lindsey Song datang bersama Nyonya Song. Melihat bon rumah sakit yang ada di tangannya, Tiffany Song tahu mereka ada urusan apa di rumah sakit.

Mereka hanya berpapasan saja tanpa bertegur sapa sama sekali. Sekeluarnya dari rumah sakit, suasana hatinya sangat muram. Ia menengadah ke langit lalu berkata pada dirinya sendiri: Tidak ada masalah, kondisiku sangat baik, aku tidak akan bersedih!

Sekembalinya ke kantor, di depan pintu kantor, Tiffany Song melihat Dea Meng sedang membawa sebuah kardus dan berjalan mendekat dengan wajah muram. Tiffany Song tetap berjalan seolah tidak melihatnya.

Dea Meng memanggilnya: “Tiffany Song.”

Tiffany Song menghentikan langkahnya. Ia menatap Dea Meng dengan tenang. Dea Meng menaruh kardus yang ia pegang di lantai. Wanita itu kemudian berkata: “Tiffany Song, aku bukan kalau olehmu, aku hanya kalah oleh diriku sendiri.”

“Mungkin kamu akan merasa kata-kataku ini sok baik, tapi aku dari dulu tidak pernah berpikir untuk mengalahkan siapa-siapa. Kalau lawan kita dalam kompetisi terbuka proyek ini bukan Shine Group, aku juga tidak bakal memperebutkannya dengan kalian,” jawab Tiffany Song jujur.

“Hehe!” Dea meng tersenyum dingin, entahlah ia percaya atau tidak dengan kata-kata Tiffany Song. Wanita itu kemudian berkata: “Aku tidak tahu harus bilang apa lagi. Aku hanya bisa bilang aku terlalu polos. Aku pikir aku bisa dipuji CEO Li bila benar-benar berjuang tanpa melakukan intrik apa pun. Yang terjadi hari ini akan ada kelanjutannya, dan pada saat itu terjadi ingatlah kamu hanya bisa menyalahkan dirimu sendiri.”

Tiffany Song menatap Dea Meng tanpa berbicara apa-apa lagi. Meski Dea Meng sudah memperingatkannya bahwa urusannya sudah selesai, ia sama sekali tidak berpikir apakah ia akan membalasnya atau tidak. Hari ini, kalau bukan karena terpancing emosi, ia juga tidak akan membawa-bawa namanya di hadapan Nyonya CEO Li. Ia akan selamanya ingat, waktu itu, yang membawanya ke industri ini adalah Dea Meng.

Dan Dea Meng bisa bertengkar dengannya, itu hanya karena janji yang dikatakan CEO Li waktu itu. Jadi, wanita itu juga korban dan patut dikasihani.

“Kamu tidak perlu menunjukkan ekspresi seperti ini. Oh ya, sebelum pergi, aku ingin mengatakan padamu satu kalimat.” Dea Meng mendekatkan wajahnya ke wajah Tiffany Song, lalu membisikkan sesuatu tepat di samping telinganya. Mata Tiffany Song langsung membelalak. Ia menatap Dea Meng dengan terkejut, sekujur tubuhnya merinding.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu