You Are My Soft Spot - Bab 261 Firewall Diserang

Sebuah mobil van berhenti di depan kantor polisi, di dalam mobil tersebut terdapat begitu banyak peralatan, di dalamnya terdapat 4 orang pria yang berpakaian biru dongker, jemari mereka tidak henti-hentinya menekan keyboard dihadapan mereka, kelihatannya sangat professional.

Dihadapan mereka ada 6 layar pengawas, masing-masing layar ada 4 gambar dari 4 kamera pengintai. Mengawasi bagian paling penting dikantor polisi, juga ada tempat yang merupakan pintu keluar, memenuhi semua halaman layar, jelas sekali Erin sangat mengkhawatirkan keselamatan Vero He.

Melihat mereka di atas mobil, keempat orang itu kemudian menyapa Erin, “Pimpinan Erin, semua persiapan sudah matang, kita sudah berhasil masuk ke sistem pengawasan kantor kepolisian, sekarang jam pulang kerja, tidak banyak polisi di dalam sana, kita hanya bisa bertahan selama 2 jam agar pengawas tidak mencurigai munculnya keanehan."

Erin mengangguk, dia berbalik melihat Vero He, di mata wanita itu ada rasa terkejut yang tidak bisa disembunyikan olehnya, dia merasa mereka sekarang seperti sedang syuting film action, dari mana sebetulnya Erin mendapatkan semua peralatan orang-orang ini?

“Nona Vero He. Seperti yang kamu lihat, asalkan kamu tidak memancing kecurigaan mereka, berjanji untuk meninggalkan tempat ini dalam waktu 2 jam, maka tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan." Erin mengatakannya dengan serius, meskipun semuanya tidak masalah, tapi dia selalu merasa tidak nyaman di hatinya, karena semua ini terasa terlalu lancar.

Vero He mengangguk sambil tertegun, dia benar-benar sangat mengagumi Erin, orang-orang yang pernah sekolah militer benar-benar sangat cool.

“Aku paham, jika beruntung, mungkin sepuluh menit sudah bisa keluar." Vero He terlihat sangat optimis, dia sama sekali tidak takut kalau dia tertangkap.

Erin melihatnya dengan khawatir, dia ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi, dia menunduk, dia kemudian memakai earphone, mengatakan pada Vero He: "Nona Vero He. Sekarang anda turun dulu, berjalanlah sejauh 10 M dari mobil van kemah kita coba dulu apakah earphonenya berfungsi dengan baik."

“Baik." Vero He berbalik dan turun dari mobil, dia langsung berjalan berpuluh-puluh meter, dari ujung sana dia dapat mendengar suara jernih Erin , "Nona Vero He, apakah anda bisa mendengar suaraku? "

Vero He kemudian mengangkat tangannya menyentuh kalungnya, dari sana terdengar suara Erin yang berusaha menghentikannya, "Kalungnya jangan dipegang, bersikaplah senatural mungkin, mikrofon ini sudah sangat canggih, dia bisa menangkap suara yang sangat kecil, anda tidak perlu khawatir kalau aku tidak bisa mendengar anda."

"Baiklah. Kalau begitu sekarang aku sudah boleh masuk?" Vero He sekarang sudah merasakan teknologi canggih, berada di dekat Erin, benar-benar menambah pengetahuannya.

“Sudah boleh bergerak!" Erin menurunkan tangannya, keempat orang itu kemudian menggerakkan jari-jemari mereka dengan cepat di atas keyboard komputer, segera muncul sebuah gambar, kemudian gambar yang ada di ruang pengawas kantor polisi berubah dengan gambar yang dari tempat mereka.

Vero He mengepalkan tangannya, dia menarik nafas panjang, melihat kantor polisi berada di bawah cahaya lampu, wanita itu sempat ragu, dia merasakan kalau tempat itu bukan kantor polisi, disana adalah mulut monster yang sedang terbuka lebar, jika dia masuk ke dalamnya. Dia pun akan ditelan oleh monster itu.

Wanita itu kemudian mundur selangkah, angin malam berhembus, dia menyadari kalau sekujur tubuhnya dipenuhi keringat, ditiup oleh angin itu, rasanya sangat dingin. Dia mengepalkan tangannya yang basah karena keringat, melihat kantor polisi yang berada jauh di sana, untuk mendapatkan kebenaran, meskipun ada seekor monster, dia juga tidak akan ragu untuk masuk.

Wanita itu menggeretakkan giginya, mengangkat kakinya melangkah masuk ke dalam, meskipun disetiap langkah, dia berpikir untuk berbalik dan kabur, tapi kebenaran bagi wanita itu, terasa sangat menggoda, dia tidak bisa kabur.

Erin berdiri di belakang mereka. Menatap ke layar pengawas yang diperbesar, yang di ujung sana sesaat merasa ketakutan, kemudian melangkah masuk kekantor polisi tanpa memikirkan apapun, hatinya benar-benar takut, jika dia tidak melihat Vero He keluar dengan aman dari tempat itu, hatinya tidak akan bisa tenang.

Vero He berjalan masuk ke dalam kantor polisi, dikantor polisi ada beberapa orang yang sedang lembur, semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, tidak ada yang menyadari kedatangannya, wanita itu seperti hantu, berjalan menuju ke koridor.

Tadi di atas mobil, Erin sudah menyerahkan peta kantor kepolisian kepadanya, membuatnya mengingat tempat penting dan pintu keluar, dia tahu ruang arsip ada diujung koridor di lantai 2, tempat ini biasanya sangat jarang dikunjungi, ketika malam tiba sama sekali tidak akan ada orang yang datang ke tempat itu.

Wanita itu berhasil tiba di depan ruang arsip tanpa halangan, meskipun dia berusaha untuk tenang, tapi ketika menggesekkan kartu itu ada pintunya, tangannya gemetar hebat. Dia kemudian meninggalkan kartu pengenalnya di tempat itu, pintu tidak terbuka, muncul suara mesin yang mengatakan, "Mohon letakkan ibu jari anda pada mesin pemindai."

Wajah Vero He berubah pucat, dengan suara kecil dia mengatakan: "Erin, harus memindai sidik jari, bagaimana?"

Erin sudah mendengar suara mesin dari ujung sana dia mengernyitkan dahinya, melihat salah satu bawahannya, "Bukannya kamu bilang kartu pengenal saja sudah bisa? Mengapa sekarang harus memindai sidik jari?"

"Pimpinan Erin, tunggu sebentar, biarkan aku berbicara dengan nona."

Erin kemudian menyerahkan earphone kepada pria itu, dia mendengar pria itu dengan tenang memberi pesan pada Vero He, di sini jari-jemari pria itu bergerak sangat cepat, di dalam mobil yang hening itu, selain suara nafas mereka, hanya terdengar suara ketukan jari diatas keyboard.

Satu menit kemudian, pintu di hadapan Vero He terbuka. Vero He terkejut dia kemudian mendorong pintu itu, sebelum masuk dia kembali melihat ke arah koridor, tidak ada orang yang memperhatikannya, segera wanita itu pun masuk kedalam.

Baru saja masuk, dikoridor muncul 2 orang polisi, Erin menatap mereka berdua, melihat mereka berjalan menuju ke arah ruang arsip, dia terkejut menahan nafasnya, dia melihat Vero He yang sedang membuka lampu, wanita itu segera mengatakan: "Jangan buka lampu, di luar ada orang."

Tangan wanita yang berada di atas saklar lampu bergetar, dia tidak sengaja menyalakan lampunya, ruangan itu seketika menjadi terang, wanita itu kaget setengah mati, terdengar suara langkah kaki mendekat, langkah kaki itu seperti sedang menginjak sarafnya, pelipisnya berdenyut, sekujur tubuhnya tegang.

Langkah kaki itu semakin dekat, di saat bersamaan terdengar suara dua orang itu, "Jam sekarang Hera Wu belum pulang kerja, benar-benar sangat telaten."

Suaranya sudah berada di samping pintu, Vero He sangat gugup bulu kuduk di sekujur tubuhnya ikut berdiri, ketika mereka mendorong pintu, wanita itu segera berbalik, setidaknya mereka tidak melihat wajahnya, jika bisa disembunyikan maka disembunyikan.

Pintu terbuka, salah satu diantara mereka berdiri di sebelah pintu, melihat bayangan yang kaku itu tersenyum mengatakan: "Hera Wu, mengapa kamu belum pulang kerja?"

Jemari tangan Vero He kaku, keringatnya bercucuran, mendengar ada suara ini, hubungan mereka sepertinya sangat dekat dengan, jika dia bersuara maka terbongkarlah semuanya, belum apa-apa dia sudah ketahuan.

Wanita itu gugup keringatnya bercucuran, tidak dijawab salah, dijawab juga salah.

Polisi itu merasakan ada sesuatu yang aneh, tiba-tiba dia mendengar temannya mengangkat telepon, kemudian melihat temannya, polisi yang satu itu mengatakan: "Pemimpinan memanggil kita untuk turun, ada tugas, ayo jalan."

Ketika mendengar ada tugas, polisi itu kemudian meninggalkan tempat itu dengan temannya.

Vero He merasa sangat lega, dia kemudian duduk di lantai, dasar, benar-benar tidak gampang menyusup diwilayah musuh, waktu dia menonton film, dia hanya merasa gugup dantpegang, merasakannya sendiri, dia baru menyadari betapa menakutkannya.

Dan Erin yang berada di dalam mobil van, juga kaget setengah mati.

Vero He tidak melupakan tujuan utamanya, duduk beberapa detik dilantai, setelah suara langkah itu menjauh, wanita itu segera bangkit, berjalan menuju ke tempat penyimpanan arsip.

Erin melihat wanita itu berjalan masuk kedalam dengan cepat, dia kemudian mengelap keringat yang ada di dahinya, dia bersumpah, seumur hidup ini, dia hanya akan melakukan ini 1 kali untuknya, jika ada lain kali, pasti dia akan gila dibuatnya.

Keempat ahli komputer memantau layar komputer, salah satu diantaranya memuji dan mengatakan: “Pimpinan Erin, nona Vero He lumayan hebat, biasanya orang tidak akan bisa bangkit lagi setelah kejadian barusan.”

Erin melihat Vero He yang berdiri di belakang lemari arsip, dia mengatakan: "Orang biasa juga tidak akan berani segila ini."

“......” Orang itu menyentuh dagunya, merasakan kalau yang dikatakannya tidak salah.

Vero He membalik-balik arsip, hanya saja ada banyak sekali data pribadi di dalamnya, satu rak penuh, semuanya adalah data pribadi, ada data pahlawan yang mengorbankan dirinya juga ada yang dipindahtugaskan.

Setelah Vero He mencari beberapa arsip, dia tidak bisa menemukannya, wanita itu kemudian melihat satu rak penuh data pribadi itu, dengan cara mencarinya yang seperti ini, dia tidak dapat menghasilkan apapun bahkan sampai keesokan harinya.

Wanita itu kemudian mengembalikan data pribadi ke rak masing-masing, otaknya berputar dengan cepat. Tidak mungkin kalau data pribadi diperbarui, dia sudah bertemu dengan polisi wanita itu tujuh tahun yang lalu, oleh karena itu data pribadinya pastilah berada di kumpulan dokumen tujuh tahun yang lalu, dia sekarang seharusnya mencari data-data tujuh tahun yang lalu.

Berpikir seperti ini, wanita itu lantas mencari judul yang bertuliskan tujuh tahun yang lalu di dokumen-dokumen itu, di baris kedua rak, wanita itu akhirnya berhasil menemukan dokumen yujuh tahun yang lalu, segera dia membukaan dokumen itu.

Waktu berlalu sangat lambat, setiap detiknya, bagi dia yang merupakan orang luar terasa sangat menyiksa.

Erin memperhatikan layar, tidak berani mengalihkan pandangannya, wanita itu takut jika dia mengalihkan pandangannya, maka akan terjadi kesalahan yang fatal. Dia mengepalkan tangannya, keringat membasahi telapak tangannya. Sebelumnya dia tidak pernah segugup ini, ketika dia dikepung oleh puluhan narapidana, dia tetap bisa menghadapi mereka dengan tenang.

Matanya melihat Vero He yang untuk sementara ini masih dalam keadaan aman, hatinya tetap tidak tenang, bagi James He keberadaan Vero He adalah sosok yang sangat penting, karena penting pulalah, wanita itu tidak bisa membiarkan kesalahan apapun terjadi padanya.

Taylor Shen masuk ke lingkungan kepolisian, setengah jam sudah berlalu, Vero He sudah berada di dalam tempat itu selama kurang lebih 20 menit, pria itu menghentikan mobilnya di pinggir jalan, dia mencari di sekeliling, dan tidak menemukan lamborghini yang mencolok yaitu.

Pria itu sempat ragu kalau tebakannya sudah salah, tetapi dia segera menepis keraguannya. Tidak mungkin, Tiffany Song melepaskan diri darinya, pasti karena wanita itu takut kalau dia akan menghalangi tindakan gilanya, wanita itu pasti ada dikantor polisi, kalau tidak dia tidak memiliki alasan untuk memakai seragam polisi.

Pria itu membuka pintu mobil dan turun, angin malam sangat dingin, dia berkeliling melihat sekelilingnya, kemudian dia menemukan sebuah mobil van yang berhenti di seberang jalan yang sedari tadi tidak bergerak.

Melihatnya pria itu merasa semakin curiga, dia ingat kalau Erin sebelumnya lulusan dari sekolah militer, dengan langkah cepat pria itu menuju ke sana, anggap saja dia sedang mencoba peruntungannya, mungkin saja dia cukup beruntung. Pria itu berjalan menghampiri mobil van, dia melihat kaca mobil van tidak ada satupun yang terbuka, pria itu curiga, dia menjulurkan tangannya menarik pintu geser mobil itu, dengan sekuat tenaga dia menariknya, pintu mobil terkunci dari dalam, pria itu mengetuk jendela dengan sekuat tenaga, "Tiffany Song, apa kamu berada di dalam?"

Erin dan empat ahli komputer terkejut setengah mati, mereka berpikir kalau polisi sudah tahu tentang mereka, mendengar suara Taylor Shen, Erin menghela nafas, kemudian hatinya kembali tidak tenang, Taylor Shen sudah menemukan mereka!

Dia mengangkat tangannya mengisyaratkan mereka untuk terus melanjutkannya, wanita itu kemudian membuka pintu, baru saja hendak turun dari mobil seseorang mengatakan: "Pimpinan Erin, firewall kita sedang diserang oleh kekuatan yang tidak diketahui asalnya!”

-----------------------

Terima kasih kepada para pembaca atas dukungan yang diberikan kepada author. Author mendoakan supaya para pembaca sehat selalu dan Tuhan selalu memberkati kalian dan keluarga kalian. Jika kalian suka buku ini, jangan lupa ya untuk di share ke teman kalian. Sukses selalu!

Bagi para pembaca yang ingin membaca buku berikutnya, silahkan di baca buku Signed The Contract & Get Married, ceritanya tak kalah menarik lo :))

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu